Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Wijayanto
Abstrak :
PW10 adalah salah satu indikator pencemaran udara yang lazim digunakan saat ini. Pencemaran udara oleh PK° di luar ruangan terjadi akibat kegiatan industri, polusi kendaraan bermotor, pembukaan hutan dengan cara dibakar, letusan gunung berapi dan instalasi pembangkit tenaga listrik. Pabrik batako sebagai salah satu industri kecil, berpotensi menyumbang PM10 di lingkungan kerja, yang jika tidak diwaspadai dapat merugikan kesehatan pekerja, diantaranya gejala infeksi saluran penafasan akut (ISPA). Desain study cross sectional digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui hubungan pajanan PM10 pabrik batako dengan gejala ISPA pada pekerja pabrik batako di Kabupaten Banyuasin. Sebanyak 165 pekerja dari 30 pabrik batako menjadi responden dalam penelitian ini. Pengukuran konsentrasi PM1o pabrik dan parameter lain, seperti kelembaban udara, kepadatan rumah, luas ventilasi, karakteristik responden, seperti umur, status gizi dan kebiasaan merokok serta gejala ISPA diukur dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bemakna antara PK10 dan gejala ISPA pekerja pabrik batako (p=000, OR=7,60). Juga ada hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan gejala ISPA (p=0,002, 0R=4,42) dan kelembaban rumah dengan gejala ISPA (p=0,009, OR.=3,18). Pemerintah dan pihak terkait perlu melakukan pernantauan terhadap kualitas udara pabrik batako dan melakukan penyuluhan untuk mencegah atau meminimalkan darnpak kesehatan yang mungkin terjadi akibat pencemaran udara pada pabrik batako. ......PM10 is air pollution indicator which often used for ambient particulate. Air pollution caused by PM10 in out of room is able to be caused by industry activities, vehicle pollution, forest for burning, mountains eruption and generator instalation. A brick factory has a great chance to contribute PIN/110 on its environment. It would have a bad health impact, among other thing is symptom of ARI (Accute Respiratory Infection). Cross sectional study used in this research aims to know about relationship between PK° exposure of brick factory with ART symptom on its worker in Banyuasin Regency. 165 workers from 30 brick factory became respondent in this research. Besides, PMID concentration measuring of brick factory and others parameter was tested, such as air humidity, house density, large of ventilation, including respondent characteristic ( ages, nutrient status, smoking habit). The result of this research indicates that Pivlio has strong relationship with ART symptom of brick factory workers (p=000, OR=7,60), then smoking habit variable (p=0,002, OR=4,42) and house humidity (p-- 1,009, OR=3,18). Brick factory workers with standard PMio concentration has a great chance to have ART symptom 7,6 times higher than a factory with low PK') concentration. Smoking habit of the workers will have chance 4,5 times higher to have ARI symptom than un-smoking workers. And for the workers who live in un-fulfill humidity area have a big chance to have ARI symptom 3 times higher than they who live in standard humidity house. In this research, hope the government and related instances are monitoring to the air quality of brick factory and giving much information to avoid and minimize bad health impact which might be caused by air pollution in brick factory.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34333
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Prameswari Hudono
Abstrak :
Latar belakang: Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang mempunyai angka mortalitas dan morbiditas yang besar di dunia maupun di Indonesia. Kejadian ISPA pada balita biasanya berulang merupakan sumber masalah karena mempengaruhi fungsi paru secara negatif dan merupakan sumber penggunaan antibiotik tersering. Diperlukan suatu strategi untuk mengurangi angka kejadian ISPA berulang pada balita. Imunostimulan OM-85 BV telah banyak diteliti manfaatnya dalam mengurangi beban penyakit ISPA pada dewasa dan anak. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai peran penggunaan imunostimulan OM-85 BV untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita di Indonesia. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian OM-85 BV terhadap angka kejadian ISPA dan kadar serum imunoglobulin A (IgA). Metode: Studi uji klinis kuasi eksperimental di RS Cipto Mangunkusumo, dari Februari hingga November 2018, melibatkan 35 balita dengan riwayat ISPA berulang. Subjek diberikan OM-85 BV selama tiga bulan (10 hari per bulan). Pencatatan frekuensi ISPA dan rerata lama sakit dilakukan secara retrospektif sebelum terapi, dan secara prospektif selama enam bulan setelah terapi. Dilakukan juga pemeriksaan usap tenggorok dan kadar serum IgA sebelum dan sesudah terapi OM-85 BV. Hasil: Pemberian OM-85 BV mengurangi angka kejadian ISPA pada balita sebanyak dua episode dalam enam bulan (p <0,05) dan mengurangi rerata lama sakit sebanyak satu hari (p <0,05). Terdapat peningkatan kadar serum IgA setelah pemberian OM-85 BV, namun tidak signifikan secara statistik (p =0,062). Simpulan: Pemberian OM-85 BV dapat mengurangi angka kejadian ISPA dan rerata lama sakit pada balita, namun tidak meningkatkan kadar serum IgA secara bermakna. ......Background: Acute respiratory tract infection (ARTI) is a disease with high mortality and morbidity in the world and in Indonesia. In children under five, ARTI is usually recurrent. It affects lung function negatively and is a source of frequent antibiotics use. A strategy is needed to reduce the incidence of recurrent ARTI in children under five years old. OM-85 BV is an immunostimulant that has been numerously studied in an effort to reduce the burden of ARTI in adults and children. Until now there has been no research using OM-85 BV evaluating its effect in reducing ARTI incidence in Indonesian children age five years and under. Objective: Investigating the effect of OM-85 BV on the incidence of ARTI and serum level of immunoglobulin A (IgA) in children under five years old. Methods: A quasi-experimental clinical trial was done at Cipto Mangunkusumo Hospital, from February to November 2018, involving 35 children under five with history of recurrent ARTI. Subjects were given OM-85 BV for three months (10 days per month). The frequency of ARTI and average duration of illness was recorded retrospectively before therapy, and prospectively for six months after therapy. Throat swabs culture and serum IgA level were measured before and after OM-85 BV therapy. Results: The administration of OM-85 BV reduced the frequency of ARTI in subjects by two episodes in six months (p <0.05) and reduced the average duration of illness by one day (p <0.05). There was an increase in serum IgA level after OM-85 BV administration, but not statistically significant (p = 0.062). Conclusion: Administration of OM-85 BV reduced the frequency of ARTI and decreased average duration of illness in children under five, but did not significantly increase serum IgA level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Evanny Indah
Abstrak :
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu indikator dalam status kesehatan yang pada usia anak. Penyakit yang biasa menyerang saluran pernapasan pada anak yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga alveoli. Prevalensi ISPA pada tahun 2018 ini berada di atas prevalensi ISPA Indonesia, yaitu 5.3%. ISPA merupakan penyakit yang paling banyak terjadi di Kabupaten Tangerang, yaitu ada 207.434 kasus, dan termasuk 10 besar penyakit yang terjadi di Kabupaten Tangerang berdasarkan laporan dari puskesmas dan menempati urutan pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA berulang pada balita. Metode penelitian menggunakan metode cross sectional. Sampel sebanyak 350 keluarga yang memiliki balita dengan riwayat ISPA yang datang ke posyandu yang diambil dengan teknik Total Sampling. Data dianalisis menggunakan uji univariat, bivariat, dan multivariate dengan menggunakan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian menunjukan faktor usia, status gizi, status imunisasi, status ekonomi keluarga, dan terpapar asap rokok, dengan p value<0,05. Faktor yang paling dominan yang berpengaruh terhadap ISPA berulang pada balita adalah usia balita.
