Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Soleh Abdullah
Abstrak :
ABSTRAK
Dewasa ini terdapat banyak altematif yang dapat dipilih investor untuk menginvestasikan dana dalam instrumen investasi, secara umum investor melakukan investasi ,pada obligasi, saham, valas, emas dan deposito. Pemilihan jenis instrumen investasi merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, oleh karena itu mendorong unn1k dilakukan penelitian yang obyektif yang dapat memberikan gambaran bagi investor untuk memilih secara obyektif diantara intrumen investasi yang paling sesuai dan mengwltlmgkan atau kombinasi dari kelima instrumen investasi tersebut. Karya akhir ini mempunyai dua tujuan utama yaitu, pertama unhlk mencari investasi mana yang paling menguntungkan diantara kelima instrumen investasi dimaksud selama periode Tahun 2000-2002, serta membentuk portofolio yang optimal dari kelima intrumen investasi tersebut sehingga dapat menghasilkan return tertentu dengan risiko terendah.

Perangkat untuk menguji kinerja instrumen investasi yang diukur dari rata-rata return adalah uji anova, suatu uji untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata retum diantara kelima instumen investasi secara serentak atau sekaligus, dilanjutkan dengan uji post hoc dengan uji Tukey, yaitu uji lanjutan untuk mengetahui intmmen investasi mana yang memiliki kinerja terbaik Sedangkan metoda yang digunakan untuk membentuk portofolio optimal dari kelima instrumen investasi adalah dengan pendekatan Markowitz diversification dikombinasikan dengan preferensi investor tehadap risiko.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja instrumen investasi obligasi dengan return sebesar 40,00% dan standar deviasi 67,43%, lebih baik dari saham yang memiliki return -11,85% dan standar deviasi 186,54%, tetapi memiliki kinerja yang tidak berbeda dari instnunen investasi valas, emas dan deposito. Sedangkan instrumen investasi valas, emas, deposito maupun saham memiliki kinerja yang tidak berbeda. Portofolio pada instrumen investasi aset berisiko yang paling optimal berdasarkan Metode Markowitz Diversification diperoleh dari portofolio investasi yang hanya terdiri dari 100% Obligasi. Portofolio tersebut menghasilkan tingkat return portofolio 40,00% dan standar deviasi portofolio 67,43%. Indeks reward to variability ratio yang dihasilkan portofolio instrument investasi aset berisiko tersebut sebesar 0,4054.

Pada umumnya investor adalah menghindari risiko (risk averse) diasumsikan memiliki indeks keengganan terhadap risiko (risk avertion index) sebesar 4 (A=4), sehingga portofolio lengkap pada instrumen investasi yang terdiri dari aset berisiko dan aset bebas risiko yang paling optimal, diperoleh dari portofolio investasi yang terdiri dari 85 % pada Deposito dan 15% Obligasi. Portofolio terse but menghasilkan tingkat return portofolio 16,78% dan standar deviasi portofolio 10,14%.

