Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitra Utari Cholid
Abstrak :
ABSTRAK
Citra positif adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh sebuah bank sebagai agent of trust, dimana kepercayaan publik adalah alat utama untuk mencapai keberhasilan usahanya. Identitas perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat membantu terbentuknya citra positif. Segala usaha yang bertujuan untuk membangun citra positif perusahaan, seharusnya dilakukan oleh bagian Hubungan .Masyarakat. Namun tidak demikian halnya dengan Bank Bukopin, kampanye PR yang berkaitan dengan perbaikan identitas perusahaan, dengan tujuan untuk membangun citra positif banknya, sebagian besar dilaksanakan oleh urusan Perencanaan dan Pengembangan Bank Bukopin. Sedangkan bagian Humas yang dimiliki perusahaan hanya sebagian kecil saja dilibatkan. Tujuan penelitian ini, adalah untuk melihat usahausaha yang dilakukan Bank Bukopin ketika melakukan kampanye PR bagaimana fungsi Humas dijalankan oleh bagian Humas Bank Bukopin dan keterlibatannya dalam kampanye tersebut, serta hal-hal yang menjadi hambatan dalam melakukan kegiatannya disamping itu penulis juga ingin mengetahui citra khalayak terhadap usaha-usaha yang dilakukan Bank Bukopin dalam kampanyenya. Usaha-usaha yang dilakukan Bank Bukopin dalam kampanye PR dalam penelitian ini, dilihat melalui empat tahap Humas, yang terdiri atas tahap penelitian, perencanaan, komunikasi, dan evaluasi. Dimana diantara keempat tahap tersebut, penulis lebih memfokuskannya pada tahap komunikasi yang diteliti melalui kegiatan-kegiatan yang menggunakan media Humas yang meliputi, publisitas, iklan, sponsorship, komunikasi langsung, house Journal, dan PR print. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan tehnik penarikan sampel purposif. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam terhadap 5 informan yang dianggap berkompeten untuk dapat memberikan informasi penelitian, yang terdiri dari kepala urusan Perencanaan dan Pengembangan, direktur PT. Polygon, kepala bagian Humas, dengan dua orang stafnya, disamping dikumpulkan pula data pelengkap dari 50 publik internal dan eksternal Bank Bukopin pusat, yang dapat memberikan informasi tambahan yang diperlukan dengan mengajukan kuesioner. Dari penelitian ini diketahui bahwa, pada dasarnya Bank Bukopin telah melakukan kegiatan kampanye PR sesuai dengan empat tahap yang dikemukakan oleh Cutlip dan Center. Namun demikian Bank Bukopin kurang memandang penting keberadaan kegiatan penelitian, perencanaan dan evaluasi. Kegiatan penelitian yang kurang dapat dijadikan landasan yang kuat bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan selanjutnya, serta tidak dibuatnya suatu program rencana kerja dari setiap usaha yang dilakukan dalam kampanye PR, membuat Bank Bukopin tidak melakukan kegiatan evaluasi dari setiap usaha yang telah dilaksanakan dalam kampanyenya. Hal tersebut diatas mengakibatkan setiap usaha dalam operasional yang telah dilakukan dalam kampanye tidak memberikan hasil yang maksimal bagi Bank Bukokegiatan PR, p in . Sedangkan tidak diserahkannya tanggung jawab kegiatan kampanye PR kepada bagian Humas, disamping disebabkan karena kondisi dari bagian ini yang kurang menguntungkan, lingkungan kerja perusahaan juga tidak menunjang bagian ini untuk dapat maju dan menjalankan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab bagian Humas yang sebenarnya.
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Holik
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi tentang komunikasi politik pencitraan kandidat dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012, khususnya yang difokuskan pada pencitraan Jokowi. Kemenangan Jokowi dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012 sangat fenomenal –Jokowi adalah kandidat yang berasal dari luar Jakarta mampu mengalahkan kandidat petahana (incumbent). Pencalonan Jokowi menjadi cermin bahwa Partai PDI Perjuangan sebagai partai yang berorientasi pasar dan konsultan (consultant-and-market oriented party) –atau disebut juga dengan istilah professionalized party. Keunggulan skor Jokowi dalam hasil Survei Opinion Leader (Cyrus Network & Laboratorium Psikologi Politik UI) menjadi rujukan utama kebijakan Partai PDI Perjuangan dalam mencalonkan Jokowi sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta pada Pemilukada 2012. Jokowi adalah kandidat pilihan pasar (market-choice candidate). Jokowi adalah kandidat ideal yang diyakini memiliki kompetensi kepemimpinan untuk memimpin Jakarta. Cyrus Network, sebuah lembaga konsultan politik, bersama Laboratorium Psikologi Politik UI telah menjadi promotor atau endorser pencalonan Jokowi.