Respiratory disease is an indicator of the health status of children. The disease that usually attacks the respiratory tract in children is acute respiratory infections (ARI) caused by both bacteria and viruses. ARI is an acute infectious disease that attacks the respiratory tract, ranging from the nose to the alveoli. The prevalence of ARI in 2018 is above the prevalence of ARI in Indonesia, which is 5.3%. ARI is the most common disease in Tangerang Regency, where there are 207,434 cases, and including the top 10 diseases that occur in Tangerang District based on reports from puskesmas and ranked first. The purpose of this study was to determine the factors associated with recurrent ARI in infants. The research method uses cross sectional method. A sample of 350 families who have children under five years old with a history of ARI coming that coming to the posyandu were taken with a total sampling technique. Data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate tests using multivariate logistic regression. The results showed age, age, nutritional status, immunization status, family economic status, dan exposure to cigarette smoke, with p value<0.05. The most dominant factor influencing recurrent ARI in infants is exposure to age of cigarette smoageke.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T54934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabid Yahya Putradasa
Abstrak :
ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita.Kebiasaan merokok di sekitar balita masih banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan faktor risiko ISPA yang telah diketahui, namun peran pengetahuan ayah tentang praktik kebiasaan merokok dalam kejadian ISPA belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita.Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional.Responden sebanyak 93 orang ayah balita dipilih dari posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur secara consecutive sampling. Data pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah diperoleh dari kuesioner Secondhand Tobacco Smoke Knowledge dari American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, sedangkan data kekerapan ISPA didapatkan dari adaptasi kuesioner diagnosis baku ISPA Riskesdas 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68 balita menderita ISPA dalam sebulan terakhir, terbanyak pada jenis kelamin perempuan 42 dan kelompok usia 1-2 tahun 19 . Dua-puluh lima persenayah balita memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang praktik kebiasaan merokok, terbanyak pada subyek dengan latar belakang pendidikan S1, pekerjaan karyawan, penghasilan di atas UMR, merokok di dalam rumah, dan jumlah rokok sehari 10-20 batang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita p=0,636 . Penelitian lanjutan diperlukan untuk mempertimbangkan faktor risiko lain dalam kejadian ISPA, antara lain crowding, suplementasi vitamin A, berat lahir, dan riwayat imunisasi.
ABSTRACT
Acute respiratory infection ARI is a global health problem especially in developing countries such as Indonesia, which becomes the leading cause of morbidity and mortality in underfive. The habbit of smoking around underfive children is still common in Indonesia and is a risk factor for ARI, yet the role of father rsquo s knowledge of smoking habbit practice in the occurrence of ARI was still unknown. The goal of this study is to investigate the association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and the prevalence of ARI in underfive children. This study is an analytical observational study with cross sectional design. 93 respondents were chosen from fathers of underfive attending integrated service post in Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta by consecutive sampling. Data on father rsquo s knowledge of smoking habbit practice was acquired with the use of Secondhand Tobacco Smoke Knowledge Questionaire adapted from American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, while formal ARI diagnosis questionnaire from Indonesian basic health survey was utilized to get the data on the prevalence of ARI in underfive. The results of the study show that 68 of underfive children contracted ARI in last one month, mostly girls 42 and with age of 1 2 years 19 . Twenty five percent of fathers of underfive had bad knowledge of smoking habbit practice, mostly one with bachelor degree, works as employee, has earning bigger than regional standard, smokes inside house, and smokes 10 20 cigarettes a day. There was no association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and prevalence of ARI in underfive p 0.636 . More studies need to be conducted to investigate other risk factors of ARI including crowding, vitamin A supplementation, newborn weight, and vaccination history.