Temuan ini memberikan implikasi, bagi investor dapat digunakan sebagai referensi dalam berinvestasi pada instrumen investasi obligasi, saham, valas, emas dan deposito, Walaupun tidak pernah menjadi jaminan instrumen investasi yang memilki kinerja terbaik dimasa lalu akan memberikan basil yang sama dimasa depan, tetapi paling tidak konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupak:an salah satu petunjuk atas instrumen investasi tersebut dimasa depan. Investor sebaiknya mengalokasikan dananya pada suatu portofolio lengkap, karena adanya efek diversifikasi sehingga dapat mengurangi risiko dibandingkan dengan hanya melakukan investasi pada satu intrumen investasi, komposisi portofolio lengkap yang optimal adalah deposito sebesar 85% dan obligasi sebesar 15%.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
College students are intellectuals that are expected to become agents of change in the future. Academic knowledge that they receive while in college will be very useful when they enter community life.....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Pramanta
Abstrak :
Data akuntansi ditujukan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Akan tetapi, data akuntansi tidak secara eksplisit mengukur risiko. Selama ini, ukuran risiko yang dikenal dalam komunitas investasi adalah bersifat market determined. Oleh karena itu, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana hubungan ukuran-ukuran risiko berdasarkan akuntansi dengan ukuran risiko pasar? Sejauh mana kemampuan ukuranukuran risiko berdasarkan akuntansi dapat menjelaskan risiko pasar? Bab ini akan memaparkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang mendasari penelitian ini.Bagian pertama dari bab ini akan menjelaskan mengenai perkembangan pengetahuan dalam teori investasi, khususnya mengenai ukuran-ukuran risiko berdasarkan pasar. Bagian ini akan diakhiri dengan model Capital Asset Pricing Model yang menggunakan beta sebagai ukuran risiko pasar. Bagian kedua dari bab ini akan memaparkan tujuh variabel yang dipercaya dapat berperan sebagai ukuran-ukuran risiko berdasarkan akuntansi, yaitu payout, growth, leverage, liquidity, size, earnings variability, dan accounting beta. Bab ini akan memaparkan sampel penelitian, metode pemodelan, penjelasan definisi operasional, pembangunan hipotesis, dan juga prosedur pengolahan data. Jumlah perusahaan yang akan digunakan sebagai obyek penelitian adalah 34 perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode regresi secara cross-sectional. Khusus untuk beta pasar dan accounting beta, terlebih dahulu dulakukan regresi secara time series. Bab ini akan memaparkan hasil penelitian. Hasil penelitian ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjadi garis besar penelitian ini, menguji hipotesis-hipotesis yang ada, serta membentuk model optimal yang dapat menggambarkan hubungan antara ukuran-ukuran risiko berdasarkan akuntansi terhadap ukuran risiko pasar. Model optimal ini juga akan menjawab sejauh mana kemampuan ukuran-ukuran risiko akuntansi tersebut dalam menjelaskan risiko pasar.Bagian pertama bab ini akan merangkum semua analisis dari hasil penelitian. Bagian kedua bab ini akan memaparkan keterbatasan-keterbatasan dari penelitian ini. Kemudian bagian terakhir dari bab ini akan memaparkan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya kelak yang juga mengangkat topik ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
5933
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anakotta, Donald Harny
Abstrak :
Sebagian besar lahan tanah milik Perum Pegadaian yang ada saat ini, hanya dimanfaatkan untuk usaha gadai. Padahal jika dilihat dari letaknya, cukup banyak lokasi tanah yang berada pada daerah strategis (pusat kota dan sentra bisnis), sehingga sangat memungkinkan untuk dapat dikelola lebih optimal lagi melalui diversifikasi usaha properti yang dapat menjadi suatu central business unit menguntungkan. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah keterbatasan dana yang dimiliki untuk menjadikan eksistensi lahan-lahan tersebut sebagai profit centre. Mengantisipasi permasalahan diatas, upaya yang dapat ditempuh adalah melakukan kerjasama investasi dengan pihak lain yang mau menanamkan modalnya dalam bisnis properti. Namun karena biaya investasi yang dibutuhkan cukup besar dan pengembaliannya pun membutuhkan waktu lama, perlu dilakukan langkah-langkah strategis dalam menentukan jenis investasi properti apa yang cocok untuk diterapkan pada lokasi tertentu serta bagaimana bentuk kerjasama serta pola pendanaan investasinya. Dalam penelitian ini, dilakukan kajian mengenai rekayasa pendanaan model project finance untuk menilai kelayakan jenis investasi properti, pada salah satu lahan strategis milik Pegadaian, yang terletak di jalan D.I. Panjaitan Kav. 50/42 Jakarta timur. Kajian ini dimaksudkan dalam rangka optimalisasi pemanfataan lahan, melalui kerjasama investasi properti sistem BOT. Fokus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pola pendanaan yang optimum melalui rekayasa pendanaan model project finance, yang dapat lebih mendorong kelayakan suatu jenis investasi proyek properti terpilih. Berdasarkan hasil penelitian, jenis investasi yang terpilih pada lokasi tersebut adalah mixed use antara rumah sakit dan universitas, yang menghasilkan NPV=53.043.172.085,50 dan IRR = 16%. Setelah dilakukan rekayasa pendanaan model project finance, dengan dua pilihan konsesi yaitu 25 tahun dan 30 tahun, terlihat bahwa nilai NPV dan IRR yang paling optimum untuk masa konsesi 25 tahun adalah skenario pendanaan dengan komposisi equity/loan 30:70 yang menghasilkan NPV sebesar Rp. 143.635.472.388,16 dengan ERR 22%. Sedangkan untuk masa konsesi 30 tahun, terlihat bahwa skenario pola pendanaan yang paling optimum adalah komposisi 30% equity-70 % loan, dimana nilai NPV nya = 149.419.362.840,16 dan IRR = 22%. Kedua skenario ini menghasilkan nilai NPV dan IRR lebih besar dari pada baseline cashflow, yang merupakan tujuan dari penelitian.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afdal Julianto
Abstrak :
Investasi pembangunan pabrik pengering biji jagung untuk menunjang infrastruktur pangan sebagai pengembangan industri hulu berbasis agro masih minim di Indonesia baik milik pemerintah atau milik swasta terutama di wilayah luar pulau jawa. Kurang tertariknya investor untuk menginvestasikan modal modal bukan tanpa alasan, masalah kerugian dan risiko investasi yang sering timbul sebelum dan sesudah pabrik beroperasi menjadi masalah utama bagi investor. Untuk melakukan analiasa investasi dengan metode konvensional dianggap sudah tidak dapat mewakili karena tidak ada unsur risiko kedalam perhitungan investasi. Penelitian ini menganalisis kelayakan investasi berbasis risiko yang timbul dalam proyek pembangunan pabrik tersebut. Metode penelitian yang digunakan berdasarkan analisa data primer dengan data proyek dan pengolahan data menggunakan analisa risiko berdasarkan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) melalui interview, kuesioner dan validasi pakar. Hasil dari penelitian diperoleh risiko yang paling mempengaruhi kinerja investasi adalah biaya transportasi dan distribusi produk, pasokan bahan baku kurang dari kapasitas produksi dan kenaikan harga bahan bakar minyak. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi atau masukan bagi investor swasta maupun pemerintah dalam melakukan investasi pembangunan pabrik pengering biji jagung di Indonesia. ......Investment in the construction of corn grain dryer factory to support food infrastructure and development of agro-based upstream industries is still lacking in Indonesia, both government-owned and private-owned, especially in areas outside Java (remote area). The problem of loss and investment risk which often arise before and after the factory operates becomes a major problem causing a lack of interest for investors. Conventional investment analysis methods do not consider risk into their calculation of investment. This study analyzes the feasibility of investing based on the risks that arise during and after the construction of the factory. The research method used in this analysis is based on primary data which is then processed using risk analysis approach based on AHP (Analytic Hierarchy Process) method conducted by the study of literature, interviewing, survey and expert validation. The results of the research show that the risks that most affect investment performance are the costs of transportation and product distribution, the supply of raw materials is less than the production capacity and increasing fuel price. The results of this study are expected to provide recommendations or input for private and government investors from investing in the construction of corn grain drying factory in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Andriyani Budiman
Abstrak :
ABSTRAK
