Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eddy Suhendi
Abstrak :
Metanol dapat dibuat dengan reaksi hidrogenasi karbon dioksida. Keberhasilan reaksi dapat dil::ingkstkan dengan menggunakan katalis dalam reaksinya. Keberhasilan reaksi katalitik tersebut diteninkan diantaranya oleh luas permuksan katalis serta desorpsi re~ dan produk oleh katalis. Katalis okslda iogam memilild Iuas permukaan yang kedl dan kestahilan yang rendah. selain itu umurnya dalam pabrik relatif sehentar. Penggabungan beberapa okslda logam (CuO, ZnO, A1.p, Cr,OJ membentuk suatu katalis okslda logam kompleks (Cu/ZnO/ AJ.,O,!Cr,OJ yang memiliki Iuas permuksan yang besar. Semakin besar luas permuksan suatu katalis memperbesar kemungkinan adsorpsi reaklan oleh katalis yang pada aklrirnya meningkatkan ierjadinya reaksi. C02 dan H, yang diadsorp pada temperatur 250 °C terdesorpsi diatas temperatur 300 °C, sehingga reaksi pada temperatur 250 OC dapat berl.angsung dengan baik
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apriana Susanti
Abstrak :
Salah satu karakteristik pelumas jbodgrade adalah bebas toksin. Alternatif yang dapat digunakan untuk menghilangkan atau meminimalkan sifat tersebut adalah penggunaan bahan-bahan yan bebas toksin untuk pembuatanya. Bahan yang dapal dimodifikasi untuk memperoleh sifat pelumas tersebut adalah bahan alami, seperti penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan dasarnya serta reaktan mupun bahan pendukung lainnya yang tidak berbahaya. Modifikasi minyak sawit perlu dilakukan mengingat tingkat ketahanan oksidasinya masih rendah. Reaksi Epoksidasi dapat digunakan untuk memodifikasi sifat lemah dari minyak sawit. POME (Palm Oil Metil Ester) yang diperoleh dari Minyak sawit RBDPO (Refinered Bfeached Deodorised Palm Oil) dapat diepoksidasi menjadi EPOME ( Epoxide Palm Oil Metil Ester) dengan bantuan katalis untuk meningkatkan reaktifitasnya. Pengguanaan kalalis asam resin efektif untuk mempercepat jalannya reaksi epoksidasi. Dengan kondisi optimum pada 3 jam reaksi dengan bilangan epoksida sbesar 0278. Kehadiran asam asetat untuk membantu peroksida bereaksi sangatlah penting, dimana diperoleh kondisi optimum pada penambahan 1/3 mol POME. Selain mudah dipisahkan karena termasuk katalis heterogen, katalis asam resin juga bisa digunakan secara berulang-ulang. Penggunaan katalis ini senanyak 3 kali, masih memberikan konversi yang cukup baik bila dibandingkan dengan penggunaan katalis sebelumnya. Reaksi pembukaan cincin epoksida dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari reaksi epoksidasi yang dilakukan sebelumnya. Dimana gugus epoksida tersebut akan diadisi oleh gliserol dan akan membentuk EPOME Gliserol ( Epoxide Palm OH Metil Ester Gliserol).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaina Sari Rahmawaty
Abstrak :
Fotokatalisis adalah salah satu metode yang dipakai untuk mengolah limbah organik dalam air, contohnya limbah fenol. Semikonduktor yang banyak dipakai sebagai katalis dalam fotokatalisis adalah TiO2 Degussa P25. Proses fotokatalisis dengan sistem katalis slurry memiliki kendala teknis dalam hal memisahkan suspensi Ti02 dari air yang telah diolah. Selain itu suspensi partikulat tidak mudah diterapkan dalam sistem aliran kontinu, sehingga dipakailah sistem Ti02 yang diimmobilisasi pada material lain yang berfungsi sebagai penyangga. Karbon aktif (AC) adalah salah satu penyangga dengan daya adsorpsi cukup baik dan sering dipakai sebagai material pengolahan limbah organik. Tahap awal irnmobilisasi adalah preparasi kataiis yang dilakukan dengan mencampurkan Tit), dalam air bebas mineral sampai terbentuk slurry Si02 dari larutan TEOS 98 % ditambahkan dalam slurry katalis sebagai kekuatan mekaniknya untuk mengurangi perontokan Ti02 pada perrnukaan adsorben. Setelah slurry disonikasi dan dicampurkan dengan karbon aktif, pelapisan dilakukan dengan menguapkan seluruh cairan slurry sampai habis pada suhu 100 °C, kemudian dikeringkan di dalam furnace pada suhu 100 °C dan dikalsinasi pada suhu 400 °C masing-masing selama 1 dan 2 jam. Kemudian untuk mengetahui luas permukaan dan ukuran pori katalis sebehun dan sesudah dipreparasi perlu dilakukan karakterisasi BET pada karbon aktif mumi dan katalis TiO2/SiO2/AC. Uji kinerja dilakukan di dalam reaktor silinder pyrex yang disekelilingnya dipasang 8 buah Iampu UV pada selubung reaktor dengan intensitas cahaya illuminasi UV 144 μW/m2. Parameter yang ditetapkan dalam