Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Wawomeo
Abstrak :
Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah kesehatan remaja yang pada dekade terakhir ini menjadi perhatian pemerintah karena menimbulkan dampak meningkatnya angka kecatatan dan kematian remaja. Intensitas kejadian meningkat bersamaan dengan bertambahnya populasi remaja. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh keluarga, perilaku teman sebaya, dan karakteristik remaja dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2009. Desain penelitian adalah deskripsi korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel beijumlah 183 remaja usia 10 - 19 tahun yang dipilih secara multistage random sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur remaja, jenis kelamin remaja, dan perilaku negatif teman sebaya dengan perilaku kekerasan (p < 0,05). Sedangkan variabel pola asuh keluarga dan tingkat pendidikan remaja tidak ditemukan hubungan yang bermakna dengan perilaku kekerasan remaja (p > 0.05). Berdasarkan analisis, variabel yang mempunyai hubungan paling dominan dengan perilaku kekerasan remaja adalah perilaku negatif teman sebaya. Remaja yang sering menerima perlakuan negatif teman sebaya mempunyai peluang 5,5 kali lebih tinggi untuk sering melakukan kekerasan dari pada remaja yang jarang menerima perlakuan negatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa perilaku kekerasan remaja mempunyai dampak negatif pada remaja, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Disarankan perawat perlu meningkatkan partisipasi remaja, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah perilaku kekerasan remaja. ......Violence behavior is an adolescent health problem which becomes attention of govemment because it makes the impact of improving documentation number and adolescent mortality. The occurance intensity increased the same as the increase og adolescent population. This study purpose to find the relationship between family care design, match friend behavior, and adolescent characteristic with violence behavior among adolescent at Pancoran Mas Depok in 2009. This study used a cross sectional approach with correlation description design. The samples were 183 adolescent with the age between 10-19 years old which were choosed by multistage random sampling methods. Analysis study result used statistic test with multiple logistic regression. Study result found that there was meaning relationship between adolescent age, adolescent sex, and negative behavior of match friend with violence behavior (p<0,05). While the variable of family care design and education level of adolescent was not found meaning relationship with adolescent violence behavior (p>0,05). Based on analysis, the variable which has most dominant relationship with adolescent violence behavior was negative behavior of match friend. Adolescent who was often receive negative behavior of match friend had an opportunity 4,39 times to do violence higher than adolescent who was seldom receive negative behavior. Based on study was concluded that adolescent violence behavior had the negative effects to adolescent, family, society and govemment. It was suggested that nurse need improve adolescent participation, family, and society to prevent adolescent violence behavior.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T26558
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elvyna Trinanda Daeng
Abstrak :
Remaja merupakan kelompok berisiko mengalami berbagai masalah fisik psikologis dan sosial. Salah satu masalah psikososial yang terjadi pada remaja adalah merupakan bentuk bullying yang dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui dunia maya internet. Dampak cyberbullying pada remaja diantaranya menimbulkan rasa malu depresi hingga bunuh diri. Tujuan penelitian ini mengetahui kejadian cyberbullying yang terjadi pada remaja SMA Negeri di Jakarta Timur. Metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan desain cross sectional dengan teknik sampling accidental sampling n 105 Hasil penelitian menemukan angka kejadian cyberbullying 30.5 dengan 20 terlibat sebagai pelaku dan 17 sebagai korban dan 8.6 sebagai pelaku sekaligus korban. Media yang paling banyak digunakan adalah chatrooms 35.2. Lama korban mengalami kejadian cyberbullying beragam dari satu atau dua minggu 10.5 hingga beberapa tahun 7.6. Remaja perempuan berpeluang 2.7 kali terlibat dalam kejadian cyberbullying dibandingkan laki laki. ......Teenagers are a group in the society at high risk of experiencing a number of problems such as physical psychological and social problems. One of the psycho social problems among teenagers is cyberbullying. Cyberbullying is a form of bullying that takes action indirectly through virtual world like the internet. Negative impacts of cyberbullying can be shyness depression and suicide. The purpose of this research was to know the phenomenon of cyberbullying that happened to teenagers in State High School in East Jakarta. Method used was quantitative descriptive with cross sectional approach and sampling technique was accidental sampling 105. The result shows that the incidence of cyberbullying reached the number of 30.5 with 20 claimed to be perpetrators 17.1 victims and 8.6 both. The media that commonly used are chatrooms 35.2 The length of the period of teenagers being victimized varies from a couple of weeks 10.5 up to a few years 7.6. There is a relation between gender and the incidence of cyberbullying where girls are 2.7 times more risky of being involved in cyberbullying compared to boys.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Nissa Cantika
Abstrak :