This study aims to analyze public interest in investing in sukuk seen from investment risk factors(risk of default, interest rate, risk of repurchase, investment costs, deposits, liquidity, inflation,and competitiveness) and islamic attribute factors (avoiding usury, avoiding rental investment,avoiding uncertainty, equitable investment, good luck deals, activities in accordance with sharia,not wrongdoing and tyranny, and profit sharing systems). The population in this study were investorswho had SR-010 registered at the Kudus selling agent. The sampling technique used conveniencesampling technique and found 48 people as research respondents. The analysis method used ismultiple linear regression analysis. The results of this study indicate that investment risk factorsand islamic attribute factors influence the interest of the community to invest in sukuk.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2018
330 AJSFI 2:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Susanto
Abstrak :
Obligasi sudah menjadi salah satu pilihan investasi utama di pasar modal di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir sampai dengan tahun 2005 penerbitan obligasi korporasi kembali marak setelah sempat terhambat perkembangannya oleh krisis ekonomi. Peningkatan investasi pada surat berharga obligasi mencerminkan perubahan preferensi atas tingkat risiko dan imbal hash (return) yang ingin dicapai investor. Investor dan para manajer investasi berupaya untuk memperbaiki kinerja investasi dengan mengoptimalkan return yang bisa diperoleh dengan suatu tingkat risiko yang terukur. Kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh investor obligasi korporasi disebut credit premium dan besarannya disebut credit spread. Di pasar obligasi, credit spread biasanya dihitung melihat selisih antara yield obligasi korporasi dengan yield obligasi pemerintah yang berjangka waktu sama. Credit spread seringkali disamakan dengan default spread, yakni premium yang diberikan untuk mengkompensasi risiko default yang ditanggung oleh pemegang obligasi. Padahal, pada kenyataannya risiko default hanyalah salah satu risiko yang dihadapi oleh pemegang obligasi korporasi. Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk credit spread dan kemungkinan penggunaan pendekatan option untuk memprediksi kejadian default dan teori penentuan harga obligasi dalam rangka memahami pergerakan credit spread di pasar sekunder obligasi. Pemodelan credit risk ini menggunakan data yield obligasi korporasi yang bertipe fixed dan tenmasuk ke dalam kategori non-callable bonds. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah hampir seluruh data perdagangan obligasi korporasi yang tercatat pada Bursa Efek Surabaya dalam kurun waktu 51 bulan dari bulan April 2002 sampai dengan Juli 2006. Selanjumya, data perdagangan yang digunakan di dalam tulisan ini dibatasi hanya obligasi korporasi dengan rating yang berada dalam golongan investment grade, artinya obligasi karporasi yang memiliki profil risiko yang layak untuk dijadikan investasi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari Bursa Efek Surabaya, sclama 51 bulan diperolch sebanyak 3.178 hari data transaksi obligasi yang diobscrvasi dengan rating BBB- sampai dengan AAA. Penghitungan credit spread dilakukan setelah diperoleh data yield masing-masing obligasi dan tingkat bunga risk free yang memiliki jatuh tempo yang sama dengan obligasi yang akan dihitung credit spread-nya. Sedangkan penghitungan default spread menggunakan formula yang dikembangkan oleh Delianedis and Geske (1999), yang mengaplikasikan pendekatan option model Merton (1974) sebagai dasar teori. Setelah diperolch credit spread dan default spread langkah selanjutnya adalah menghitung residual spread dengan Sara menghitung selisih antara credit spread dengan default spread. sampai dengan tahap ini, penulis memperoleh data credit spread, default spread dan residual spread. Regresi kemudian dilakukan alas residual spread dan variabel-variabel yang diduga merupakan penentu residual spread bertujuan menjelaskan faktor apa Baja yang membentuk credit spread obligasi korporasi, selain faktor default spread. Pada awalnya pemodelan dengan prosedur regresi mencoba memasukkan 18 variabel bebas yang terdiri dari faktor-faktor fitur obligasi korporasi dan variabel makroekonomi yang berpengaruh terhadap harga obligasi. Residual spread merupakan variabel tak bebas. Penulis perlu menekankan bahwa karya ilmiah ini tidak dimaksudkan untuk membuat model yang digunakan untuk memprediksi residual spread di masa datang, namun lebih dimaksudkan untuk mencari faktor-faktor yang menerangkan komponen -pembentuk credit spread. Setelah melakukan tiga tahap regresi dan kemudian pengujian statistik atas hasil regresi, penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor yang menerangkan terjadinya perbedaan antara credit spread dan default spread di pasar obligasi Indonesia terbagi dalam dua