pengujian ini adalah konsentrasi awal fenol 30 ppm, laju alir keluaran 35 ml/menit, dan lama pengujian 8 jam. Untuk mengetahui hasil pengujian, sampel dianalisis dengan metodeforometri langsung. Hasil karakterisasi BET menunjukkan telah terjadinya peningkatan luas permukaan dan volume pori pada katalis setelah dipreparasi walaupun peningkatannya tidak terlalu signifikan dan terbukti bahwa karbon aktif merupakan microporous adsorbenr. Dari hasil uji kinerja katalis diperoleh kondisi optimum proses pengolahan limbah fenol ini, yaitu dengan menggunakan 25 g katalis TiO2/SiO2/AC dngan komposisi 2,4 : 0,047 : 97,5 % berat yang berhasil menyisihkan fenol sebesar 100% untuk lama pengujian 8 jam. Air hasil pengolahan limbah fenol ini sudah memenuhi standar baku mutu air untuk air mimun dan kehidupan ekosistm aquatik yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu masing-masing 0,002 mg/L, dan 0,5 - 1,0 mg/L.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stiles, Alvin B., 1909-
Boston: Butterworth, 1987
660.299 5 STI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Morina
Abstrak :
Mineral kaolin merupakan salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan penyangga (support) katalis alumina (y-alumina). Untuk mendapatkan y-alumina dari mineral kaolin diperlukan perlakuan awal yaitu dengan proses pengaktifan menjadi metakaolin pada suhu550°C. Senyawa aluminium yang terkandung dalam meta kaolin dapat diekstraksi dengan menggunakan pengekstrak HCl-dietil eter, setelah direfluks dengan HCl selama 2 jam. Senyawa aluminium dalam bentuk kristal diendapkan menjadi Al(OH)3 dengan penambahan larutan amonia pada pH 9,24. Setelah pengendapan, dibiarkan atau dituakan dengan variasi waktu yaitu 0, 10, 48, 96 jam. Endapan yang diperoleh, setelah dituakan, dikeringkan pada temperatur 120°C selama 24 jam. Kemudian dikalsinasi pada suhu 550°C selama 13 jam. Hasil dari kalsinasi (oksida alumina) ini dikarakterisasi yaitu dengan alat XRD dan luas permukaannya. Luas permukaan yang diperoleh bertambah dari penuaan 0 sampai dengan 10 jam yaitu sebesar 240,9 dan 250,7 m2/g, tetapi menurun pada penuaan selanjutnya yaitu sebesar 238 dan 168,6 m2/g. Oksida alumina yang diperoleh merupakan penyangga katalis dan dipreparasi untuk katalis konverter dengan menambahkan logam aktif tembaga, Cu (5% berat), dengan metoda impregnasi basah dan diikuti dengan pengeringan dan kalsinasi. Katalis tersebut dikarakterisasi yaitu luas permukaan dengan hasil 221 m2/g . Uji aktivitas dilakukan dengan umpan model gas huang CO pada suhu 100° sampai dengan 400°C. Pada suhu 400°C katalis mampu mengkonversi gas huang sebesar 81,7%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T40309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Syakila
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Suprihono
Abstrak :
Pada penelitian ini digunakan senyawa H3PW12O40, salah satu jenis heteropoli asam, dengan support silika (5102). Katalis ini mempunyai sifat unik, dapat mereaksikan etanol tidak hanya dipemukaan (umumnya katalis lain) tapi jugs di dalam ruah (bulk) katalis. Katalis ini menyerap kuat etanol dan eter, tapi tidak etilen. Sebelum direaksikan, dilakukan karakterisasi inframerah dari luas permukaan. Variasi yang dilakukan dalam uji reaksi yaitu temperatur, waktu kontak (W/F), dan Ioading katalis (persen masse H3PW12O40 dalam katalis H3PW12O40/SiO2). Untuk vaxiasi temperatur dan loading katalis, diambil pads harga W/F tetap, 66700 gr-kat.detik/mol. Reaksi dehidrasi etanol ke etilen terjadi melalui reaksi simultan melalui eter sebagai produk intermediate dan konversi langsung etanol ke etilen. Reaksi etanol ke eter dominan pads temperatur relatif rendah (< 125 °c). Pada Temperatur lebih tinggi, reaksi eter ke etilen menjadi lebih dominan. Katalis H3PW12O40 tanpa penyangga, pada temperatur dibawah 150 °c keaktifannya turun dengan cepat dibanding katalis H3PW12O40/SiO2. Produk eter Iebih banyak diperoleh pads loading katalis lebih rendah. Kondisi optixnurn dari konversi etanol ke etilen dan eter, dari penelitian ini, yaitu : W/F - 66700 gr-kat.detik/mol dan loading 56.86%. Untuk produk etilen =200 °c dengan konversi 99% dem selektivitas 99%. Sedangkan eter pada T = 125 °c dengan konversi 48% dan fraksi mol eter 28 %
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilwan Fahmi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S50858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>