Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasan Djafar
Abstrak :
Disertasi ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian terpadu dalam bidang arkeologi, yang bertujuan untuk merekonstruksikan sejarah kebudayaan daerah panlai utara Jawa Barat, berdasarkan peninggalan arkeologi yang diperoleh rnelalui survei dan ekskavasi di kawasan silus Balujaya, Karawang, Jawa Barat, sejak tahun 1985 hingga tahun 2006. Cakupan waktunya meliputi masa akhir prasejarah (akhir Masa Perundagian) sampai masa akhir Tarumanagara, yang meliputi kurun waktu sekitar abad ke-2 hingga abad ke-10. Dalam disertasi ini dibahas beberapa unsur kebudayaan berdasarkan sumber utamanya berupa peninggalan arkeologi, di antaranya berupa sisa-sisa kompleks percandian bata, arca, bcnda-benda hiasan (ornamen), inskripsi, meterai (volive tablet) terakota, gerabah, alat logam, perhiasan, dan kerangka manusia. Melalui analisis dan tinjauan dengan pendekatan induktif-deduktif dan holistik, diperoleh kesimpulan-kesimpulan dan penafsiran yang kemudian digunakan secara eksplanatif untuk mcnjelaskan dan merekonstuksikan gambaran mengenai sejarah kebudayaan Jawa Barat, khususnya daerah pantai utara. Rekonstruksi sejarah kebudayaan ini meliputi rekonstruksi unsur-unsur kebudayaannya yaitu: (1) tatanan permukiman; (2) tata masyarakat; (3) religi; (4) kesenian; (5) teknologi; (6) bahasa dan keberaksaraan; (7) sistem perekonomian. Daerah pantai utara Jawa bagian barat, khususnya daerah pantai utara Jawa Barat, merupakan daerah hunian pantai yang luas, yang sudah terbentuk sejak Zaman prasejarah, dari Masa Bercocok Tanam hingga Masa Perundagian. Daerah permukiman ini dikenal sebagai Daerah Kebudayaan Buni atau Kompleks Gerabah Buni (Buni Pottery Complex), dan dilandai terutama oleh tinggalan budayanya berupa artefak gerabah yang memiliki daerah persebaran yang luas. Masyarakat penghuni daerah ini tergolong ke dalam ras Mongoloid. Mereka hidup dari perdagangan yang didukung oleh kegiatan industri gerabah, pertanian dan penangkapan ikan (nelayan). Masyarakat budaya Buni ini telah memiliki stratifikasi sosial dan sistem kepimpinan dalam kehidupan bermasyarakat. Ketika orang-orang India datang di daerah pantai ulara Jawa Barat ini masyarakat setempat mulai menyerap unsur-unsur kebudayaan India dan terjadilah proses akulturasi yang menyebabkan timbulnya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru dalam kehidupan masyarakat ini telah menumbuhkan dinamika sosial-budaya menuju suatu kehidupan baru yang berlandaskan unsur-unsur kebudayaan India. di antaranya terwujud dalam bentuk institusi kerajaan yang bernama Tarumanagara dan religi baru yaitu agama Weda dan Buddha. Dalam kehidupan masyarakat di wilayah ini terlihat adanya kesinambungan dari masa akhir prasejarah ke masa awal sejarah, khususnya dari akhir Masa Perundagian ke masa awal Tarumanagara. Unsur religi dari kebudayaan India yang mula-mula diserap adalah agama Weda, seperti yang tersirat di dalam inskripsi-inskripsi yang dikeluarkan oleh Purnawarman, raja Tarumanagara. Di samping agama Weda, kemudian muncul pula agama Buddha yang meninggalkan sisa-sisanya berupa kompleks percandian di kawasan situs Batujaya. Agama Buddha yang berkembang di daerah pantai utara Jawa Barat ini bercorak Mahayana. Kompleks percandian agama Buddha di Batujaya ini mempunyai ciri yang sangat menonjol, yaitu telah menggunakan bahan bangunan berupa bata dan lepa stuko. Penggunaan bata dan lepa stuko pada percandian di Batujaya ini menandai pula tingkat perkembangan teknologi bangunan yang telah dicapai pada waktu itu. Gaya seni hias dan seni arcanya memperlihatkan ciri gaya seni Nalanda yang telah dipengaruhi oleh gaya seni Gandhara. Penemuan inskripsi-inskripsi di kompleks percandian Batujaya yang telah menggunakan aksara Palawa dan bahasa Sanskena, walaupun masih terbatas dalam kegiatan religi, telah menandai munculnya Lradisi budaya bertulis (lirerate culture), suatu babakan baru dalam kehidupan budaya masyarakat setempat. Dalam penelitian ini dikemukakan pula beberapa kesimpulan lain yang bcrkenaan dengan perkembangan sejarah di wilayah ini, yaitu invasi Sriwijaya ke Bhimijawa (yang tidak lain adalah kerajaan Tarumanagara), menjelang akhir abad ke-7. lnvasi Briwijaya ke Taruminagara ini telah membawa pula pengaruh baru terhadap pcrkembangan politik, religi dan kesenian di Tarumanagara, khususnya di daerah pantai utara Jawa Barat. Berdasarkan pertanggalan C14 (radiocarbon dating) dan pertanggalan relatif yang diperoleh berdasarkan analisis terhadap tinggalan-tinggalan yang ada, kompleks percandian di kawasan situs Batujaya berasal dari masa sekilar abad ke-6 dan ke-7 dan berkembang terus hingga akhir abad ke-10. [HSD].
