Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Puspita Andiani
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji wacana iklan radio yang berbentuk iklan adlibs dengan menggunakan pendekatan analisis wacana dan pragmatik. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi, sehingga dapat diketahui fungsinya dalam iklan adlibs di radio. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara mendeskripsikan. Hasil dari penelitian menunjukkan struktur wacana iklan adlibs yang paling banyak digunakan adalah struktur pola IV, yaitu tanpa menggunakan sapaan/salam. Kemudian, pelanggaran prinsip kerja sama yang ditemukan paling banyak terjadi adalah pelanggaran maksim relevansi yang sengaja dilakukan agar pendengar radio tidak mengira sedang mendengarkan sebuah iklan.

ABSTRACT
Research is an adlibs radio advertisement discourse analysis using discourse and pragmatic approach. This analysis aims to determine the structure and violation of the cooperative principle, so it can be known the function in adlibs radio advertisement. This research is qualitative research by describing. The result showed the structure of adlibs radio advertisement most widely used the type IV, which doesn rsquo t use greeting in the dialogue. Then, violation of the cooperative principle found the most common is violation of maxim of relevance which purposely done, so the audience do not think they are listening to an advertisement. "
2016
S66069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sirulhaq
"Sebagai fenomena politik global, kajian ujaran kebencian sudah banyak dieksplorasi oleh para peneliti terdahulu, tetapi sebagai fenomena kognitif yang terkait dengan ideologi, kajian ujaran kebencian masih sangat terbatas. Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, ekspresi ujaran kebencian kerap kali ditemukan, terutama yang disampaikan oleh para elite simbolik. Namun, di Indonesia, hampir tidak ada kajian yang menghubungkan ujaran-ujaran tersebut dengan ideologi kelompok politik tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan dimensi ideologis ujaran kebencian dalam wacana politik di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Data diambil dari ujaran kebencian yang diucapkan oleh enam elite simbolik di Indonesia, yang dipadukan dengan data konteks sosial-politik ujaran tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kajian wacana kritis (KWK) sosiokognitif model van Dijk, penelitian ini memperlihatkan bahwa ujaran-ujaran kebencian yang diekspresikan oleh elite-elite simbolik mengandung proposisi makro yang berhubungan dengan model konteks politik dalam wacana politik di Indonesia. Di samping itu, proposisi-proposisi ideologis tersebut memiliki basis kognitif dalam representasi sosial masyarakat indonesia, yang muncul ke permukaan karena didorong oleh faktor politik. Hal ini membentuk model-mental situasi politik Indonesia, terutama terkait dengan polarisasi kelompok prooposisi dan propemerintah, termasuk aktor, aksi, dan relasi di dalamnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ujaran kebencian dalam wacana politik di Indonesia memperlihatkan adanya relasi antara struktur dan makna ujaran kebencian dengan kognisi sosial-politik di Indonesia yang mengarah pada polarisasi berdasarkan dimensi ideologis yang direproduksi oleh kelompok Kami dan Mereka. Secara teoretis, penelitian ini merupakan terobosan baru terkait dengan cara memahami sikap kelompok berdasarkan keberpihakan politik (propemerintah dan prooposisi) yang tidak disinggung dalam teori ideologi van Dijk. Sumbangan teoretis lain yang dapat diberikan penelitian ini adalah kontribusi pada pengembangan disiplin ilmu linguistik forensik, terutama terkait dengan konsep ujaran kebencian dan bagaimana ujaran kebencian tersebut harus ditafsirkan dengan pendekatan sosiokognitif. Hal ini bersandar pada konsep bahwa ujaran kebencian adalah fenomena ideologis, sementara ideologi adalah parameter kognitif yang paling signifikan yang mengontrol sikap dan tindakan aktor dalam suatu kelompok. Selebihnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berharga untuk memahami situasi politik di Indonesia belakangan ini dalam upaya untuk terus mengasah sikap kritis dan mendorong adanya sistem yang mendasar untuk melakukan perubahan sosial.