Profesi sebagai promotor atau endorser kandidat ideal telah menjadikan Cyrus Network menjadi penciptra tradisi baru dalam dunia konsultansi politik di Indonesia dan dunia – selama ini belum ada publikasi hasil penelitian yang menyatakan ada sebuah lembaga konsultan politik menjadi promotor kandidat. Cyrus Network mendobrak tradisi lama dalam dunia konsultasi politik dimana keterlibatan konsultan politik dalam pemilu didorong oleh semangat bisnis (market-driven consultant). Dukungan Cyrus Network terhadap Jokowi dilandasi oleh semangat idealisme (idealism driven consultant). Dalam riset-riset terdahulu dinyatakan bahwa konsultan politik sangat dominan dalam mencitrakan kandidat sehingga konsultan politik disemati dengan beragam profesi seperti sebagai image merchants (Heibert, et al, 1971), arsitek kampanye dan ahli komunikasi politik (Napolitan, 1972), professional image makers (Nimmo, 1976), issue primers (Medvic, 1997), candidate marketers (Dulio, 2000), dan konsultan citra (image consultant) (Perloff, 2010). Untuk kasus kampanye citra (image-making campaign) Jokowi, konsultan politik tidak demikian. Jokowi sangat dominan dalam kampanye citranya, sehingga konsultan politik tidak sama sekali memodifikasi citra politik Jokowi, tidak seperti Fauzi-Nara –di putaran kedua, konsultan politiknya melakukan perubahan citra politik Fauzi misalnya dari gaya komunikasi arogan menjadi santun. Komunikasi politik pencitraan Jokowi menggunakan pendekatan alamian (natural approach). Jokowi adalah kandidat yang memiliki citra otentik (authentic image). Jokowi adalah seorang kandidat yang memiliki kecerdasan dalam marketing politik, public relations politik, manajemen isu politik, manajemen kesan politik, dan estetika komunikasi politik. Produk-produk politik seperti baju kotak-kotak, salam metal, kampanye blusukan, dll merupakan murni gagasan Jokowi sendiri, bukan konsultan politik. Ini semakin menegaskan bahwa masa kampanye adalah masa penguatan citra politik bukan penciptaan citra politik kandidat. Ini artinya bahwa selain terkait dengan kualitas personalitas, citra politik kandidat tidak terlepas pada persoalan rekam jejak politik masa lalu kandidat – kampanye permanen menjadi kunci pencitraan kandidat petahan. Kasus Jokowi semakin menegaskan bahwa di era personalisasi politik, citra politik kandidat harus otentik bukan kemasan. Di era personalisasi dan mediatisasi politik elektoral, otentisitas adalah kunci efektivitas komunikasi politik pencitraan kandidat. Inilah yang penulis sebut dengan istilah Universitas Indonesia authentic candidate theory. Konsultan politik hanya mengkomunikasikan otentisitas citra kandidat. Dalam era personalisasi politik elektoral, konsultan politik hanya sebagai manajer kampanye (campaign manager) dan penguat citra politik (political image reinforcer). Temuan disertasi ini menjadi kritik terhadap deliberative priming theory (Medvic, 1997) dimana sebagai primer atau issue chooser, konsultan politik merekayasa citra kandidat melalui pemilihan isu politik. Selain itu juga, temuan riset ini menjadi kritik atas temuan dari penelitian De Landtsheer, De Vries, dan Verstessen (2008:225) tentang penampilan politik yang pantas (the appearance of political suitability) dalam manajemen kesan politik (political impression management). Citra politik kandidat sangat bergantung pada kepantasan politik dan ini terletak pada penampilan fisik kandidat. Oleh karennya, kandidat memungkinkan untuk memanipulasi atau merekayasa penampilan fisiknya seperti yang diinginkan (politically desirable).;
ABSTRACT
The research is a part of study of political communication that explains the imagemaking of candidate in 2012 Jakarta Gubernatorial Elections, especially Jokowi. Jokowi’s electoral triumph in 2012 Jakarta Gubernatorial Election is the most phenomenal –he is a candidate from outside Jakarta who have been defeated the powerful incumbent candidates Fauzi-Nara. Jokowi’s candidacy represents that Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI Perjuangan) is as a consultant-centered and-market-oriented party –in the other words, it is a professionalized party. Excellence of Jokowi’s grade in Opinion Leader Survey findings (issued by Cyrus Network a political consultant firm, and Political Psychology Laboratory of University of Indonesia) become as a main source of PDI-P’s policy in nominating Jokowi as a gubernatorial candidate in 2012 Jakarta direct local elections. Jokowi is a market-choice candidate. Jokowi is an ideal candidate who is believable to have the high competence of leadership to lead the Jakarta province. The Cyrus Network and the Political Psychology Laboratory of UI were political promoters or endorsers for Jokowi’s candidacy.

