Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adriana Venny Aryani
Abstrak :
Disertasi ini bertujuan untuk mengkaji posisi perempuan dalam mitos-mitos nusantara, yang dalam hal ini terkandung dalam dongeng-dongeng asli Indonesia, melalui pemikiran tokoh Poststrukturalis Julia Kristeva. Dongeng yang ditelaah ada empat puluh tujuh (47) judul dan selanjutnya dipilah lagi menjadi tujuh miteme (tema mitos): kekerasan dalam bahasa, kompleks Oedipus, pengusiran dan keterasingan, yang profan yang berkorban, daya magis ibu, metabahasa dalam mitos, dan menulis sebagai menegaskan. Disertasi ini juga menemukan bahwa mitos-mitos lama termasuk yang mendiskriminasikan perempuan hingga saat ini masih lestari, terbukti dari publikasi media tentang hal itu, misalnya mitos kutukan Bandung Bondowoso, ataupun legenda di balik terbentuknya danau, pulau, atau gunung. Pemikiran Kristeva, juga membantu peneliti untuk menyimpulkan bahwa teks-teks mitos yang ternyata berjenis kelamin. Karena penulisan menurut Kristeva adalah apa yang dibawa pencipta teks dalam ketidaksadarannya. Ada suatu dorongan dalam penciptaan teks dimana laki-laki termotivasi sementara di sisi lain perempuan tidak termotivasi. Beberapa saran/ rekomendasi yang diajukan oleh peneliti adalah dengan mengenali berbagai cerita mitos nusantara, memulihkan dan jika perlu mendekonstruksi cerita-cerita tersebut sehingga lebih ramah terhadap perempuan dan anak.
This thesis aims to analyze the position of women in the myths of the archipelago, contained in the folktales, through Post-structuralist thinker: Julia Kristeva. Author analyzed 47 folktales and then sorted into seven of mytheme (theme of myth): violence through language, the Oedipus Complex, eviction and alienation, the profane who make sacrifices, magical power of the maternal body, and writing as affirmation. This tesis also found that ancient myths which discriminate women is still preserved. As evidences by media coverage about this such as a myth of Bandung Bondowoso?s curse, or the legend behind the creation of a lake, island or mountain. The concepts from Kristeva helps author to conclude that the text in Indonesian folktales are gender based, through Kristeva?s writing. There is an urge in the creation of text in which men are motivated while on the other hand women are not motivated. Some suggestion/ recommendations made by the author is to identify a variety of folktales all over Indonesia, recover it and if necessary to deconstruct a story so become more friendly to women and children.
Depok: Universitas Indonesia, 2011
D1268
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aldi Aditya
Abstrak :
Definisi klasik mengenai mitos adalah suatu cerita tentang asal-usul kosmos atau semesta yang kemudian mengiringi upacara dan ritual yang ada dalam budaya di seluruh dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, mitos dipandang sebagai sebuah pemaknaan tingkat dua dari suatu sistem tanda. Sebagai suatu tipe wicara, mitos dapat pula ditemukan dalam karya-karya sastra. Dalam hubungannya dengan teks lain, mitos dapat dikukuhkan (myth of concern) atau dirombak (myth of freedom). Untuk menelaah bagaimana mengukuhkan atau merombak mitos dalam cerpen-cerpen Eka Kurniawan yang terangkum dalam Gelak Sedih, dibutuhkan suatu kerangka kerja intertekstualitas. Intertekstualitas adalah pelintasan suatu sistem tanda kepada sistem tanda lainnya. Dengan intertekstualitas, pembaca dapat menemukan makna sesungguhnya dari pembacaan cerpen-cerpen Eka Kurniawan, berkaitan dengan mitos yang telah dibicarakan. A classic definition of myths is a story about the beginning of cosmos or universe which later accompanying rituals contained in cultures and customs in the whole world. In the next stage, myths regarded as a secondness meaning of a sign system. As a type of speech, myths could be found in literary texts. In its relation with other texts, myths could be confirmed (myth of concern) or untied (myth of freedom). For the sake of regarding the way to confirm or untie myths in Eka Kurniawan?s short stories collected in Gelak Sedih, it needs an intertextuality work concept. Intertextuality is an intersect of a sign system to another. With intertextuality, reader can find the true meaning in Eka Kurniawan?s short stories, related to myths formerly discussed.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldrie Alman Drajat
Abstrak :
[ABSTRAK
Tesis ini membahas bagaimana sikap Jepang terhadap ajaran Katolik pada Perang Dunia kedua ditampilkan dalam novel Kiiroi Hito karya Endo Shusaku. Dengan memanfaatkan analisis struktur naratif dan intertekstual, ditemukan bahwa teks Kiiroi Hito menampilkan perbedaan kekristenan Jepang dan Barat. Selain itu diperlihatkan pula kehadiran Endo Shusaku di dalam teks Kiiroi Hito yang menjelma sebagai dua tokoh utama yang memiliki spiritualitas yang bertolak belakang. Kajian intertekstualitas menghasilkan temuan bahwa sinkretisasi ajaran Katolik di dalam novel Kiiroi Hito dikarenakan kondisi politik pada masa Perang dan hal tersebut relevan dengan fakta sejarah maupun latar belakang Endo Shusaku.