2016
T55736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Nabila Zalfa Zahirah
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri serta merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi di dunia. Salah satu jamu herbal Indonesia yang sudah terbukti secara empiris sebagai penurun gejala ISPA adalah jamu adem panas. Jamu ini memiliki bahan utama berupa kencur (Kaempferia galangal L.) dan lengkuas (Alpinia galanga), yang dimana keduanya memiliki kandungan bioaktif dengan beragam efek farmakologis seperti antiinflamasi, antivirus, antibakteri, antioksidan, analgesik, dan anti-piretik. Penelitian ini terbagi menjadi 3 fase penelitian pengkajian lebih lanjut pada jamu adem panas. Fase pertama merupakan proses ekstraksi dengan metode maserasi kinetik yang memiliki tujuan untuk memperoleh kondisi operasi ekstraksi jamu adem panas terbaik. Fase kedua adalah pengujian in silico yang terdiri dari pengujian molecular docking, dan pemodelan reaksi enzimatik sebagai fase ketiga untuk meninjau aktivitas inhibisi antara komponen bioaktif jamu adem panas (Ethyl-p-methoxycinnamate (EPMC), Eucalyptol, a-Pinene, dan Eugenol) dengan protein yang berperan dalam peradangan akibat infeksi seperti IL-1β, iNOS, dan COX-2. Pengujian kondisi operasi ekstraksi menunjukkan konsentrasi fitokimia tertinggi dihasilkan pada suhu 50oC dengan pelarut etanol 96% selama 45 menit. Berdasarkan tahapan penelitian molecular docking dengan menggunakan program Molecular Operating Environment (MOE), didapatkan hasil berupa bukti interaksi inhibisi zat aktif jamu adem panas dan obat standar (Ibuprofen) terhadap protein berupa energi ikatan bebas dan konstanta inhibisi. Pada pemodelan reaksi enzimatik, didapatkan bahwa setiap dosis memiliki kemampuan inhibisi yang baik, bahkan dosis optimal ditetapkan pada dosis terendah yaitu 2400 mg ekstrak, karena mampu menghambat aktivitas protein yang berperan dalam infeksi hingga 100%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gejala ISPA dapat diatasi hanya dengan obat antiinflamasi alternatif berupa ramuan sederhana yaitu jamu adem panas. ......Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the diseases of the respiratory tract caused by viral and bacterial infections. It is the leading cause of death from infectious diseases in the world. One of the Indonesian herbal medicines that have been empirically proven to reduce the symptoms of ARI is Jamu Adem Panas. This herbal medicine has the main ingredients of kencur (Kaempferia galangal L.) and lengkuas (Alpinia galanga), both of which have bioactive content with various pharmacological effects such as anti-inflammatory, antiviral, antibacterial, antioxidant, analgesic, and anti-pyretic. This research is divided into three research phases for further study on Jamu Adem Panas. The first phase is an extraction process using kinetic maceration method, which aims to obtain the best Jamu Adem Panas extraction operating conditions. The second phase was in silico testing, which consisted of molecular docking testing and modeling of the enzymatic reaction as the third phase to review the inhibitory activity between the bioactive components of Jamu Adem Panas (Ethyl-p-methoxycinnamate (EPMC), Eucalyptol, -Pinene, and Eugenol) with proteins that play a role in inflammation due to infection such as IL-1β, iNOS, and COX-2. The extraction operating conditions test showed that the highest concentration of phytochemicals was produced at a temperature of 50oC with 96% ethanol solvent for 45 minutes. Based on the phase of molecular docking research using Molecular Operating Environment (MOE) program, the results obtained were evidence of the interaction of the active substance of Jamu Adem Panas and standard drug (ibuprofen) on protein in the form of free binding energy and inhibition constants. In the modeling of the enzymatic reaction, it was found that each dose had an excellent inhibitory ability; even the optimal dose was set at the lowest dose of 2400 mg extract because it was able to inhibit the activity of proteins that play a role in infection up to 100%. From this study, it can be concluded that the symptoms of ARI can be overcome only with alternative anti-inflammatory drugs in simple ingredients, namely herbal medicine for hot air.