The profession made them as the makers of new tradition in the world of political consultancy in Indonesia and the world wide –there is no publication of research of political consultants in all the time that describes the political consultants as the candidate promoters or endorsers. The Cyrus Network have broken the old tradition of political consultancy where involvement of the consultants in elections were driven by the spirit of business –in the other word, they are the market-driven consultants. Cyrus Network’s endorsement for Jokowi’s candidacy was based by the spirit of political idealism –in the other words, it is an idealismdriven consultant. According the previous research of political consulting, the political consultants were the most dominant in making candidates’ image. Therefore, political consultants’ profession were as image merchants (Heibert, et al, 1971), campaign architects and experts of political communication (Napolitan, 1972), professional image makers (Nimmo, 1976), issue primers (Medvic, 1997), candidate marketers (Dulio, 2000) and image consultant (Perloff, 2010). However for the case of Jokowi’s image-making campaign, it was different where the political consultant was not dominant in modifying or reengineering. Jokowi’s political image, not as the case of Fauzi-Nara –in the second round of the direct local elections, their political consultants have been modified or reengineered their image, e.g. the political consultant have modified Fauzi’s political style from arrogant to be polite. In the practice of political communication of image making, Jokowi had used the natural approach that created authentic image –in the other words, Jokowi was an authentic candidate. It was caused by Jokowi’s intelligence in political marketing, political public relations, political issues management, political impression management, and aesthetics of political communication. All of Jokowi’s political products was his brilliant ideas e.g. “iconic” checkered shirt, metal sign or greeting, “blusukan” (impromptu visits) campaign, etc, not the political consultants. It argues that the campaign is a phase of political image reinforcement, not political image formation. It explains to us that the politician’s past record is the key of successful of candidate’s image formation –especially, the permanent campaign is the key success for the Universitas Indonesia incumbents. In personalization era, the main factor of image making is authenticity, not modifications or packaging as well as engineering. The authenticity is the main factor for making political communication of candidate image-making more effective. So, the writer calls it as the authentic candidate theory. The political consultants only communicate the authenticity. In this era, they are just as the campaign manager and political image reinforcers or sharpener. This research’s finding becomes as criticism for the deliberative priming theory (Medvic, 1997) that explained political consultants as issue primers or choosers whose political skill in engineering the candidate’s image through political issue priming. It is also criticism for a research that is hold by De Landtsheer, De Vries, & Verstessen (2008). Their research finding explains that the appearance of political suitability in political impression management is rooted to candidate’s physical appearance. Therefore, it is possible to manipulate the physical appearance of candidate in a “politically desirable” sense, The research is a part of study of political communication that explains the imagemaking of candidate in 2012 Jakarta Gubernatorial Elections, especially Jokowi. Jokowi’s electoral triumph in 2012 Jakarta Gubernatorial Election is the most phenomenal –he is a candidate from outside Jakarta who have been defeated the powerful incumbent candidates Fauzi-Nara. Jokowi’s candidacy represents that Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI Perjuangan) is as a consultant-centered and-market-oriented party –in the other words, it is a professionalized party. Excellence of Jokowi’s grade in Opinion Leader Survey findings (issued by Cyrus Network a political consultant firm, and Political Psychology Laboratory of University of Indonesia) become as a main source of PDI-P’s policy in nominating Jokowi as a gubernatorial candidate in 2012 Jakarta direct local elections. Jokowi is a market-choice candidate. Jokowi is an ideal candidate who is