Depok: Universitas Indonesia, 2007
D1828
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Febriono Putra
Abstrak :
Banjir merupakan bencana yang hampir setiap tahun terjadi di wilayah-wilayah Indonesia, salah satunya Kabupaten Karawang. Analisis Penginderaan Jauh menjadi penting dilakukan untuk mengetahui persebaran daerah yang berpotensi banjir dengan memperhatikan aspek geomorfologi dikarenakan lebih efisien, murah, dan jangkauannya luas. Berdasarkan topografi dan morfologinya, Kabupaten Karawang sebagian besar merupakan dataran yang relatif rendah dengan variasi ketinggian antara 0-5 mdpl, terdiri dari dataran, perbukitan, dan pegunungan dengan dominasi kemiringan lereng 0-2%. Metode yang digunakan adalah metode penginderaan jauh menggunakan data satelit Himawari-8 yang nantinya digabungkan dengan data lain seperti data indeks banjir dari BNPB dan data administratif dari BIG. Setelah itu, data diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.4 yang meliputi pembuatan peta potensi banjir dan peta geomorfologi. Hasil Analisis menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki morfologi dominan berupa dataran rendah dengan kemiringan lereng 0-2% yang mencapai kurang lebih 75%. Selain dataran rendah, terdapat morfologi perbukitan dan pegunungan dengan elevasi 50 sampai lebih dari 1000 mdpl dengan kemiringan lereng bervariatif antara 2-140%. Untuk persebaran daerah potensi banjir, didapatkan hasil bahwa dari 30 kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang, hanya dua kecamatan yang tidak berpotensi banjir, yakni kecamatan Ciampel dan Kota Baru. Secara kuantitatif, potensi kejadian banjir yang terjadi di Kabupaten Karawang pada Mei 2019 sebesar 36 potensi kejadian dengan jumlah terbanyak terdapat pada minggu ketiga sebesar 11 potensi kejadian
Flood is a disaster which occurs almost every year in some of Indonesian regions, one of them is Karawang Regency. Remote Sensing Analysis is important to know the distribution of areas that have the potential to flood by paying attention to geomorphological aspects because it is more efficient, inexpensive, and has a wide range. Based on the topography and morphology, Karawang regency is mostly a relatively low plain with a height variation between 0-5 meters above sea level, consisting of plains, hills, and mountains with the dominant slope of 0-2%. The method used is a remote sensing method using Himawari-8 satellite data which will be combined with other data such as flood index data from BNPB and administrative data from BIG. After that, the data is processed using ArcGIS 10.4 software which includes making flood potential maps and geomorphological maps. The analysis shows that the study area has a dominant morphology in the form of lowlands with a slope of 0-2% which reaches approximately 75%. In addition to the lowlands, there is morphology of hills and mountains with elevations of 50 to more than 1000 masl with slope vary between 2-140%. For the distribution of potential flooding areas, the results obtained are that from 30 sub-districts in the Karawang regency, only two sub-districts have no potential for flooding, such as Ciampel and Kota Baru sub-districts. Quantitatively, the potential for floods that occurred in Karawang Regency in May 2019 was 36 potential floods with the most number being in the third week of 11 potential floods
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016
930.1 KAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Eto
Abstrak :
Akademi Kebidanan Depkes Karawang diresmikan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.00.06.1.3.2784, tanggal 9 Juni 1998 yang bertempat di SPK Depkes Karawang yang terletak di Jalan Kertabumi No. 74 Kabupaten DT.II Karawang, dimu[ai tahun ajaran 1998/1999.