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Wijayanthi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membahas pola, karakteristik, dan faktor yang mempengaruhi pola wilayah penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Tangerang, Provinsi Banten tahun 2009. Variabel yang digunakan adalah kepadatan penduduk, kepadatan industri, kerapatan jaringan jalan, curah hujan, dan arah angin. Metode yang dipakai adalah analisis spasial dengan overlay peta, analisis deskriptif, dan analisis kuantitatif dengan Pearson Product Moment. Wilayah dengan penderita ISPA tinggi berada di bagian utara, barat daya, dan timur dari pusat kota dengan pola yang sama dengan kepadatan industri, dan tidak semua wilayah yang memiliki penderita penyakit ISPA tinggi berada di kepadatan penduduk tinggi, kepadatan industri tinggi, dan kerapatan jaringan jalan tinggi. Penderita ISPA tinggi dipengaruhi oleh curah hujan yang rendah. Wilayah dengan ISPA tinggi di bagian barat dan utara dari pusat kota dipengaruhi oleh arah angin yang bergerak ke arah utara dan barat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34196
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Exhalation Channel Infection Disease of Acute (ISPA) be one of health problem of main public because still height of mortality because ISPA espicially at baby and balita. In Sub-Province Bandung death because ISPA reachs 54,55% and in kecamatan Gununghalu x'self patient ISPA at balita experiences improvement from the year 2003 until the year 2005. Risk the increasing of ISPA can be influenced by low economic social status , condition of housing which still varying according to quality of its (the building, causing is required research about factor relating to case of ISPA at balita. This researh type is analytic observasional with planning cross sectional. Variable which is accurate is house wall type, house floor type, ventilation wide of house, situation of house temperature, house dampness, existence of hole smoke of kitchen, unmate density, ripe fuel type, usage of anti mosquito drug, smoking habit member of family, umminization status, status gizi, time body weight borned and case of ISPA at balita. Result of research with test chi square there is relationship having a meaning (of) between house wall types (p value = 0,044 and OR = 3, 338), ventilation wide of house (p value = 0,030 and OR = 3,589), house temperature (p value = 0.023 and OR = 2,972) existence of hole smoke of kitchen (p value = 0,014 and OR = 3,824) smoking habit member of family (p value = 0,022 and OR = 6,182) status gizi (p value = 0,000 and OR = 12,600) and time body weight borned (p value = 0,049 and OR = 5, 800) dengan case of ISPA at balita. suggestion is given by intensifying counselling to public about healthy house and preventive effort the happening of ISPA at balita.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syauhari
Abstrak :
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab angka kesakitan dan kematian balita diseluruh dunia dan sepertiga dari jumlah angka kematian balita disebabkan oleh ISPA. Hasil Riskesdas tahun 2018 ISPA dengan Pneumonia merupakan penyakit kedua terbesar setelah diare sebagai penyebab angka kematian balita. Prevalensi ISPA nasional menurut diagnosis tenaga kesehatan sebanyak 4,4% pada semua kelompok umur dan prevalensi ISPA pada balita 7,8 %. Tujuan penelitian adalah diketahuinya Determinan Perilaku Pencegahan Infekti Saluran pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Bukit Harapan Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu Tahun 2019. Desain studi cross sectional,ukuran sampel ditentukan dengan uji hipotesis dua proporsi, sampel 182 responden, metode pengambilan sampel dengan simple random sampling, metode pengumpulan data wawancara menggunakan kuesioner, uji yang digunakan chi square dan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian sebanyak 64,3% ibu berperilaku baik dalam pencegahan ISPA, gambaran faktor Predisposisi pengetahuan ibu yang tinggi sebanyak 58,8%, sikap positif sebanyak 62,1%, pendidikan tinggi sebanyak 44%, proporsi ibu yang bekerja sebanyak 56%,umuribudiketahui 69,2% dewasa dan responden berpenghasilan tinggi 39,6%. Gambaran faktor pemungkin (akses fasilitas kesehatan)mudah sebanyak 56% dan gambaran faktor Penguat (dukungan keluarga)sebanyak 62,6% ibu yang mendapatkan dukungan keluarga cukup. Penelitian ini membuktikan bahwan umur ibu (p value=0,001 OR= 0,671, 95% CI 2,647-42,593),dukungan keluarga(p value=0,027 OR=5,171,95% CI 1,206-22,175) dan akses fasilitas kesehatan ibu (p value=0,027 OR=4,808, 95% CI 1,194-19,366) berhubungan dengan perilaku pencegahan ISPA, sedangkan pengetahuan, sikap dan pekerjaan sebagai variabel konfounding.Faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku pencegahan ISPA pada balita adalah umur ibu (p value=0,001, OR = 10,617 95%CI = 2,647-42,593).