ABSTRACT
This thesis examines Japan‟s reception towards Christianity during World War II which represented on Shusaku Endo‟s novel, Kiiroi Hito. By using narrative and intertextuality approach I found that Kiiroi Hito reveals the differences in Christianity between Japan and West. It also reveals that Endo appeared as two characters‟ parallelism and whose spiritualities are different to each other. Analysis on Kiiroi Hito‟s Intertextuality reveals that the religion syncretization in the novel is influenced by Japan‟s political condition in WWII and it is relevant with historical facts and Endo‟s background., This thesis examines Japan‟s reception towards Christianity during World War II which represented on Shusaku Endo‟s novel, Kiiroi Hito. By using narrative and intertextuality approach I found that Kiiroi Hito reveals the differences in Christianity between Japan and West. It also reveals that Endo appeared as two characters‟ parallelism and whose spiritualities are different to each other. Analysis on Kiiroi Hito‟s Intertextuality reveals that the religion syncretization in the novel is influenced by Japan‟s political condition in WWII and it is relevant with historical facts and Endo‟s background.]
2015
T43606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kriswanto
Abstrak :
Bismaprawa adalah sebuah codex unicus berasal dari koleksi naskah Merapi-Merbabu yang ditulis sekitar tahun 1669 M. Penelitian ini bertujuan menyajikan Bismaprawa sebagai codex unicus ke dalam edisi teks dan mengeksplorasi aspek kebahasaan untuk menentukan ragama bahasa Bismaprawa serta memperlihatkan intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu metode dalam rangka edisi teks dan metode dalam rangka analisis teks. Edisi teks codex unicus dilakukan dengan menyajikan teks dalam edisi diplomatik dan edisi kritik disertai terjemahan. Analisis aspek kebahasaan Bismaprawa menunjukkan bahwa bahasa Bismaprawa adalah bahasa Jawa Kuno dengan ragam Merapi-Merbabu, tempat Bismaprawa ditulis. Bahasa Jawa Kuno ragam Merapi-Merbabu menunjukkan ciri-ciri bahasa Jawa Kuno yang mendapat pengaruh bahasa Jawa. Analisis aspek intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa dilakukan berdasarkan tokoh dan tempat serta peristiwa. Analisis tersebut menunjukkan bahwa meskipun Bismaprawa bersumber pada Adiparwa, namun beberapa tokoh dan tempat maupun peristiwa tidak ditemukan dalam Adiparwa. Dengan demikian intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa melahirkan penciptaan kembali dengan memunculkan unsur baru yang tidak ditemukan dalam teks sumber. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa untuk menangani naskah codex unicus seperti Bismaprawa memerlukan dua tahap edisi yaitu diplomatik dan kritik. Penciptaan teks Bismaprawa dapat dipandang sebagai upaya pembaca sekaligus penulis dalam rangka menafsirkan Adiparwa sebagai teks sumber. Usaha penafsiran dengan munculnya unsur baru dianggap mewakili sebuah tradisi pewarisan teks yang hidup sesuai dengan situasi masyarakat pendukungnya. ......Bismaprawa is a codex unicus originated from Merapi-Merbabu manuscripts written around 1669 AD. This study aims to present a Bismaprawa as codex unicus into text editions and to explore the aspects of language to specify the language diversity of Bismaprawa and also to demonstrate intertextuality Bismaprawa with Adiparwa. The method used in this research is divided into two methods, that is methods for text edition and methods for text analysis. Codex unicus text edition is done by presenting the text in a diplomatic edition and critical edition with translation. Analysis of language aspects of Bismaprawa shows that Bismaprawa uses Old Javanese with a variety of Merapi-Merbabu, the place where Bismaprawa was written. Old Javanese on Merapi-Merbabu variety shows