Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aryanda Ichsan Ramadhan Putra
Abstrak :
Karakter Fiksi merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah Karya Fiksi. Namun, Karakter Fiksi, sama halnya dengan sebuah Karya Fiksi, terlahir dari hasil kreasi dan imajinasi dari Pencipta, dengan demikian selayaknya sebuah Karakter Fiksi juga dianggap sebagai sebuah Ciptaan yang dilindungi oleh Hak Cipta. Selain dari hal tersebut adalah bahwa Karakter Fiksi memiliki nilai ekonomi yang sangat besar, hal ini dikarenakan dalam banyak kasus, Karakter Fiksi justru lebih dikenali dibandingkan dengan Karya Fiksi dimana Karakter Fiksi tersebut berasal. Meskipun secara umum Hak Cipta telah memberikan perlindungan kepada Karakter Fiksi, namun tanpa adanya Independensi Karakter Fiksi dalam Peraturan Hak Cipta, perlindungan kepada Karakter Fiksi belumlah cukup. Ketiadaan Independensi Karakter Fiksi menimbulkan berbagai permasalahan mulai dari inkonsistensi sampai perihal kepastian hukum itu sendiri. Hal ini terjadi dalam berbagai kasus yang terjadi di Negara yang memiliki Industri Kreatif yang telah maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Sehingga desakan mengenai Independensi Karakter Fiksi dalam Hak Cipta ini menjadi meluas. Hal ini juga berlaku di Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang kearah yang positif dalam Industri Kreatifnya. Kasus yang terjadi pada Pak Raden dalam Kasus Si Unyil dapat menjadi pemicu untuk pengimplementasian Independensi Karakter Fiksi dalam Hak Cipta Indonesia.
Fictional Character is an inseparable element from any Fictional Works. However, just like any Fictional Works, a Fictional Character was born from the Creators creative minds and imagination, thus deserved to be called an artistic works which granted a copyright protection. Aside from that, Fictional Character has a huge economic value since in many cases the Fictional Character are more well-known than the Fictional Works where the Fictional Character originated from. Although the Copyright Protection has granted the Fictional Characters a protection in general, the protection itself is not enough without an independent protection in the Copyright Law regarding Fictional Character. The absence of any Independence in the Copyright Law for Fictional Character have generated some problems which occurred within the Country with advanced Creative Industry such as United States of America and Japan. Therefore, the urgency for the Independency of Fictional Character within Copyright Law has become prevalent in the said Countries. The urgencies are also applied in Indonesia as a country with a positive development in the creative industry. The case that befall Pak Raden in Si Unyil case should serve as a trigger for the implementation of the Independency of Fictional Character within Indonesian Copyright Law.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
T54435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Galuh Damar Jati
Abstrak :
Karakter fiksi merupakan salah satu unsur yang tidak terpisahkan dari suatu karya khususnya karya sinematografi. Suatu karakter fiksi merupakan kerja keras dan jerih payah pencipta dari hasil olah kreativitas dan imajinasinya. Karakter fiktif juga merupakan salah satu unsur utama yang mendukung tema dan konflik dalam suatu narasi. Dalam Undang-Undang Hak Cipta saat ini belum mengatur secara khusus berkaitan dengan perlindungan terhadap suatu karakter fiksi. Perlindungan terhadap suatu karakter fiksi secara umum masih terhadap media dimana tempat karakter tersebut berada. Berbeda dengan Amerika Serikat, perlindungan terhadap karakter fiksi disana telah diakui dengan menerapkan standar-standar seperti Character Delineation Test dan Story Being Told Test, sehingga diperoleh kepastian perlindungan terhadapnya. Lebih lanjut, hal itu akan berpengaruh terhadap penggunaan yang wajar pada suatu karakter fiksi. Penggunaan yang wajar atau fair use merupakan salah satu doktrin sebagai bentuk pembatasan terhadap hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta. Penggunaan yang wajar terhadap suatu karakter fiksi di Indonesia sejatinya merupakan penggunaan yang wajar terhadap suatu karya sinematografi khususnya film. Sebab karakter merupakan bagian utama dari suatu karya film yang membangun cerita dalam mendukung tema dan konflik. Sehingga penggunaan yang wajar