Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raditya Dewangga
Abstrak :
Infeksi Trichomonas vaginalis masih menjadi masalah pada wanita yang aktif secara seksual, terutama pada pekerja seks komersial yang sering berganti pasangan. Trichomoniasis yang bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis akan menambah beban penyakit dan menimbulkan komplikasi lebih banyak. Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah infeksi pada orang yang aktif secara seksual, terutama pekerja seks komersial masih menuai kontroversi mengenai keefektivitasannya. Pada studi ini, peneliti meneliti perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif pada pekerja seks komersial di daerah Indramayu, Jawa Barat serta kaitannya dengan jenis kontrasepsi yang dipakai. Sebanyak 216 pekerja seks komersial di Indramayu pada data sekunder dari Departemen Parasitologi diteliti dengan desain studi cross-sectional. Analisis uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis yang bermakna antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif p=0,484 . Jenis kontrasepsi juga tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap infeksi Trichomonas vaginalis p=0,653 , infeksi Chlamydia trahomatis p=0,195 , serta koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis p=0,213. Dapat disimpulkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis pada pekerja seks komersial di Indramayu. Tidak ditemukan pula hubungan antara jenis kontrasepsi yang digunakan oleh pekerja seks komersial dengan infeksi Trichomonas vaginalis, Chlamydia trachomatis, dan koinfeksi kedua parasit tersebut. ......Infection caused by Trichomonas vaginalis is still an ongoing problem for sexually active women, especially female sex workers who change partners frequently. Trichomoniasis occurring simultaneously with the infection of Chlamydia trachomatis will further worsen the disease and cause many more complication to appear. The usage of contraception in order to prevent infection toward sexually active women is still controversial regarding its effectiveness. This research aims to identify the difference in proportion of Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group on female sex workers in Indramayu, Jawa Barat and its relation with used contraception method. A cross sectional study is conducted using secondary data of 216 female sex workers in Indramayu, obtained from Department of Parasitology FMUI. Chi square analysis suggests no significant proportion difference in Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group p 0,484. There are also no significant associations between used contraception method with Trichomonas vaginalis infection p 0,653 , Chlamydia trachomatis infection p 0,195 , and Trichomonas vaginalis with Chlamydia trachomatis coinfection p 0,213. In conclusion, there is no significant association between Trichomonas vaginalis and Chlamydia trachomatis infection among female sex workers in Indramayu. Moreover, there is no significant association between contraception method used by female sex workers with Trichomonas vaginalis infection, Chlamydia trachomatis infection, and both of the parasite infection.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdiyan Astato
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 di Indonesia adalah 65,9%. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB Tujuan : Meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi dan lama pemakaiannya pada akseptor KB di Klinik Raden Saleh dan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Metode : Penelitian observasional dengan desain studi prospektif. Faktor yang diteliti meliputi : faktor perencanaan keluarga (umur istri, jumlah anak yang diinginkan dan infertilitas), faktor subyektf (pengalaman efek samping kontrasepsi, dukungan suami/keluarga dan agama), faktor obyektif (ganguan medis, yang membantu memilih kontrasepsi, tempat layanan kontrasepsi dan ketersediaan alat kontrasepsi) dan tingkat motivasi (tingkat pendidikan). Semua klien yang akan melakukan kontrasepsi dan memenuhi kriteria penelitian, dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner hingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan. Penelitian dilakukan di Klinik Raden Saleh RSCM dan RSUP Fatmawati. Kemudian dilakukan follow up pada 3 dan 6 bulan pasca melakukan kontrasepsi untuk menilai lama pemakaiannya Hasil : Jumlah total subyek sebanyak 151 orang. Rata-rata usia responden 31 tahun dengan pilihan jenis kontrasepsi AKDR 67.1%, implan 17.8%, kontap 7.2%, suntik 3.9% dan oral 3.9%. Dari seluruh faktor yang diteliti, hanya faktor jumlah anak yang diinginkan yang terbukti secara statistik berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi (p=0.008) di RSUP Fatmawati sedangkan di Klinik Raden Saleh semua faktor tersebut