characteristics of Old Javanese language under the influence of Java language. Analysis of intertextuality aspects of Bismaprawa with Adiparwa performed by the characters, places and events. The analysis shows that despite Bismaprawa rooted in Adiparwa, but some of characters, places and events are not found in Adiparwa. Thus, intertextuality Bismaprawa with Adiparwa produce re-creation by generating a new element which is not found in the source text. The conclusion of this study is that to deal with codex unicus manuscript like Bismaprawa require two stages editions, that is diplomatic and criticism editions. The creation of Bismaprawa can be seen as an attempt of reader and writer in order to interpret Adiparwa as the source text. Interpretive effort with the advent of a new element is considered to represent a tradition of text inheritance that remain according to the situation of supporters.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T46647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Adanurani
Abstrak :
Jurnal ini merupakan studi filosofis terhadap posisi subjek perempuan dalam sejarah Indonesia melalui teori semiotik Julia Kristeva. Minimnya representasi perempuan dalam sejarah diakibatkan dominasi patriarki dalam ruang simbolik sejarah objektif. Objektivitas sejarah lantas hanyalah subjektivitas yang terselubung dalam relasi kuasa gender. Untuk membuktikan hal tersebut, saya melakukan riset berbasis seni (arts-based research) terhadap video Dunia Wanita, yang mendekonstruksi arsip Gelora Indonesia melalui teknik penyuntingan. Kajian melalui metode semanalysis terhadap simbol-simbol perempuan dalam video tersebut mengungkapkan adanya bias gender dalam perspektif negara sebagai penentu sejarah objektif. Menantang makna objektif tersebut membutuhkan proses intertekstualitas, bahwa makna dalam teks terus-menerus berubah melalui pemaknaan subjek. Subjektivitas perempuan pun menjadi siasat bagi perempuan untuk memahami keberadaan dirinya di tengah arus sejarah, mendorong terjadinya emansipasi terhadap sejarah dan subjek perempuan. ...... This paper is a philosophical study on the position of the female subject in the Indonesian history through Julia Kristeva’s semiotic theory. The lack of women’s representation in history is related to the domination of patriarchy in the symbolic space of objective history. Therefore, historical objectivity is merely subjectivity, veiled underneath a network of gender power relation. In order to prove this thesis, I attempted an arts-based research towards Dunia Wanita, a video that deconstructed the archives of Gelora Indonesia through montage editing. A semanalysis study towards the symbolization of women in the video reveals a gender bias in the perspective of the state as the determinant of the objective history. In order to challenge the objective meaning, the process of intertextuality must take place; to continuously transform the meaning of the text through the subject’s signifying process. The female subjectivity becomes a strategy for women to identify their existence amidst the historical time, therefore emancipating the history and the female subject itself.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kim Jang Gyem
Abstrak :
Mochtar Lubis merupakan tokoh yang selalu gigih memperjuangkan kebenaran, keadilan, kebebasan berpendapat, dan nasib rakyat. Hal itu terlihat dari berbagai aktivitasnya sebagai sastrawan dan wartawan. Dalam setiap karya sastranya, Mochtar Lubis seolah-olah menyatakan dengan jelas pemikirannya. Dengan mengamati hubungan antarteks (intertekstualitas) di dalam karya-karya Mochtar Lubis, dapat dijalin benang merah mengenai persoalan yang selalu didengungkan oleh sastrawan itu dari satu karya ke karya yang lain, seperti ketakutan manusia dan dekadensi moral manusia.