As a global political phenomenon, the study of hate speech has been widely explored by previous researchers, but as a cognitive phenomenon related to ideology, the study of hate speech is still very limited. During President Joko Widodo's administration, expressions of hate speech were often found, especially those conveyed by symbolic elites. However, in Indonesia, there are almost no studies that link these utterances to the ideology of certain political groups. Therefore, this research aims to discover the ideological dimensions of hate speech in political discourse in Indonesia during the administration of President Joko Widodo. Data was taken from hate speech uttered by six symbolic elites in Indonesia, which was combined with data on the socio-political context of the speech. By using the van Dijk model of the sociocognitive critical discourse study (CDA) approach, this research shows that hate speech expressed by symbolic elites contains macro propositions related to the political context model in political discourse in Indonesia. Apart from that, these ideological propositions have a cognitive basis in the social representation of Indonesian society, which emerges to the surface because political factors drive it. This forms a mental model of the Indonesian political situation, especially related to the polarization of pro-opposition and pro-government groups, including actors, actions and relations within them. Thus, it can be concluded that during the administration of President Joko Widodo, hate speech in political discourse in Indonesia showed a relationship between the structure and meaning of hate speech and socio-political cognition in Indonesia, leading to polarization based on the ideological dimensions reproduced by the group of We and They. Theoretically, this research is a new breakthrough regarding how to understand group attitudes based on political alignments (pro-government and pro-opposition), which are not mentioned in van Dijk's ideological theory. Another theoretical contribution that this research can make is a contribution to the development of the discipline of forensic linguistics, especially related to the concept of hate speech and how hate speech should be interpreted using a sociocognitive approach. This relies on the concept that hate speech is an ideological phenomenon, while ideology is the most significant cognitive parameter that controls the attitudes and actions of actors in a group. Furthermore, it is hoped that this research can provide a valuable contribution to understanding the recent political situation in Indonesia in an effort to continue to hone critical attitudes and encourage the existence of a fundamental system for carrying out social change."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febri Taufiqurrahman
"Tesis ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi satuan-satuan linguistik dalam mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan dalam tradisi lisan Metri Wayang Gandrung. Tradisi lisan tersebut dilakukan oleh masyarakat Desa Pagung Kabupaten Kediri ketika mereka memiliki hajat dan nadzar.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Peneliti melakukan transkripsi data dari data lisan menjadi sebuah teks Metri Wayang Gandrung.
Penelitian ini dilakukan dengan ancangan sintaksis dan kajian wacana. Dalam hal ini, teori sintaksis yang digunakan adalah pendapat dari Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), dan Kridalaksana (2002). Sementara itu teori kajian wacana yang digunakan adalah pendapat Halliday & Hasan (1976) dan Renkema (2004). Di samping itu, peneliti juga menggunakan pendapat Rahyono (2009) untuk menganalisis makna dalam konteks budaya Jawa.
Adapun temuan dalam penelitian ini adalah bahwa teks Metri Wayang Gandrung terdiri atas tiga bagian, yakni pendahuluan, isi, dan penutup. Peneliti menemukan 12 kata kunci sebagai konstituen inti yang membangun struktur kalimat-kalimat dalam teks Metri Wayang Gandrung. Dari kedua belas kata kunci yang mengisi fungsi sebagai predikat, 11 kata kunci memiliki kategori sebagai verba dan 1 kata kunci memiliki kategori sebagai nomina. Kedua belas kata kunci tersebut adalah kata suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang?, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, dan nyuwun ngapunten. Berdasarkan analisis makna referensial dan konteksual budaya, kedua belas kata kunci tersebut membangun sebuah makna wacana.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa makna wacana tersebut mengandung pesan yang dapat dilihat dari tiga aspek, yakni aspek fungsional, aspek sosial, dan aspek kehidupan masyarakat.