Dalam proses perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan D 111 Kebidanan Karawang ditemukan masalah penelitian yaitu belum adanya perencanaan strategik penyelenggaraan program pendidikan D III Kebidanan Karawang periode tahun 2000-2004.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah dirumuskannya perencanaan strategik untuk penyelenggaraan program pendidikan D III Kebidanan Karawang tahun 2000-2004. Penelitian ini adalah penelitian operasional dengan analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif melalui metode wawancara mendalam.

Proses penelitian meliputi pengumpulan data eksternal dan internal, pengolahan data, analisis data dan kemudian dilanjutkan dengan penetapan tujuan jangka panjang dan penetapan strategi. Data eksternal bersumber dari data sekunder dari berbagai instansi dan data primer bersumber dari hasil wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor eksternal pads EFE matrix adalah 3,29 terletak pada posisi diatas rata-rata. Faktor-faktor internal dalam matrix 1EE adalah

sebesar 3,54, termasuk niiai tinggi. Berdasarkan matrix IE AKBID Depkes Karawang terletak pada sel III, strategi yang dianjurkan pada organisasi yang terletak pads sel ini adalah Hold and Maintain dengan strategi market penetration dan product development,

Dari hasil analisis SWOT didapat 4 strategi yang sesuai untuk dijalankan pada strategi market development dan 6 strategi yang sesuai untuk strategi product development. Dari perhitungan QSPM, didapat nilai TAS untuk market development 5,07 dan untuk product development 5,33, sehingga product development mendapat prioritas pertama.

Berdasarkan perhitungan TAS, dari 6 strategi product development ditetapkan bahwa prioritas utama strategi product development adalah membuatlmemasukkan kursus "English Conversation" ke dalam kurikulum lokal.

Saran yang dapat penuiis berikan mengacu pada konsep Hagel & Sanger, yaitu tingkatkan pemasaran, tingkatkan kemampuan organisaasi dan manajemen Akbid Berta tingkatkan infra struktur yang mendukung pendidikan.
Strategic Planning Academy Of Midwifery Karawang 2000 - 2004 YearsThe Academy of Midwifery Health Departemen Karawang legitimed by the goverment through decision Minister of Health Republic Indonesia No. HK. 0006132784 at june 9, 1998, located at Nursing School of Health Departement , Kertabumi 74 street Karawang. It has been start at 1998-1999 years period.

In the process of planning and made D III Midwifery Education programe in Karawang, has a problem in research. The problem is No Strategic Planning for D [II of Midwifery Education program 2000-2004 years period.

The Objective of this research is made a strategic planning for D III of midwifery Education program in Karawang 2000-2004 years.

This Research is the operational research with the quantitative analysis date and qualitative analysis date though deep interview methode.

The process of research consist of gathering external date and internal date, preparing date, analysis date, and follow with the objective long periode and made strategy. The resourch of external date is from secondary date at any institution and primary date from the deep interview.