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Yoesoef
Abstrak :
Penulisan sastra drama di Indonesia dari masa ke masa memperlihatkan perkembangan yang selaras dengan dinamika masyarakat sebagai sumber cerita yang tidak habis-habis. Setiap zaman memiliki sastra drama kanonnya sendiri-sendiri sekaligus merepresentasikan bentuk dan isi yang mencirikan semangat zaman. Demikian pula dengan sastra drama karya Akhudiat yang dibuat pada tahun 1970-an. Karya-karyanya sebagaimana juga karya penulis lain sezaman memperlihatkan semangat bereksperimen, baik dalam segi bentuk maupun isinya. Penelitian ini membahas lima karya Akhudiat yang dibuat antara tahun 1972 hingga 1977, dengan berfokus pada dua karya, yaitu "Jaka Tarub" dan "Re" yang dipandang menampilkan pencapaian kreativitas Akhudiat. Dua pendekatan digunakan untuk menelaah karya-karya tersebut, yaitu pendekatan struktural digunakan untuk mendapatkan komposisi setiap karya sebagai wujud dari realisasi gagasan Akhudiat, dan dari komposisi itu diperoleh teknik pengaransemenan yang berpola. Pola tersebut dalam tataran struktur, yaitu pola dramatik, pola bahasa, dan pola permainan. Selain komposisi secara struktural, karya-karya Akhudiat juga mengandung unsur tekstural, berupa musik dan gerak, yang membangun dramatik secara signifikan. Di samping masalah komposisi, pendekatan intertekstualitas terhadap karya-karya Akhudiat itu untuk menunjukkan jalinan antarteks yang membangun pemaknaan di pembaca. Pola hubungan transtekstualitas pada karya-karya tersebut memperlihatkan jenis hubungan antarteks berupa intertekstualitas, paratekstualitas, metatekstualitas, dan hipertekstualitas yang diwujudkan dalam berbagai tataran baik struktur maupun tekstur. ...... From time to time, the writing of drama in Indonesian literature has shown a development which is consistent with the dynamics of Indonesian community as its inexhaustible source of stories. Every era has its disciplinary canons of literary drama on their own as well as representing the form and content that characterizes the spirit of its age. Similarly, the literary dramas of Akhudiat's which were composed in the 1970s, as well as contemporary works by other authors in the respective era, show the spirit of experimentation, both in terms of form and content. This study discusses Akhudiat five works which were written between 1972 to 1977, with a focus on two of his works, namely "Jaka Tarub" and "Re," which are perceived as a notable achievement of Akhudiat's creativity. Two approaches are used to examine these works. Firstly, the structural approach is used to obtain the composition of each work as a manifestation of the realization of Akhudiat's ideas, from which the patterned arrangement techniques are identified. The patterns studied at the structural level are the dramatic patterns, pattern of languages, and the pattern of the game. In addition to structural composition, Akhudiat's works also contain textural elements, such as music and movement, which build up the dramatic scenes significantly. Secondly, in addition to the structural approach, intertexuality approach is used since Akhudiat's works demonstrate intertextual fabrics which further develop readers-process of meaning-making. Transtextuality relationship patterns in those works also reflect the types of intertextual relations in the forms of intertextuality, paratextuality, metatextuality, and hypertextuality which are embodied in various levels, especially structure and texture.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1484
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ramadhani
Abstrak :
Penelitian ini membahas intertekstualitas yang ada di antara serial anime Bungo Stray Dogs (2016) dan novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) karya Dazai Osamu. Kemudian, latar belakang dari adanya hubungan di antara kedua karya sastra tersebut akan dianalisis dengan mengambil sudut pandang sang pengarang serial Bung? Stray Dogs, yaitu Kafka Asagiri. Penelitian ini menggunakan konsep intertekstualitas yang dikembangkan oleh Julia Kristeva dan Michael Riffaterre untuk menganalisis data, yaitu konsep yang mengemukan bahwa sebuah karya pasti memiliki hubungan dengan karya lainnya. Dengan menggunakan metode analisis intertekstualitas yang disampaikan oleh Julia Kristeva, analisis dilakukan dengan berfokus kepada salah satu karakter di kedua karya, yaitu Oba Yozo dari Ningen Shikkaku dan Dazai Osamu dari Bungo Stray Dogs. Baik melalui visualisasi maupun dialog antar tokoh, peneliti menemukan adanya tanda-tanda intertekstualitas di antara kedua karya yang sebagian besar ditunjukkan melalui kebiasaan yang dimiliki kedua karakter. Lebih jauh lagi, ditemukan juga perbedaan-perbedaan di antara intertekstualitas yang telah ditemukan. Penelitian ini menemukan intertekstualitas yang tidak utuh atau parsial dalam Bungo Stray Dogs yang ditunjukkan dengan penggambaran karakter Dazai Osamu yang tidak sepenuhnya sama dengan Oba Yozo. Melalui penelaahan dari sudut pandang pengarang, diketahui bahwa