believable to have the high competence of leadership to lead the Jakarta province. The Cyrus Network and the Political Psychology Laboratory of UI were political promoters or endorsers for Jokowi’s candidacy. The profession made them as the makers of new tradition in the world of political consultancy in Indonesia and the world wide –there is no publication of research of political consultants in all the time that describes the political consultants as the candidate promoters or endorsers. The Cyrus Network have broken the old tradition of political consultancy where involvement of the consultants in elections were driven by the spirit of business –in the other word, they are the market-driven consultants. Cyrus Network’s endorsement for Jokowi’s candidacy was based by the spirit of political idealism –in the other words, it is an idealismdriven consultant. According the previous research of political consulting, the political consultants were the most dominant in making candidates’ image. Therefore, political consultants’ profession were as image merchants (Heibert, et al, 1971), campaign architects and experts of political communication (Napolitan, 1972), professional image makers (Nimmo, 1976), issue primers (Medvic, 1997), candidate marketers (Dulio, 2000) and image consultant (Perloff, 2010). However for the case of Jokowi’s image-making campaign, it was different where the political consultant was not dominant in modifying or reengineering. Jokowi’s political image, not as the case of Fauzi-Nara –in the second round of the direct local elections, their political consultants have been modified or reengineered their image, e.g. the political consultant have modified Fauzi’s political style from arrogant to be polite. In the practice of political communication of image making, Jokowi had used the natural approach that created authentic image –in the other words, Jokowi was an authentic candidate. It was caused by Jokowi’s intelligence in political marketing, political public relations, political issues management, political impression management, and aesthetics of political communication. All of Jokowi’s political products was his brilliant ideas e.g. “iconic” checkered shirt, metal sign or greeting, “blusukan” (impromptu visits) campaign, etc, not the political consultants. It argues that the campaign is a phase of political image reinforcement, not political image formation. It explains to us that the politician’s past record is the key of successful of candidate’s image formation –especially, the permanent campaign is the key success for the Universitas Indonesia incumbents. In personalization era, the main factor of image making is authenticity, not modifications or packaging as well as engineering. The authenticity is the main factor for making political communication of candidate image-making more effective. So, the writer calls it as the authentic candidate theory. The political consultants only communicate the authenticity. In this era, they are just as the campaign manager and political image reinforcers or sharpener. This research’s finding becomes as criticism for the deliberative priming theory (Medvic, 1997) that explained political consultants as issue primers or choosers whose political skill in engineering the candidate’s image through political issue priming. It is also criticism for a research that is hold by De Landtsheer, De Vries, & Verstessen (2008). Their research finding explains that the appearance of political suitability in political impression management is rooted to candidate’s physical appearance. Therefore, it is possible to manipulate the physical appearance of candidate in a “politically desirable” sense]
2014
D1996
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Hidayati
Abstrak :
Saat ini, banyak produsen makanan ringan berlomba dalam mempromosikannya kepada khalayak sasaran mulai dari makanan ringan untuk anak-anak sampai orang dewasa pun ada. Hal ini terbukti jika kita melihat ke dalam pasar swalayan di mana merek-merek makanan ringan berjejer memenuhi rak-rak khusus makanan ringan tersebut. Lain halnya dengan rak-rak yang berada di pendingin. Merek-merek yang ada di rak pendingin tersebut hanya untuk makanan dan minuman ringan yang butuh didinginkan seperti jelly, yoghurt, macam-macam jus dan puding. Bicara mengenai puding, di antara berbagai makanan dan minuman ringan yang berada di rak pendingin, terdapat merek puding yang bernama Vita Puding dengan berbagai rasa yaitu coklat, stroberi, vanilla dan mangga. Vita Puding ini diproduksi oleh PT. Sedapindo Trijaya, merupakan perusahaan yang pertama memproduksi makanan Jelly dan Puding di Indonesia. Sebenarnya Vita Puding ini keberadaannya sudah lama ada, namun citra merek dari Vita Puding ini masih sedikit yang terekam di dalam benak khalayak sasaran maka konsumen cenderung lari ke merek lain, ditambah lagi masih kurang gencarnya program promosi yang dilakukan Vita Puding. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa dalam pengtahuan khalayak sasaran terhadap produk Vita Puding melalui program komunikasi pemasaran terpadu. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis melakukan kampanye program komunikasi pemasaran terpadu Vita Puding melalui elemen promosi diantaranya dengan periklanan, Personal selling dan sales promotion. Kampanye program promosi Vita Puding ini dilakukan selama satu tahun yaitu mulai bulan Juli 2005 - Juni 2006. Anggaran yang dikeluarkan untuk program komunikasi pemasaran tersebut kurang lebih sekitar Rp 19 Milyar yang dialokasikan untuk elemen promosi periklanan, personal selling dan sales promotion. Setelah semua program sudah terencana dengan baik, maka perlu dilakukan evaluasi, monitoring dan control. Bentuk evaluasi tersebut meliputi previtest dan post-test Pre-test dilakukan sebelum kampanye berjalan untuk kemudian menentukan strategi yang terbaik yang dipakai dengan cara melakukan metode FGD (Focus Group Discussion), sedangkan post-test dilakukan setelah program berjalan dengan melakukan metode survey pada, tiga kota besar di Indonesia yaitu Jadebotabek, Bandung dan Surabaya. Selain itu, dilakukan kontrol atas semua program untuk mengetahui apakah berjalan sesuai dengan yang direncanakan, hasil evaluasi dan monitor tersebut akan berguna untuk menentukan apakah semua program yang telah direncanakan perlu dilanjutkan, direvisi atau dihentikan seraya mencari alternatif baru.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saepiudin
Abstrak :
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya informasi, membuat industri media semakin bergairah. Termasuk di dalamnya adalah industri media cetak yang semakin hari semakin banyak bermunculan media cetak yang segmented. Oleh karena itu terbukalah peluang pasar yang besar. Tercatat 85 jenis media yang bermain dalam kategori tabloid. Untuk kategori tabloid hiburan dan televisi, Tabloid Bintang Indonesia merupakan market leader. Fakta di pasar menunjukkan bahwa persaingan tidak hanya dengan tabloid sejenis, tetapi juga berkompetisi dengan tabloid wanita yang sering kali memuat informasi yang cenderung sama untuk headlinenya. Untuk itu Tabloid Bintang Indonesia berusaha menggenjot nilai penjualannya, selain agar tetap sebagai market leader di kategori tabloid hiburan dan televisi juga mendekati kompetitor utama yaitu Tabloid Nova yang untuk saat ini merupakan pemegang penjualan tertinggi di kategori semua tabloid. Saat ini, konsumen tabloid yang lebih banyak membeli secara eceran. Oleh sebab itu Tabloid Bintang Indonesia membuat program komunikasi pemasaran yang diharapkan dapat mendukung tujuan utama pemasaran yaitu meningkatkan penjualan, tidak hanya dengan jalur eceran tetapi juga langganan. Selain itu tentunya juga untuk meningkatkan brand image, karena sangat jarang sebuah media massa beriklan secara integrated, biasanya hanya menggunakan iklan terbit saja. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam kampanye komunikasi pemasaran Tabloid Bintang Indonesia menggunakan strategi elemen promosi diantaranya dengan periklanan, sales promotion dengan sampling dan memberikan hadiah gratis, event marketing dan sponsorship yang bertujuan membantu menciptakan brand awareness. Untuk pemilihan media periklanan menggunakan media televisi, radio, majalah, koran, yang mempunyai jangkauan yang luas serta menggunakan baliho sebagai pendukung. Kampanye Tabloid Bintang Indonesia akan dilakukan selama enam bulan sebagai masa percobaan, untuk kemudian di evaluasi, yaitu bulan Juli - Desember 2005. Anggaran untuk kampanye ini memerlukan lebih dari enam miliar rupiah, dengan perincian lima miliar rupiah berupa dana cair, sedang sisanya diusahakan dengan melakukan sistem barter pemasangan iklan dengan media vehicle yang digunakan. Komunikasi pemasaran terpadu yang seperti apa yang memberikan hasil yang maksimal bagi keberadaan produk dan perusahaan. Apabila program ini berhasil dapat