The product of research, showing external factor at the matrix EFE is 3,29 at the upper rate position. Internal factor at matrix IFE is 3.54, include high value. Based on matrixs IE the academy of midwifery Health Departement Karawang has a III Cell. The strategy for organization should be at this cell is hold and maintain with the market penetration and product development strategy.

From the SWOT analysis, there is four strategy that appropriate from market development strategy and six strategy that appropriate for product development strategy.

From the calculation QSPM which can get the value of TAS for market development 5,07 and for product development 5,33 so the product development has the first priority.

Based on the calculation TAS from six product development strategy decision is made that the first priority of product development strategy is make English Conversation Course as local curriculum.

Researcher give the suggestion based on the Hagel and Sanger concept is increase promotion, increase ability of organizing and management the academy of midwifery and increase the infra structure that support the education.
Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzelly Husnedi
Abstrak :
Dalam Undang-Undang Otonomi Daerah NO. 22 Tahun 1999, kesehatan menempati urutan kedua dan bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten atau Kotamadya. Beberapa rumah sakit umum daerah saat ini sedang berupaya mempersiapkan diri menjadi unit swadana. Unit swadana adalah satuan kerja tertentu dari instansi pemerintah yang diberi wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tahapan perubahan RSUD Karawang menjadi unit swadana dan gambaran tentang perubahan yang dilaksanakan di rumah sakit tersebut sebagai unit swadana. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan enam belas informan. Informan penelitian ini adalah orang-orang di RSUD Karawang yang berkepentingan dan mengetahui dengan baik perubahan RSUD Karawang menjadi unit swadana dan terlibat dalam proses transformasi rumah sakit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menjadi unit swadana, upaya yang dilakukan oleh RSUD Karawang adalah melakukan pendekatan kepada pemerintah daerah sebagai stakeholder untuk mendapatkan dukungan, kemudian pengurusan proses administrasi sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 38 Tahun 1991. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah menjadi unit swadana, perubahan organisasi yang dilakukan oleh rumah sakit meliputi perubahan struktural yang terdiri dari perubahan visi, misi, dan strategi, perubahan struktur, perubahan sistem termasuk didalamnya adalah perubahan sistem insentif, sistem komunikasi, dan sistem pengambilan keputusan, serta perubahan kultural, berupa perubahan pola pikir atau nilai-nilai. Prinsip dasar yang dipakai dalam melakukan perubahan adalah keterbukaan, empowerment, enrichment, bertanggung jawab, peningkatan kesejahteraan karyawan, serta konsistensi terhadap misi dan visi. Perubahan status rumah sakit menjadi unit swadana merupakan suatu kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan perubahan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan. ......Study on Transformational Process of Karawang General Hospital as An Autonomous District Hospital.Based on law No.22/1999, health sector is located at the government's second priority which has to be accomplished at regency or municipality level. At present, several district general hospitals are eager to become an autonomous unit. Autonomous unit is a certain work unit of government institution which is given the authority to use its operational income directly. The objective of this research was to gain complete description about Karawang District General Hospital's transformation process into an autonomous unit and the process of transformation that was performed by the hospital as an autonomous unit. This research was a qualitative research, which was conducted by in depth interviewing to the sixteen informants from many levels of management. All of them were the employees of Karawang General Hospital who were involved and had some information about the process of its transformation. The result showed that Karawang District General Hospital have had made an approach to the district government as the stakeholder of the hospital and fulfilled the administrative requirements regarding to Presidential Decree No. 38/1991. The research also indicated that after becoming an autonomous unit, Karawang District General Hospital obtained organizational transformation that included structural and cultural transformation. Structural transformation was the form of strategy, vision and mission transformation, structure and system transformation. System transformation itself consisted of incentive, communication and decision making system transformation. Cultural transformation incorporates the way of thinking and values. The transformation principles were transparency, empowerment, enrichment, responsibility, promotion of employee prosperity, and consistency in attempting the mission and vision. Hospital transformation into an autonomous unit is an opportunity that should be used in obtaining transformation process so that the hospital can promote better quality of healthcare.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Muslikah