This thesis has an objective to identify and explain the units of linguistic in communicating the message in oral tradition of Metri Wayang Gandrung. The oral tradition of Metri Wayang Gandrung is carried by the people in Pagung-Kediri when they have an ambition and nadzar.
This research used qualitative method with an ethnographic approach. The researcher conducted a data transcription from oral data into text of Metri Wayang Gandrung.
This research was conducted by syntax analysis and discourse studies. In this research, the theory of syntax that is used are the point of view from Sudaryanto (1991), Wedhawati (2001), and Kridalaksana (2002). Meanwhile, the theory of discourse studies that is used are the point of view from Halliday & Hasan (1976) and Renkema (2004). In addition, the researcher used the point of view from Rahyono (2009) to analyze of meaning based on contextual of Javanese culture.
The findings of this research was that the text of Metri Wayang Gandrung consists of three parts; introduction, contents, and cover. The researcher found 12 keywords as core constituents that created the structure of sentences in text of Metri Wayang Gandrung. The twelfth of keywords as predicate in syntax function that consists of 11 keywords as verb and 1 keyword as noun in categories of syntax function. The twelfth of keywords are suguh, metri/petri, dipunpanggénipun, nggadahi/anggadahi, nyuwun, kaleksanan, tumpeng jejeg maskumambang, dipunsanggupi, dipunturuti, anetepi, idéni, and nyuwun ngapunten. Based on analysis of referential meaning and contextual meaning, the twelfth of keywords created a discourse.
In conclusion, the discourse of Metri Wayang Gandrung can be viewed by three aspect; the functional aspects, social aspects, and people life aspects.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maimunah
"Penelitian bertujuan mengungkap prinsip-prinsip kesetaraan gender yang diwacanakan dalam berita-berita mengenai rencana tes keperawanan di Indonesia yang muncul di The Jakarta Post versi online. Dalam penelitian ini, ancangan penelitian yang digunakan mengacu pada teori Analisis Wacana Kritis (AWK) yang dikembangkan oleh Norman Fairclough (1993), yang menjelaskan keterkaitan antara wacana dengan konteks sosial. Untuk dapat menemukan prinsip-prinsip kesetaraangender, penelitian ini menggunakan perangkat undang-undang yang berlaku di Indonesia.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dalam berita dengan tema yang sama, The Jakarta Post versi online menunjukkan penolakan terhadap rencana tes keperawanan karena melanggar prinsip kesetaraan gender. Prinsip-prinsip kesetaraan gender yang diungkapkan oleh The Jakarta Post dalam berita yang muncul tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan kesesuaian dengan sejumlah prinsip kesetaraan gender yang ditemukan dalam undang-undang.

The objective of this paper is to analyze the discourse of basic principles of gender equality in news of plans to conduct virginity tests in Indonesia as reported in The Jakarta Post (online version). In this study, the theory of Critical Discourse Analysis developed by Norman Fairclough (1993), which describes the relationship between discourse and its social context, is be applied as core theory. In order to identify these principles of gender equality, this study draws on existing national laws regarding gender equality.