dipastikan program ini akan dilanjutkan dan periodenya akan selama setahun. Hal ini akan diketahui setelah diadakan evalusi, monitoring, dan kontrol. Bentuk evaluasi tersebut meliputi pre-test yang dilakukan sebelum kampanye berjalan untuk kemudian menentukan strategi yang terbaik yang dipakai dan post-test dilakukan setelah program berjalan. ...... The increasingly of people awareness about the important of information, make the media industry more grow. Now a day, we see many print media published with segmented target. It's mean there is big market and opportunity. According to Nielsen Media Research, thereis 85 brands of tabloid. In the category of television and entertainment tabloid, Tabloid Bintang Indonesia is a market leader. In fact in the market Show that the competition not only with other in one category, but one brand can compete with other even in the different category. For example television and entertainment tabloid compete with woman tabloid because they have same content especially the headline or cover. For that reason make Tabloid Bintang Indonesia try to get high sales, to compete more tight with Tabloid Nova as primary competitor. Ussualy the consumer of tabloid buying by retail. So, Tabloid Bintang Indonesia make an integrated marketing communication program to support main objective which is sales, not only by retail but by subscribe. To role an integrated marketing communication campaign, Tabloid Bintang Indonesia use the strategy of promotion element with advertising, sales promotion with free sampling, event marketing, and sponsorship. All campaign use television, radio, magazine, newspaper as media vehicle. The campaign will be held in July - December 2005 with budget for all campaign more than six billion rupiahs. Technicly, its divide in two ways, cash and barter. The maximal integrated marketing communication process hope can give a maximal result for brand and company.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Eka Putri
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang pesan kampanye saveKarimunjawa oleh Greenpeace Indonesia dengan menggunakan sosial media Youtube sebagai strategi dalam pemilihan media kampanye dan pengemasan pesan dengan menggunakan pendekatan konfrontatif. Penelitian ini berlatar belakang dengan adanya permasalahan terumbu karang di Indonesia kususnya Karimunjawa yang memiliki tingkat keanekaragaman tertinggi kedua di Indonesia. Greenpeace Indonesia sebagai salah satu organisasi yang melaksanakan kampanye untuk melindungi terumbu karang karimunjawa. Sebagai organisasi pelaksana kampanye, Greenpeace Indonesia memiliki pengemasan pesan yang tidak ideal dari kampanye organisasi lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan strategi pesan kampanye savekarimunjawa yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia dengan menggunakan video youtube sebagai media kampanye. Pelaksanaan kampanye SaveKarimunjawa dilihat dari sudut pandang kampanye perubahan sosial dan komponen dan tahapan kampanye Simon. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Kesimpulkan penelitian ini menunjukkan keterkaitan antara kampanye dengan media yang digunakan serta pesan kampanye yang ditampilkan dapat menarik perhatian khalayak. 
This thesis discusses the saveKarimunjawa campaign message by Greenpeace Indonesia by using Youtube social media as a strategy in selecting campaign media and packaging messages using a confrontational approach. This research is based on the existence of coral reef problems in Indonesia, specifically Karimunjawa, which has the second highest diversity level in Indonesia. Greenpeace Indonesia as one of the organizations implementing a campaign to protect Karimunjawas coral reefs. As a campaign implementing organization, Greenpeace Indonesia has packaging messages that are not ideal from other organizations campaigns. The purpose of this study was to describe the strategy of the savekarimunjawa campaign message carried out by Greenpeace Indonesia by using youtube videos as campaign media. The implementation of the SaveKarimunjawa campaign was seen from the point of view of the campaign for social change and the components and stages of Simons campaign. This research is a descriptive qualitative study with a case study method. Conclusion This study shows the relationship between the campaign and the media used and the campaign messages displayed can attract the attention of the audience. 