Abstrak :
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. IFRS RSUD Karawang kini sedang mengalami penurunan kinerja, ditandai dengan menurunnya cakupan pelayanan resep, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kembali untuk merumuskan strategi yang harus diterapkan oleh IFRS RSUD Karawang agar bisa meningkatkan kinerjanya. Perumusan strategi dilakukan dengan melakukan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap kebijakan, strategi, program serta kegiatan yang telah dilakukan oleh IFRS RSUD Karawang, melalui tiga tahap : Tahap I (Input Stage), Consensus Decision Making Group (CDMG) berjumlah 10 orang yang terdiri dari staf Direksi, Kepala Ruangan, Kepala Instalasi Penunjang Medik, Staf Medis Fungsional (SMF), Kepala IFRS, Komite Medik serta Ketua Komite Farmasi dan Terapi melakukan analisis lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki IFRS RSUD Karawang meliputi variabel organisasi, manajemen mutu, pemasaran, anggaran, sumber daya manusia, produk layanan, sarana dan prasarana yang terbagi menjadi fasilitas pendukung kegiatan berupa fisik bangunan, peralatan kantor, alat rumah tangga, alat listrik, peralatan farmasi, buku-buku perpustakaan dan barang farmasi yang pengadaannya melalui siklus logistik, serta variabel sistem/metoda/informasi. Analisis lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi FRS RSUD Karawang yang terdiri dari lingkungan jauh meliputi variabel ekonomi, demografi, sosial, politik/hukum/kebijakan umum dan kebijakan khusus berupa swadana, teknologi dan epidemiologi. Lingkungan industri meliputi variabel pemasok, lingkungan operasional meliputi variabel pesaing, penyandang dana dan pelanggan. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang telah diidentifikasi ditentukan bobot dan rate dari masing-masing faktor tersebut sehingga diperoleh nilai total IFE (Internal Factor Evaluation) dan nilai total EFE (External Factor Evaluation). Tahap II (Matching Stage), untuk menentukan posisi agar memperoleh strategi CDMG menggunakan matriks Internal-Eksternal (IE Matrix) dengan memperhatikan nilai total IFE dan EFE, guna mempertajam analisis dilakukan matching dengan memasukkan pangsa pasar relatif dan tingkat pertumbuhan pasar dari IFRS RSUD Karawang pada matriks Boston Consulting Group (BCG Matrix). Berdasarkan matriks IE posisi IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran I atau pada posisi Growth and Build dengan strategi yang direkomendasikan adalah strategi intensif (market penetration, market development, product development) dan/atau strategi integratif (forward integration, backward integration, horizontal integration). Dari BCG matriks IFRS RSUD Karawang berada pada kuadran III yaitu Cash Cows dengan alternatif strategi yang direkomendasikan status quo, enchancement, penetration dan related diversification, Tahap III (Decision Stage) dengan kesepakatan CDMG menentukan alternatif strategi yang direkomendasikan oleh kedua matriks untuk dilaksanakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IFRS RSUD Karawang masih memiliki potensi pasar yang besar dengan dukungan internal yang cukup kuat walaupun pesaing cukup kompetitif dan pemasok mengadakan sedikit penekanan dengan mengurangi pasokan, hal ini terlihat dengan lambatnya pertumbuhan pasar IFRS RSUD Karawang. Sebagai saran untuk tindak lanjut maka strategi yang terpilih dikembangkan menjadi operasional dengan menjabarkannya menjadi program dan kegiatan yang bisa diterapkan (aplicable) dengan mengacu kepada konsep Balanced Scorecard yang berbasis 4 perspektif, yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sumber daya manusia, perpektif proses pelayanan, perpektif pengguna dan donor serta perspektif keuangan.