intertekstualitas tersebut dihadirkan untuk menghormati sastrawan-sastrawan besar yang dijadikan sebagai referensi dengan cara menggambarkan mereka sebagai karakter yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, sastrawan besar tersebut juga dipandang perlu untuk ditampilkan sebagai sosok-sosok yang dapat lebih diterima dalam budaya populer kontemporer. ......This research examines the intertextuality between the anime series Bungo Stray Dogs (2016) and the novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) by Dazai Osamu. Subsequently, the background of the relationship between the two literary works will be analyzed from the perspective of the author of Bung? Stray Dogs, Kafka Asagiri. This study utilizes the concept of intertextuality developed by Julia Kristeva and Michael Riffaterre to analyze the data, which is a concept that suggests that a work inevitably has connections with other works. By employing the method of intertextual analysis presented by Julia Kristeva, the focus is placed on one character from each work, namely Oba Yozo from Ningen Shikkaku and Dazai Osamu from Bungo Stray Dogs. Through both visual and dialogue analysis, the researcher discovers signs of intertextuality between the two works, primarily demonstrated through shared characteristics and habits of the two characters. Furthermore, differences in the identified intertextuality are also found. This research reveals a partial or incomplete intertextuality in Bung? Stray Dogs, as evidenced by the portrayal of Dazai Osamu, which is not entirely identical to Oba Yozo. From the author's perspective, it is understood that this intertextuality is presented to pay homage to renowned writers used as references by depicting them as characters with improved lives. Additionally, these acclaimed authors are also portrayed as figures that can be more accepted in contemporary popular culture.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Martha Andyani
Abstrak :
Intertekstualitas adalah hubungan yang muncul antara teks-teks berbeda, khususnya teks sastra. Intertekstualitas juga dapat dimaknai sebagai pengacuan dalam satu teks dengan teks yang lain. Intertekstual dalam sebuah teks sastra dapat berbentuk ekspansi dan konversi. Dalam tulisan ini, peneliti menganalisis hubungan intertekstual antara puisi Kkot karya Kim Chun-su yang merupakan puisi hipogram dan puisi Kkot-eui Paerodi karya O Gyu-won. Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu perbedaan dan persamaan antara teks hipogram dan teks transformasi sebagai parodinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan intertekstual. Dari hasil analisis ditemukan adanya perbedaan dan persamaan dalam unsur intrinsik kedua puisi berupa ekspansi bentuk berupa penambahan larik dan bait dan perubahan rima serta irama, ekspansi ekspresi berupa perubahan penggunaan kalimat, bahasa kiasan, simbol, citra dan ironi, serta perubahan pemaknaan konsep secara umum yang menjadi inti utama masing-masing puisi. Selain berbentuk ekspansi, terdapat juga konversi berupa pengubahan objek serta penambahan sudut pandang pada teks transformasi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran makna eksistensialisme dari puisi aslinya. Teks trasnformasi juga tidak meneruskan konvensi teks hipogram sehingga terjadi perubahan bentuk yang signifikan yang menghilangkan kekhasan teks hipogram yang dapat terlihat dari irama dan rima yang digunakan. ......Intertextuality is the relationship that arises between different texts, especially literary texts. Intertextuality can also be interpreted as a reference in one text to another. Intertextual in a literary text can take the form of expansion and conversion. In this paper, the researcher analyzes the intertextual relationship between Kim Chun-su's Kkot poem which is a hypogram poem and O Gyu-won's Kkot-eui Paerodi poem. This paper aims to find out the differences and similarities between the hypogram text and the transformation text as a parody. The method used is descriptive qualitative method with an intertextual approach. From the results of the analysis, it was found that there were differences and similarities in the intrinsic elements of the two poems in the form of form expansion in the form of adding lines and stanzas and changes in rhyme and rhythm, expansion of expression in the form of changes in the use of sentences, figurative language, symbols, imagery and irony, as well as changes in the meaning of general concepts used. become the main core of each poem. In addition to the form of expansion, there are also conversions in the form of changing objects and adding a point of view to the transformation text. These changes caused a shift in the meaning of existentialism from the original poetry. The transformation text also does not continue the convention of the hypogram text so that there is a significant change in form that eliminates the uniqueness of the hypogram text which can be seen from the rhythm and rhyme used.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>