ARI is one the causes of under five morbidity and mortality throughout the world and one third of the number of under five mortality is a caused by ARI. The results of the Riskesdas in 2018 ARI with Pneumonia were the second largest disease after diarrhea was the cause of various under five mortality. The national prevalence of ARI according to the diagnosis of health personnel 4,4% in all age groups and the prevalence of ARI for infants is 7,8%. The aim of te study was to determine the determinans of ARI preventive behavior in Bukit Harapan Health center area of the North Bengkulu Regency years 2019. Cross sectional study design, the sample size is determined by two proportion test, sampel of 182 respondent, the method of sampling is simple random sampling, methods of collecting interview data using questionnaire, the test used chi square and multiple logistic regression analysis. The resulth of the study were 63,4% of mother behaving well in the prevention of ARI, a description of the predisposing factor in hight obuosity knowladge as much as 44%, the proportion of working mothers as much as 56%, age of the mothers known 69,2%, adults and high income respondents 39,6%. The description of enebling factors (accses to healt facilities) is easy as much as 56% and the description of reinforcement factor (family support) 62,6% of mother who have enough family support. This study proves that age of the mother (p value=0,001 OR= 0,671, 95% CI 2,647-42,593), family support (p value=0,027 OR=5,171, 95% CI 1,206-22,175) and access to health facilities (p value=0,027 OR=4,808, 95% CI 1,194-19,366) are related to behavioral prevention of ARI, while knowledge, attitudes and work are counfounding variables. The most dominant factor associated whit ARI prevention behavior in infants is the age of the mother (p value 0,001,OR 10,95% CI= 2,647-42,593).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlos Dja`afara
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji alasan-alasan yang mempengaruhi tingkat kepatuhan petugas terhadap-standar penatalaksanaan penyakit ISPA pads balita. Lokasi penelitian dilakukan di dua puskesmas yaitu Puskesmas Singkawang dan Puskesmas Condong Kabupaten Bcngkayang yang tingkat kepatuhannya masih rendah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan sebagai informan adalah petugas kesehatan yang melayani balita yang menderita penyakit ISPA dan kepala puskesmas dengan mengadakan wawancara mendalam (indepth interview), sedangkan orang tua yang pemah membawa anaknya berobat dilakukan dengan diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Karakteristik informan untuk petugas kesehatan yang dilihat adalah pengetahuan, pengalaman, motivasi, sikap, dan untuk kepala puskesmas yang dilihat adalah pengawasan atau supervisi sedangkan untuk orang tua yang dilihat adalah sikap terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menyebabkan ketidakpatuhan petugas terhadap standar penatalaksanaan penyakit ISPA pada balita adalah rendahnya pengetahuan petugas tentang penyakit ISPA, dari pengalaman petugas adalah ketidaksesuaian dengan yang diharapkan setelah penderita diberikan pengobatan, kurangnya kesempatan untuk mengunakan standar, kurangnya pengawasan dari kepala puskesmas dan tidak adanya dorongan dari orang tua pasien agar petuas lebih cermat memeriksa anaknya sehingga petugas menggunakan standar.