Strategic Improvement to Increase the Performance of Pharmaceutical Department of Karawang Public HospitalPharmaceutical services are an integrative part of comprehensive health care in a hospital. As a patient oriented services the main goal of this department is providing high quality drugs for patient in every financial status. Pharmaceutical Department of Karawang Public Hospital (IFRS RSUD Karawang) shows a decrease performance at this time, by the evidence of low the rate of prescription services coverage?s. So a new strategy is needed to achieve the high performance of FRS RSUD Karawang. Strategic improvement study was done by descriptive and qualitative research which was approaching by case study method regarding the policy, strategic, program, and activities which had applied at IFRS RSUD Karawang through 3 (three) stages as mention below : First Stage (Input Stage) is developing a Consensus Decision Making Group (CDMG), with ten personnel consist of Managerial Staff, Chief of Ward, Heads of Department, Medical Staff; Chairman of Medical Staff Organization, Committee on Drugs & Therapy. They analyzed the internal factor of IFRS RSUD Karawang to identify strengths and weaknesses of this department using some variables namely: organizational, quality management, marketing, budgeting, human resources, services product, information system and supporting facilities including building, office appliances, home appliances, electrical appliances, pharmaceutical equipment, references book and pharmaceutical stuff. They also analyzed the external factor of this department to identify opportunities and threats to this department which consist of far environment, industrial environment, and operational environment. Far environment are economical, demographic, social, politic, law, general policies and specific policies as self manage financial system (swadana), and technological and epidemiological variables, the industrial environment about vendor and operational environment are competitor, investor, and customer variables. Then the CDMG scoring and weighting the identified strengths, weaknesses, opportunities and threats, to get total score of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE) The Second Stage (Matching Stage) is positioning the IFRS RSUD Karawang to find the most appropriate strategy should be taken, CDMG use Internal-External Matrix (IE Matrix) considering total score of IFE and EFE to determine the position of this department. To get more accurate analysis CDMG also use Matrix of Boston Consulting Group (BCG Matrix) considering the relative market share and market growth achievement by matching both matrix. Based on IE Matrix IFRS RSUD Karawang is in Growth and Build positions with the alternative strategies recommended are : intensive strategies (as market penetration, market development, product development), integrative strategies (forward integration backward integration, horizontal integration), based on BCG matrix 11-.RS RSUD Karawang is in Cash Cow position with the alternative strategies recommended are : status quo, enhancement, penetration and related diversification. The Third Stage (Decision Stage) on this stage CDMG decided to apply all alternative strategies are recommended by both matrixes. The research shows that IFRS RSUD Karawang still has a significant market potenticy and strong internal support in between a competitive atmosphere and pressure from vendor in late delivery order. As a result of all condition is slowly market growth of IFRS RSUD Karawang. The suggestion for the following step is developing the chosen strategy into specific applied program or activities by using the Balanced Scorecard method. The Balance Scorecard method is based on 4 (four) perspectives namely: learning and growth of human resources, internal business process, customer and investor and financial perspective.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenni Hadisunjoto
Abstrak :
Perkembangan pelayanan di Indonesia sampai saat ini sangat pesat yang berdampak pula pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, dimana sampai saat ini pelayanan kesehatan masih dianggap sebagai komoditi sosial sehingga penetapan tarif yang dibebankan kepada pasien harus dilakukan secara hati - hati melalui analisis biaya dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat. Saat ini belum diketahui besarnya tarif yang realistis, dengan demikian tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran berapa tarif Puskesmas yang realistis untuk suatu wilayah kerja tertentu dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat dalam pernbiayaan pelayanan kesehatan. Penelitian dilakukan secara purposive sampling dari 40 Puskesmas yang ada, diambil 2 Puskesmas yang diharapkan mewakili berdasarkan pertimbangan besar kecilnya Puskesmas, lokasi Puskesmas ( perkotaan dan pedesaan) , tingkat kemampuan masyarakat ( Desa IDT dan Non IDT ) dan jumlah kunjungan Puskesmas. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu Puskesmas TelukJambe dan Puskesmas Loji. ......Rapid development of health services provision in Indonesia to date affects the increase of the cost of providing these service, and currently provision of such services is still considered as a social commodity in such a way that billing of the costs involved which could be passed on the patient should be in a careful manner. The objective of this research was to obtain estimation what a realistic price would be for the Puskesmas involved within certain operational area in providing their services, based on the variables of unit cost, ability to pay and willingness to pay. We purposively sampled two out of 40 existing Puskesmas based on size, location (town or village), level of affordability (whether or not the village has presidential Decree assistance) and the number of patient visits. The two Puskesmas selected for this study were Puskesmas Telukjarnbe and Puskesmas Loji.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Disyacitta Nariswari