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Georgius Satrio Bagaskoro Susetio Putro
Abstrak :
Munculnya tren baru dalam dunia investasi yaitu investasi cryptocurrency menyebabkan peningkatan jumlah investor yang ingin melakukan investasi pada bidang ini. Namun investor mengalami hambatan dalam mengadopsi cryptocurrency, dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat seputar cryptocurrency. Maka dari itu, Coinbase meluncurkan kampanye humas dan menggunakan beberapa teknik kampanye humas untuk menjalankan programnya. Terdapat beberapa kegiatan dan kerja sama yang dilakukan oleh Coinbase untuk memberikan edukasi kepada calon konsumen dan diharapkan calon konsumen dapat berpartisipasi dalam program yang telah dibuat dan akhirnya memilih Coinbase sebagai platform jual beli cryptocurrency. ......The emergence of a new trend, namely cryptocurrency investment, has led to an increase in the number of investors who want to invest in this field. However, investors experience obstacles in adopting cryptocurrency, due to the lack of knowledge about cryptocurrency. Therefore, Coinbase launched a PR campaign and used several PR campaign techniques to carry out the program. There are several activities and collaborations carried out by Coinbase to provide education to the public and it is hoped that the community will be able to participate in the programs that have been created and finally choose Coinbase as a cryptocurrency buying and selling platform.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Jamaluddin
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T25666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rezeki Inoky
Abstrak :
ABSTRAK Perusahaan hulu MIGAS mempunyai risiko tinggi terjadinya insiden, termasuk Near Miss. Program kampanye Near Miss, berupa pelaporan Near Miss secara aktif merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya insiden. Di PT. X, kecelakaan serius terjadi 2 kali pada tahun 2014, namun kejadian Near Miss yang dilaporkan sebanyak 10 kali 1:5 , hal ini tidak sejalan dengan teori piramida insiden yang menyatakan 1:60. Penelitian ini bertujuan diketahuinya hubungan pengetahuan, perilaku, pendidikan dan lama kerja dengan perubahan laporan Near Miss sebelum dan sesudah kampanye dan Basic Risk Factor nya. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, data primer melalui kuesioner terkait pengetahuan dan perilaku, dan data sekunder berupa tingkat pendidikan dan lama kerja terhadap 94 sampel pekerja lapangan perusahan hulu MIGAS PT. X yang masih aktif, serta dilakukan wawancara mendalam ke 20 responden. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan tinggi 61,7 , perilaku baik 61,7 , pendidikan tinggi 94,7 , lama kerja ge; 3 tahun 60,6 . Didapatkan perubahan laporan Near Miss sebesar 17 dan kategori prosedur merupakan penyebab utama Near Miss, pekerja lapangan dengan pengetahuan sedang ndash; rendah 22,2 , perilaku baik 20,7 , pendidikan tinggi 18 , dan lama kerja ge; 3 tahun 21,1 lebih banyak melakukan perubahan laporan Near Miss. Namun tidak ada variabel yang berhubungan signifikan secara statistik dengan perubahan laporan Near Miss baik pengetahuan, perilaku, tingkat pendidikan maupun lama kerja P > 0,05 .
ABSTRACT Upstream Oil and Gas Company at high risk incidents, including Near Miss. Near Miss campaign program through active Near Miss reporting is one of ways to prevent the occurance of incidents. At PT. X, serious accidents occurred 2 times in 2014, while 10 Near Miss reported 1 5 this event is not in line with incident pyramid 1 60 . The objective of this study was to obtain knowledge, behavior, education and length of work toward Near Miss report change before and after the campaign and its Basic Risk Factor. This study conducted in cross sectional method, primary data through questionnaire related to knowledge and behavior, while secondary data based on education level and length of work towards 94 samples of existing field staff in one of Oil and Gas Company as well as in depth interview to 20 respondents. Most of respondents have a high knowledge 61,7 , good behavior 61,7 , high education level 94,7 , and length of work ge 3 years 60,6 , Near Miss report changes is 17 16 report and procedures category are the highest of underlying cause Near Miss, field staff who have mid to low knowledge 22,2 , good behavior 20,7 , high education level 18 , and length of work ge 3 years 21,1 more report on Near Miss change. However, there was no significant relationship between Near Miss report and knowledge, behavior, education, length of work P 0,05.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>