The results of this study reveal that The Jakarta Post (online version) rejects the use of virginity tests on the grounds these would violate principles of gender equality. The principles of gender equality expressed by The Jakarta Post in news articles appearing in 2007, 2010, and 2013 are consistent with principles of gender equality contained in national laws regarding basic principles of equality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidyanne Rahajeng Kaeni
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai moral yang terungkap
dalam cerita rakyat Betawi pada buku teks “Pendidikan Lingkungan Budaya
Jakarta (PLBJ)” untuk siswa SD. Ancangan penelitian ini didasarkan pada teori
Analisis Wacana Kritis Van Dijk (2008; 2009) yang menggunakan pendekatan
sosiokognitif untuk menunjukkan kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan konteks sosial. Beberapa teori lain seperti teori Alwi, et. al. (2003)
tentang pemerian kalimat dalam tata bahasa baku Bahasa Indonesia serta teori
proposisi makro dan skema naratif Van Dijk (1980) juga diterapkan untuk
mengalisis struktur teks. Sementara itu, kesesuaian atau pertentangan pemahaman
wacana dengan kesepakatan sosial atas nilai-nilai moral diuji dengan
menggunakan prinsip moral dasar Magnis-Suseno (1987). Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa pembaca diarahkan untuk memahami tindakan-tindakan
dalam teks sebagai tindakan yang bernilai positif. Namun, temuan menunjukkan
bahwa tindakan tokoh-tokoh dalam teks cenderung digambarkan dengan kata-kata
berkonotasi negatif dan beberapa teks cenderung menggunakan kekerasan atau
perkelahian sebagai konsekuensi atas tindakan tertentu. Dari temuan yang
diperoleh, terlihat bahwa tindakan tokoh-tokoh yang terungkap dari teks cerita
rakyat Betawi dalam buku PLBJ untuk siswa SD melanggar nilai-nilai moral yang
menjadi kesepakatan sosial.

ABSTRACT
The objective of this paper is to analyze the moral values of Betawi folktales in
“Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta (PLBJ)” textbook for elementary
students. This study employs Van Dijk’s Critical Discourse Analysis (2008; 2009)
as the core theory which applied sosiocognitive approach to explain how
comprehension of the discourse and social context corresponds or contradicts each
other. In addition, other theories such as sentence division in Bahasa Indonesia
grammar by Alwi, et. al. (2003) and macroproposition as well as narrative schema
by Van Dijk (1980) are applied to analyze the text structures while basic moral
principles by Magnis-Suseno (1987) is used to examine the moral values of the
stories. The results demonstrate that character behaviours in the stories can be
viewed as examples with positive values by readers. Meanwhile, those behaviours
are likely described using words with negative connotation and some texts tend to
utilize violence as consequences to certain behaviours. These findings suggest that
the behaviours in Betawi folktales in “Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta”
textbook for elementary students fail to comply with basic moral principles thus
cannot be consented by society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T39069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Maharani
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan kajian wacana iklan yang membahas iklan Instagram
dengan strategi Shoutout for Shoutout atau SFS. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan suprastruktur, alat-alat kohesi, makrostruktur, hubungan gambar
dan teks iklan, serta positioning yang terdapat dalam dua puluh iklan SFS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wacana iklan yang terdapat di dalam iklan SFS
memiliki suprastruktur tipe A yang badan iklan atau teksnya secara dominan
dibangun oleh alat kohesi referensi demonstratif anaforis, elipsis nominal,
konjungsi aditif, dan repetisi. Makna global pada wacana iklan yang terdapat
dalam iklan SFS sebagian besar dibangun oleh hubungan komunikasi dasar-
DESAKAN dan hubungan antara gambar dan teks iklannya pun sebagian besar
memiliki hubungan yang hampir koheren. Wacana iklan yang terdapat di dalam
iklan SFS paling banyak dilakukan dengan positioning berdasarkan perbedaan dan
manfaat. Kedua positioning tersebut sebagian besar bertujuan untuk memosisikan
toko kepada pembaca iklan Instagram.

ABSTRACT
This research is an advertisement discourse analysis which discuss about
Instagram Advertisement with Shoutout for Shoutout (SFS) strategy. The aim of
this research is to describe suprastructure, cohesion, macrostructure, relationship
between text and picture, along with positioning in twenty SFS advertisement.
The result of this research shows that advertisement discourse in SFS
advertisement has type A suprastructure which body copy or its text builts
dominantly by demonstrative anaforic reference, nominal ellipsis, additive
conjuction, and repetition. Global meaning to advertisement discourse in SFS
advertisement builts dominantly by base-INSISTENCE relation and relationship
between text and picture mostly has almost coheren relationship. Advertisement
discourse in SFS advertisement has been made dominantly by diverification and
benefit positioning. Both of it mostly has goal to positioning the shop for
Instagram advertisement reader."
2015
S61124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library