Abstrak :
Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi yang bertujuan untuk memetakan distribusi variasi bahasa dan istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Hasil penelitian ini juga dibandingkan dengan dua penelitian terdahulu di tahun 1990 dan 1996. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menyusun glosarium istilah pertanian di Kabupaten Karawang. Penelitian dibatasi pada tataran leksikon. Metode yang digunakan adalah metode pupuan lapangan dengan 50 titik pengamatan, 100 informan, dan daftar tanyaan sebanyak 200 kosakata swadesh dan 125 istilah pertanian. Teknik analisis data menggunakan peta bahasa, isoglos, dan dialektometri. Hasil menunjukkan bahwa terdapat tiga daerah pakai kosakata, yaitu kosakata Betawi, kosakata Jawa, dan kosakata Sunda. Hal ini masih sesuai dengan hasil kedua penelitian terdahulu, tetapi saat ini telah mengalami perubahan daerah distribusi.
This research uses dialectology to mapping distribution of language variation and agricultural terms in Karawang regency. The results of this research are compared to two former research in 1990 and 1996. Besides, this research is also to compose a glossary of agricultural terms in Karawang regency. The conduct of this research is limited to the lexicon level. Method that being used was field research method with 50 observatory points, 100 informants, and list of questions which consist of 200 swadesh vocabulary and 125 agricultural terms. Data analytical technique used language map, isogloss, and dialectrometric. Result shown that there are three vocabulary using areas, which are Betawi vocabulary, Java vocabulary, and Sunda vocabulary. This is still suitable with two former research result. However, the areas have been changed nowadays.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43171
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniek Nurfitriani
Abstrak :
ABSTRAK
Banjir merupakan bencana alam yang dapat diprediksi karena memiliki periode tertentu. Akan tetapi, banjir yang terjadi di Daerah Aliran Sungai DAS Citarum Hulu terjadi setiap musim penghujan datang yang disebabkan oleh tingginya laju alih fungsi lahan dan pencemaran limbah industri, rumah tangga, pertanian, peternakan, dan kegiatan bisnis lainnya. Pada pertengahan Maret tahun 2010, Karawang terkena banjir terbesar selama 15 tahun terakhir. Banjir ini, selain disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, juga adanya kiriman dari hulu karena tinggi muka air Waduk Jatiluhur sudah melebihi kapasitas maksimal. Banjir di Karawang memiliki periode 3-5 tahunan, namun setelah terjadi banjir tahun 2010, sama seperti yang terjadi dengan DAS Citarum Hulu, Karawang yang berada di DAS Citarum Hilir pun mengalami banjir hampir setiap tahun.Perubahan watak banjir dan pencemaran yang terus terjadi di Sungai Citarum ini menyebabkan respon berbeda-beda dari masyarakat Karawang. Respon pertama, masyarakat yang menerima begitu saja tanpa perlawanan. Respon kedua, masyarakat yang ingin melakukan perlawanan tapi tidak memiliki kekuatan. Respon ketiga, masyarakat yang ingin mengubah kondisi lingkungan yang tercemar dan melakukan usaha perubahan.
ABSTRACT
Flood is predictable environmental disaster because it came periodically. But, this condition unoccured at Upper Course of Citarum rsquo s Riverbank that every year became a flooded area. Land conversions and industrial plants, domestic, agriculture, and animal farms waste became one of causes the floods occured. In the mid of March 2010, the biggest flood since two decades happened in Karawang, which is as Lower Course of Citarum rsquo s Riverbank. And ever since, every year, like the Upper Course, this Lower Course area flooded.The change of flood nature in Citarum River caused difference responds from Karawang citizens. First respond, there were accepted it as nothing happened. Second respond, citizen who showed resistance but cannot do anything because power unpossessed. Third respond, citizen who want to rehabilitate the environment and did it.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>