terhadap suatu karakter fiksi termasuk di dalam penggunaan yang wajar terhadap suatu karya film. Dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, tulisan ini akan menganalisis mengenai bagaimana perlindungan dan prinsip penggunaan yang wajar terhadap suatu karakter fiksi di dalam ketentuan Undang-Undang Hak Cipta ......Fictional characters are one of the integral elements of a work, especially a cinematographic work. A fictional character is the result of the creator's work and effort, as well as his creativity and imagination. Fictional characters are also one of the main elements that support the theme and conflict in a narrative. The current copyright law in Indonesia does not specifically regulate the protection of a fictional character. In general, the protection of a fictional character still on the media where the character is located. In contrast to the United States, the protection of fictional characters has been recognized in that country by using standards such as the character delineation test and the story being told test to ensure certainty of protection against it. Furthermore, it will affect the fair use of a fictional character. Fair use is one of the doctrines that limit the exclusive rights owned by the creator. Fair use of a fictional character in Indonesia is actually a fair use of a cinematographic work, especially a movie. Because characters are the main part of a movie, they build a story for supporting themes and conflicts. Therefore, the fair use of a fictional character is included in the fair use of a film work. By using the normative juridical research method, this paper will analyze how the protection and principle of fair use of a fictional character are addressed in the provisions of the Copyright Act.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Kinthara Wahyudi
Abstrak :
Karakter fiksi mulai umum menjadi topik pembahasan dalam bidang psikonaratologi. Karakter fiksi ditemukan dapat dianggap sangat menarik dan meyakinkan bagi pembaca hingga memunculkan hubungan parasosial antara pembaca dan karakter. Berdasarkan studi literatur yang ditemukan, lama pengalaman menulis, bentuk profesi yang diasumsikan penulis, motivasi intrinsik menulis fiksi, dan trait openness to experience diduga memiliki pengaruh pada keahlian menulis karakter fiksi yang dianggep menarik dan meyakinkan bagi pembaca. Untuk menelusuri hubungan antara variabel-variabel tersebut, dilakukan penelitian pada kelompok penulis profesional, penulis fiksi hobi, dan non-penulis berusia 18-35 tahun di Indonesia. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan kuesioner motivasi intrinsik pada karya fiksi dan IPIP-BMF-25 untuk partisipan, serta Borang Penilaian Karakter Fiksi untuk referensi bagi juri. Melalui analisis ANOVA dan uji model multiple mediation, ditemukan bahwa (1) trait openness to experience memiliki pengaruh pada motivasi intrinsik menulis fiksi, (2) tidak ditemukan pengaruh motivasi intrinsik pada lama pengalaman menulis, (3) lama pengalaman menulis ditemukan memiliki hubungan negatif dengan keahlian mendeskripsikan karakter fiksi. ...... In the field of psychonarratology, fictional character is becoming a common topic of discussion. Fictional characters are often found to be extremely engaging and convincing in the readers’ mind that it forms a parasocial relationship between the readers and the character. Based on existing literature studies, fiction writing experience, assumed professional category, intrinsic motivation, and openness to experience were indicated to influence the expertise to write fictional character. This study was conducted in sample groups of professional writers, hobbyist writers, and non-writers aged between 18-35 years old in Indonesia. Data were collected online using an intrinsic motivation questionnaire and IPIP-BMF-25 for participants, and a fictional characters assessment form as reference for raters. Through ANOVA analysis and multiple mediation model testing, it was found that (1) the openness to experience trait had an influence on the intrinsic motivation of writing fiction, (2) there was no effect of intrinsic motivation on the length of writing experience, (3) the length of writing experience was found to have a negative relationship with skills to describe fictional characters.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library