kelompok variabel. Kelompok pertama adalah yang berkaitan dengan fitur obligasi itu sendiri yakni; rating obligasi, kupon dan jangka waktu jatuh tempo obligasi (term-tomaturity). Kelompok kedua berkaitan dengan variabeI-varibel makroekonomi yang mempengaruhi yield yang diinginkan investor obligasi (required yield) terdiri dari suku bunga SBI I bulan, inflasi, volume perdagangan pasar obligasi dan return pasar saham. Dari tujuh variabeI di atas, SBI, inflasi dan rating obligasi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pergerakan credit spread. Variabel kupon juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan kepada credit spread. Sedangkan volume perdagangan pasar obligasi, term-to-maturity dan return pasar saham memiliki pengaruh kecil kepada pembentukan credit spread.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiedyantari
Abstrak :
Saham merupakan instrumen investasi yang digemari karena adanya kemungkinan investor mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang cenderung singkat. Bersamaan dengan adanya kemungkinan keuntungan dalam jumlah besar tersebut, terdapat pula kemungkinan kerugian yang tak kalah besar. Hal inilah yang menyebabkan investor yang telah memilih saham sebagai instrumen investasinya hams mampu mengelola risiko yang menyertai perdagangan saham. Secara umum, harga saham yang dibentuk di pasar modal dipengaruhi oleh kondisi perusahaan. Jika performa yang ditunjukkan perusahaan baik, maka terdapat kecenderungan harga saham perusahaan terkait meningkat begitupula sebaliknya. Beberapa kondisi yang mampu mempengaruhi fluktuasi harga saham adalah kinerja perusahaan, kredibilitas susunan pengurus, iklim ekonomi negara, regulasi secara makro dan masih banyak Iagi. Penelitian yang dilakukan pada karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh rasio keuangan terhadap beta yang merupakan risiko sistematik sebuah saham. Risiko sistematik perusahaan adalah risiko yang terkait erat dengan kondisi pasar dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi saham. Penelitian yang dilakukan Tandelilin (1997) menemukan bahwa rasio keuangan mampu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematik saham. Rasio keuangan merupakan bagian dari tampilan kondisi keuangan perusahaan. Bagi perusahaan publik, terdapat kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tersebut secara periodik yakni secara triwulanan dan tahunan. Tujuannya adalah untuk mempertanggungjawabkan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh publik. Obyek penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah saham-saham perusahaan industri perbankan yang memiliki volume perdagangan tertinggi selama periode Januari 2004 hingga September 2006. Bank yang termasuk dalam penelitian ini adalah Bank Central Asia, Bank Rakyat Indonesia, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia, Bank Lippo dan Bank Panin. Selain memiliki volume perdagangan tertinggi di lantai bursa, kedelapan saham ini memiliki aset lebih besar dan Rp. 20 Triliun, sehingga dapat dikategorikan sebagai bank besar. Diharapkan kriteria obyek penelitian ini mampu mewakili kondisi perbankan Indonesia secara umum. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia mengenai faktor-faktor yang menentukan tingkat kesehatan sebuah bank mencakup permodalan, kualitas aset, manajemen, pendapatan dan likuiditas, maka variabel yang dipilih untuk diteliti adalah Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NFL) dan Earnings Per Share (EPS). ROE dan EPS dapat mewakili faktor pendapatan (earnings), sementara faktor likuiditas diwakili oleh rasio LDR, NPL dan CAR. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang penting dalam dunia perbankan. Berdasarkan pengalaman di masa lalu, maka Bank Indonesia juga telah mengeluarkan ketetapan yang mewajibkan pihak bank memenuhi sejumlah tertentu nilai rasio tersebut, antara lain CAR dan NPL. Tujuannya tak lain adalah untuk memastikan tingkat kesehatan perbankan nasional. Data-data yang didapat berupa harga saham mingguan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mingguan dan informasi rasio keuangan yang didapat dari laporan keuangan kwartalan perusahaan. Selanjutnya, semua data tersebut diolah dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari return indidual dan return market. Tahap kedua, dilakukan pencarian beta masing-masing saham melalui regresi indeks tunggal antara return individual dengan return market. Tahap terakhir adalah mencari bentuk regresi yang dapat mewakili hubungan antara beta saham dengan rasio-rasio keuangan dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE dan CAR memiliki hubungan yang berlawanan dengan beta. Rasio LDR, NPL dan EPS menunjukkan hubungan yang searah dengan beta. Hal ini berati kenaikan variabel ROE dan CAR akan berdampak pada penurunan nilai beta. Kenaikan pada LDR, NPL dan EPS akan dapat meningkatkan risiko sistematik saham. Nilai risiko sistematik rata-rata cukup besar, yakni 1.32. Artinya risiko kepemilikan saham ini berkaitan erat dengan kondisi pasar. Uji elastisitas yang dilakukan pada beta dan rasio-rasio keuangan menunjukkan bahwa kepekaan beta tertinggi disebabkan justru oleh variabel CAR. Hal ini mungkin terjadi disebabkan sejarah masa lalu. Kejatuhan dunia perbankan di masa lampau disebabkan minimnya cadangan dana di bank sendiri yang akhirnya mengakibatkan kesulitan likuiditas bagi bank. Hasil akhir dari penelitian menunjukkan bahwa regresi multi-index yang didapatkan belum dapat menjelaskan seluruhnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham. Walaupun demikian, persamaan ini dapat dijadikan salah satu indikator alternatif dalam menilai kondisi perbankan dan saham-saham perusahaan perbankan.
Stocks, one of the investment's instruments were chosen by investor because of the attractiveness of return gained in large amount and in shorter time compared to other instruments. The consequence of high return that an investor might get was the risk. This is the reason why an investor must be able to manage the risk that come along with the investment decision in stocks. Stock?s price formed in the market, were influenced by the condition of the company itself. In detail, the conditions that might influence a company's stock price volatility are the company's performance, staffs credibility, regulation, macro economic and many more. The research's purpose is to find out how the financial ratios influence the systematic risk (beta) of a stock. Systematic risk of a company is a risk that related to market condition and can not be eliminated through portfolio diversification. This research based on Tandelilin study on 1997 that finds macro indicator such inflation rate and GDP does not significantly influence systematic risk, financial ratios do. Financial ratios revealed the financial condition of a company. There was an obligation for the public corporation to publish their financial report periodically, quarterly and yearly. The purpose of this obligation is to be responsible to the public that own the company through their shares. The research objects chosen are banking company stocks that had the highest selling volume during January 2004 until September 2006. Those banks are Bank Central Asia (BCA). Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Niaga, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Panin, and Lippo Bank. These banks also had assets for more than Rp. 20 Billions and categorized as Capital, asset quality, management, earnings and liquidity were the main factors to form a credible bank, according to the Indonesian Bank (BI). That is, the financial ratios chosen in this research are Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) and Earnings Per Share (EPS). ROE and EPS represent the earnings factor, while LDR, NPL and CAR represent the liquidity factor. Those five ratios were the most important ratios in banking industry. Based on history and to maintain the credibility of national banking industry, Indonesian Bank had defined several minimum percentages of CAR and NPL. Data used in this research are weekly stock's price, weekly Jakarta's Composite Index and financial ratios that taken from quarterly financial report. It was calculated in three steps. The first step is to calculate market return and stock's individual return by using stock price and composite index data. The second step is to calculate beta, using single index regression of market return and individual return. The last step is to form a multi regression that could represent the influence of each financial ratio to systematic risk. All the calculations were done using Microsoft Excel and SPSS 13 program. The results show that ROE and CAR influence systematic risk negatively. LDR, NPL and EPS ratios influence systematic risk positively. This means that the increasing of ROE and CAR will decrease the level of systematic risk. Increasing LDR, NPL and EPS point will increase the level of systematic risk. From this research, we find out that the systematic risk of sample is above I or high enough (average 1.32). It means that the stock's risk strongly related to the market risk. Elasticity test that also done in this research shows that the highest sensitivity of was beta caused by CAR variable. This might explain that liquidity is the most important thing in banking industry. The research's results also show that multi-index regression still unable to explain the whole factors that influence systematic risk. Despite, the regression can be used as the alternative indicator to control banking industry and also banks' stocks.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T19747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Kristiawan Subagyo