This study aims to investigate reasons affecting the staffs level of compliance on use of standard management for ISPA disease of children under five. The study was conducted at two puskesmas, namely Singkawang Puskesmas and Condong Puskesmas in Bengkayang District. Both puslcesmas were considered to have poor staffs compliance in using the standard. This study employed a qualitative approach. Informen were health staff who served children under five who suffered from ISPA disease and chiefs of both puskesmas from whom data were gathered by means of in-depth interview. In addition to the health staffs and chiefs of puskesmas, parents whose children were taken to see doctors contributed data by means of focus group discussion. Several traits of the informen were investigated. Characteristics such as knowledge, experience, motivation, attitude were grouped under the entry of health staffs, while chiefs of puskesmas had only one trait to consider, which was their supervision activity. Moreover, parents of the children were investigated in respect of their attitude toward the service delivered to the children by the health staffs. The study results show that factors causing staffs' compliance to standard management for ISPA disease of children under five were their lack of knowledge about the ISPA disease, discrepancies between diagnoses and post treatment results, lack of opportunity in using the standard, lack of supervision by the chief of puskesmas and lack of parents control over the use of the standard by the health staff while examining and treating their children.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Labado
Abstrak :
ISPA merupakan salah satu penyakit penyebab kematian pada anak-anak di dunia khususnya Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab ISPA adalah kondisi lingkungan rumah serta PHBS yang buruk. Tingginya insiden ISPA di Kabupaten Gorontalo khususnya balita dan belum tercapainya target RPJMN rumah sehat di Provinsi Gorontalo melatarbelakangi dilakukannya penelitian terkait kondisi lingkungan rumah dan perilaku dengan Kejadian ISPA pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tilango. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor-faktor terkait kondisi lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian ISPA di kecamatan Tilango. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross sectional dengan analisis multivariate Binary Regresi logistic model prediksi. Populasi pada penelitian ini adalah anak balita usia 0-59 bulan yang berkunjung ke Puskesmas Tilango. Pemilihan sampel penelitian ini dilakukan secara acak berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 92 responden. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa yang paling dominan secara signifikan terhadap Kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Tilango yaitu Pendapatan (OR=13,9, 95% CI 3,395-57,668), Pendidikan (OR=11,3, 95%CI 2,498-51.650), Status Imunisasi (OR=9,8, 95%CI 1,019-95.346), Luas Ventilasi (OR= 8,9, 95%CI= 2,204-35,956), Kebiasaan Buka Jendela (OR=0,05, 95%CI 0,007-0,447).  kesimpulan pada penelitian ini adalah banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orangtua, perilaku dan lingkungan rumah. ......ARI is one of the causes of death in children in the world, especially developing countries such as Indonesia. The factors that cause ARI are the condition of the home environment and poor hygiene and sanitation. The high incidence of ARI in Gorontalo Regency, especially toddlers and the lack of achievement of the RPJMN target for healthy homes in Gorontalo Province is the background for conducting research related to home environmental conditions and behavior with the incidence of ARI in children under five in the working area of ​​the Tilango Health Center. The purpose of this study was to determine the relationship of factors related to environmental conditions and behavior related to the incidence of ARI in Tilango sub-district. This study used a cross-sectional study design with multivariate analysis of binary logistic regression prediction model. The population in this study were children aged 0-59 months who visited the Tilango Health Center. The sample selection of this study was conducted randomly based on the inclusion and exclusion criteria specified. The number of samples in this study were 92 respondents. The results of this study found that the most dominant significantly to the incidence of ARI in children under five in Tilango District were income (OR=13.9, 95% CI 3,395-57,668), education (OR=11,3, 95%CI 2,498-51,650) , Immunization Status (OR=9,8, 95%CI 1,019-95,346), Ventilation Area (OR=8,9, 95%CI=2,204-35,956), Window Opening Habit (OR=0,05, 95%CI 0,007 -0.447). The conclusion in this study is that there are many factors that can affect the incidence of ARI in toddlers, namely the characteristics of toddlers, parents' characteristics, behavior and home environment
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>