Tingkat literasi kesehatan remaja terkait COVID-19 termasuk hal yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan upaya pencegahan penularan sebab remaja berpotensi untuk meningkatkan penyebaran virus corona karena adanya karakteristik taking-risk behavior. Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi kesehatan remaja dalam mencari serta memahami informasi terkait COVID-19 selama masa pandemik. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik. Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 427 siswa/i dari 10 sekolah di provinsi DKI Jakarta. Terdapat dua instrumen yang diaplikasikan dalam penelitian ini, yaitu HLS-COVID-Q22 untuk menilai tingkat literasi remaja terkait COVID-19 dan kuesioner karakteristik remaja untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat literasi kesehatan. Instrumen HLS-COVID-Q22 dibuat dan telah diuji oleh Okan, Bollweg, Berens, Hurrelmann, Bauer, dan Schaeffer (2020) (r=0.851), sedangkan kuesioner karakteristik remaja disusun serta diuji dalam penelitian Santosa (2012) (r=0.859). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara akses pelayanan kesehatan dengan tingkat literasi terkait COVID-19 pada remaja di DKI Jakarta (p < 0.05). Akses pelayanan kesehatan yang mudah akan meningkatkan literasi terkait COVID-19 pada remaja. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, bahasa, etnis, pendidikan, dan akses informasi kesehatan dengan tingkat literasi terkait COVID-19 pada remaja. Peneliti menganjurkan agar pihak sekolah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam memberikan edukasi pemanfaatan akses informasi dan pelayanan kesehatan terkait COVID-19. ......The level of adolescent health literacy related to COVID-19 is one of the things that needs to be considered in optimizing efforts to prevent transmission because adolescents have the potential to increase the spread of the corona virus due to the characteristics of risk-taking behavior. This study discusses the factors related to the level of adolescent health literacy in finding and understanding information related to COVID-19 during the pandemic. This research is a type of quantitative research with an analytical design. Respondents who participated in this study were 427 students from 10 schools in DKI Jakarta. There are two instruments applied in this study, namely the HLS-COVID-Q22 to assess the literacy level of adolescents related to COVID-19 and the adolescent characteristics questionnaire to identify factors that can affect the level of health literacy. The HLS-COVID-Q22 instrument was created and tested by Okan, Bollweg, Berens, Hurrelmann, Bauer, and Schaeffer (2020) (r=0.851), while the adolescent characteristics questionnaire was compiled and tested in Santosa's research (2012) (r=0.859). The results showed that there was a significant relationship between access to health services and literacy levels related to COVID-19 in adolescents in DKI Jakarta (p < 0.05). Easy access to health services will increase literacy related to COVID-19 in adolescents. In addition, the results of the study also show that there is no relationship between age, gender, language, ethnicity, education, and access to health information with literacy levels related to COVID-19 in adolescents. The researcher suggest that schools cooperate with the Ministry of Health in providing education regarding the use of access to information and health services related to COVID-19.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Wawomeo
Abstrak :
Perilaku kekerasan merupakan salah satu masalah kesehatan remaja yang pada dekade terakhir ini menjadi perhatian pemerintah karena menimbulkan dampak meningkatnya angka kecatatan dan kematian remaja. Intensitas kejadian meningkat bersamaan dengan bertambahnya populasi remaja. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh keluarga, perilaku teman sebaya, dan karakteristik remaja dengan perilaku kekerasan di Kelurahan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2009. Desain penelitian adalah deskripsi korelasi menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 183 remaja usia 10 - 19 tahun yang dipilih secara multistage random sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan uji statistik regresi logistik ganda. Hasil penelitian menemukan adanya hubungan yang bermakna antara umur remaja, jenis kelamin remaja, dan perilaku negatif teman sebaya dengan perilaku kekerasan (p < 0,05). Sedangkan variabel pola asuh keluarga dan tingkat pendidikan remaja tidak ditemukan hubungan yang bermakna dengan perilaku kekerasan remaja (p > 0.05). Berdasarkan analisis, variabel yang mempunyai hubungan paling dominan dengan perilaku kekerasan remaja adalah perilaku negatif teman sebaya. Remaja yang sering menerima perlakuan negatif teman sebaya mempunyai peluang 5,5 kali lebih tinggi untuk sering melakukan kekerasan dari pada remaja yang jarang menerima perlakuan negatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa perilaku kekerasan remaja mempunyai dampak negatif pada remaja, keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Disarankan perawat perlu meningkatkan partisipasi remaja, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah perilaku kekerasan remaja. ......Violence behavior is an adolescent health problem which becomes attention of government because it makes the impact of improving documentation number and adolescent mortality. The occurance intensity increased the same as the increase og adolescent population. This study purpose to find the relationship between family care design, match friend behavior, and adolescent characteristic with violence behavior among adolescent at Pancoran Mas Depok in 2009. This study used a cross sectional approach with correlation description design. The samples were 183 adolescent with the age between 10 - 19 years old which were choosed by multistage random sampling methods. Analysis study result used statistic test with multiple logistic regression. Study result found that there was meaning relationship between adolescent age, adolescent sex, and negative behavior of match friend with violence behavior (p<0,05). While the variable of family care design and education level of adolescent was not found meaning relationship with adolescent violence behavior (p>0,05). Based on analysis, the variable which has most dominant relationship with adolescent violence behavior was negative behavior of match friend. Adolescent who was often receive negative behavior of match friend had an opportunity 4,39 times to do violence higher than adolescent who was seldom receive negative behavior. Based on study was concluded that adolescent violence behavior had the negative effects to adolescent, family, society and government. It was suggested that nurse need improve adolescent participation, family, and society to prevent adolescent violence behavior.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library