tidak terbukti secara statistik berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi (p>0.05). Didapatkan pula bahwa seluruh faktor tersebut juga tidak memiliki berpengaruh secara statistik (p>0.05) terhadap lamanya pemakaian kontrasepsi baik di Klinik Raden Saleh maupun di RSUP Fatmawati. Dari 6.6 % subyek (n = 10 ) yang mengganti jenis kontrasepsi, terdapat kecenderungan perubahan jenis kontrasepsi dari oral menjadi suntik (33.3%) dan AKDR menjadi suntik (66.7%). Kesimpulan : Faktor jumlah anak yang diinginkan memiliki pengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi di RSUP Fatmawati sedangkan di Klinik Raden Saleh semua faktor yang diteliti tidak berpengaruh dalam pemilihan jenis kontrasepsi. Faktor perencanaan keluarga, faktor subyektif, faktor obyektif dan tingkat motivasi tidak memiliki pengaruh terhadap lamanya pemakaian kontrasepsi pada klien di Klinik Raden Saleh dan RSUP Fatmawati
ABSTRAK
Bacground : The prevalence of contraception according to the methods or the way of contraception based on the survey results of active participants in Indonesia in 2007 was 65.9%. Counseling is a very important aspect in the family planning and reproductive health services. Good counseling will also assist clients in using the contraceptive for longer and increase the successful rate of contraception. Objective: To evaluate the factors that related to the selection of the contraception methods and The Length of Its use on acceptors in Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital Methods: The study was a prospective observational study designs. The factors that we observe include : the family planning factor (the wife age, number of desired children and infertility), subjective factors (side effects experience of contraception, support from the husband / family and religion), objective factors (medical disorder, person who help to select contraception, family planning service centre and availability of contraceptives) and the level of motivation (level of education). All the clients who will perform and meet the criteria for contraceptive research, conducted interviews and questionnaires to achieve the desired sample size. The study was conducted at the Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital. Then we conducted to follow-up at 3 and 6 months after the use of the methods to assess the length of use Results: The total number of subjects as many as 151 people. The average age of respondents was 31 years with the contraception options were IUD (67.1%), implants (17.8%), sterilization (7.2%), injectable contraception (3.9%) and oral contraception (3.9%). From all the factors studied, only the number of desired children affect in the selection of the contraception methods statistically (p=0.008) in Fatmawati General Hospital while in Raden Saleh Clinic all of these factors do not affect in the selection of the contraception methods (p>0.05). We also found that all of these factors does not have a significant relationship to the length of contraceptive use (p> 0.05). There were 6.6% of subjects (n = 10) that change the type of contraception. From all of them, there was a trend of changing the oral contraceptive to injectable method (33.3%) and the IUD into injectable method (66.7%). Conclusion: Only the number of desired children has effect on the selection of the contraception methods in Fatmawati General Hospital while in Raden Saleh xii Universitas Indonesia Clinic all of these factos do not affect in selection of the contraception methods. Family planning factors, subjective factors, objective factors and motivation levels have no effect on the length of contraceptive use by clients at Raden Saleh Clinic and Fatmawati General Hospital
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Fauzan
Abstrak :
Kanker ovarium merupakan kanker keempat tersering yang ditemukan pada wanita di seluruh dunia . Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi angka kejadian kanker ovarium, diantaranya penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dan faktor penggunaan kontrasepsi terhadap angka kejadian kanker ovarium. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan bersifat deskriptif retrospektif dengan total sampel 106 pasien kanker ovarium berdasarkan pemeriksaan histopatologik di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah angka kejadian 106 kasus kanker ovarium pada kurun waktu 2003-2007. Terdapat 25 kasus ( 23,6 % ) penderita kanker ovarium yang menggunakan kontrasepsi dan tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 74 kasus ( 69,8 %). Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi oral sebanyak 16 kasus ( 15,1 %) dan paling sedikit adalah ligasi tuba dan implan masing-masing 1 kasus (0,9 %). Lama penggunaan kontrasepsi paling banyak ditemukan pada rentang waktu 1-5 tahun sebanyak 17 kasus ( 16,0 %), dan paling sedikit pada rentang waktu 11-15 tahun sebanyak 2 kasus ( 1,9 % ). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin lama durasi penggunaan kontrasepsi maka semakin berkurang risiko kejadian kanker ovarium, kontrasepsi oral merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan dari semua metode kontrasepsi, serta karsinoma ovarium yang paling banyak ditemukan adalah jenis epithelial. ......Kanker ovarium merupakan kanker keempat tersering yang ditemukan pada wanita di seluruh dunia . Terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi angka kejadian kanker ovarium, diantaranya penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dan faktor penggunaan kontrasepsi terhadap angka kejadian kanker ovarium. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dan bersifat deskriptif retrospektif dengan total sampel 106 pasien kanker ovarium berdasarkan pemeriksaan histopatologik di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah angka kejadian 106 kasus kanker ovarium pada kurun waktu 2003-2007. Terdapat 25 kasus ( 23,6 % ) penderita kanker ovarium yang menggunakan kontrasepsi dan tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 74 kasus ( 69,8 %). Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah kontrasepsi oral sebanyak 16 kasus ( 15,1 %) dan paling sedikit adalah ligasi tuba dan implan masing-masing 1 kasus (0,9 %). Lama penggunaan kontrasepsi paling banyak ditemukan pada rentang waktu 1-5 tahun sebanyak 17 kasus ( 16,0 %), dan paling sedikit pada rentang waktu 11-15 tahun sebanyak 2 kasus ( 1,9 % ). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin lama durasi penggunaan kontrasepsi maka semakin berkurang risiko kejadian kanker ovarium, kontrasepsi oral merupakan metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan dari semua metode kontrasepsi, serta karsinoma ovarium yang paling banyak ditemukan adalah jenis epithelial.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gustin Candra Devi
Abstrak :
IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan kelompok penyakit pada genital yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu jenis IMS yang paling sering adalah trikomoniasis vaginalis dan sifilis setelah gonore dan kandidiasis.Infeksi ini dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun bersamaan dengan IMS lain pada seorang individu. IMS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Di Indonesia, prostitusi merupakan salah satu jalur penyebaran IMS yang paling dominan dimana 67% PSK (Pekerja Seks Komersial) tercatat terinfeksi IMS. PSK sebagai salah satu komponen didalamnya, memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terinfeksi. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis vaginalis dan sifilis pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder mengenai IMS pada PSK yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan bahwa 50% subjek yang positif trikomoniasis vaginalis juga sifilis. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis vaginalis dan sifilis (p>0,001). Selain itu, faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis vaginalis juga sifilis (p<0,001) sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,484) dan jenis kontrasepsi (p=0,084) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut, wanita usia reproduktif pada berbagai tingkat pendidikan dan jenis kontrasepsi yang digunakan, dapat mengalami trikomoniasis vaginalis dan koinfeksi sifilis.
STD (Sexual Transmitted Disease)is a group of genital disease which is distributed by sexual course. Trichomoniasis vaginalis (15,1%) and siphylis (8,7%) are the most common kind of STD after gonore and candidiasis. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person. IMS can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. In Indonesia, prostitution is the most common way of STD distribution where 67% of FSW (Female Sex Workers) are infected. FSW as an important component of prostitution have high risk to be infected. Therefore, this study aimed to understand the association between trichomoniasis and siphylis in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat. The result showed 50% FSW were positif trichomoniasis vaginalis and siphylis. The chi-square test claimed there was nosignificant association between trichomoniasis and siphylis infection (p>0,001). Beside that, age factor had significant association with trichomoniasis also siphylis coinfection but education and contraception didn't have any significant association. Due to results of this study, woman in reproductive age with different education and contraception used, could have trichomoniasis vaginalis and coinfected with siphylis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library