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan pendekatan RIMS Risk Maturity Model 2022 yang bertujuan untuk mengevaluasi tingkat maturitas risiko pada PT X yang merupakan Badan Usaha Milik Negara sektor konstruksi dalam menjalankan penugasan pemerintah proyek investasi Jalan Tol Trans Sumatera. Investasi Proyek Jalan Tol Trans Sumatera dikategorikan dalam risiko tinggi karena dinilai memiliki kelayakan investasi yang rendah. Penelitian ini memiliki kontribusi untuk memahami lebih jauh bagaimana perusahaan dalam mengelola risiko dengan kondisi model bisnis yang berbeda (non-profit). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus single unit analysis (embedded) dengan metode pengumpulan data triangulasi yang menggunakan instrumen penelitian wawancara, dokumentasi dan observasi. Descriptive Qualitative Analysis digunakan sebagai metode dalam menganalisis data. Hasil penilaian Tingkat Maturitas Risiko secara keseluruhan mendapatkan nilai 3.76 dari skala tertinggi 5, berada pada tingkat Tier-3 yang berarti organisasi memiliki kemampuan dalam proses yang berulang (repeatable) dalam penerapan manajemen risiko. Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi yang relevan dalam rangka perbaikan dan peningkatan penerapan manajemen risiko di perusahaan. ......This study uses the RIMS Risk Maturity Model 2022 in a bid to evaluate the level of risk maturity at PT X, a state-owned enterprise in the construction sector, in carrying out a government-assigned investment project for the Trans Sumatra Toll Road. The Trans Sumatra Toll Road investment project is categorised as high risk due to its perceived low investment feasibility. This study contributes to a deeper understanding of how the company manages risks under a different business model (non-profit). The qualitative research employs a single unit analysis (embedded) case study method with data triangulation using data collected through research instruments including interviews, documentation, and observation. Descriptive qualitative analysis is employed as the data analysis method. The Risk Maturity Level assessment produced an overall score of 3.76 out of a maximum score of 5. This places the company in Tier 3 and indicates that it has repeatable risk management processes. The findings of this research provide relevant recommendations for the improvement and enhancement of risk management implementation in the company.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufri Dharmawan
Abstrak :
Mencapai tingkat pengembalian yang tinggi adalah tujuan umum yang ingin dicapai dalam pengelolaan portofolio investasi, namun demikian tingkat pengembalian yang tinggi mendatangkan risiko yang tinggi pula. Bagi perusahaan asuransi jiwa risiko investasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara nilai kekayaan dan kewajiban yang berpotensi menciptakan peluang terjadinya keruntuhan Probability of Ruin . Tesis ini menggunakan proksi nilai Value at Risk VaR untuk menguji apakah risiko investasi secara statistik mempengaruhi peluang terjadinya keruntuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai VaR valid untuk mengukur risiko investasi dan tidak secara signifikan mempengaruhi peluang terjadinya keruntuhan pada perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. ...... Achieving higher returns is a common goal in the investment portfolio management, although, it could expose the portfolio to a higher risk level. For life insurance companies, higher investment risk may lead to a problem of asset liability mismatch that could potentially increase the probability of ruin. This thesis uses Value at Risk VaR as a proxy indicator for estimating portfolio risk and examines whether the presence of higher investment risk has a statistically significant effect on the company's probability of ruin. The results showed that the value of VaR is a valid tool for measuring portfolio risk and does not significantly affect the probability of ruin in the life insurance company in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>