Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S8307
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Awalina Zulfah
"Skripsi ini membahas tentang strategi propaganda yang dilakukan dalam gerakan Nashi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa Nashi menggunakan lebih dari satu strategi propaganda yang dilakukannya. Strategi ini dilakukan guna menarik minat kaum muda untuk bergabung ke dalam Nashi. Namun dari beragam strategi tersebut semuanya mengandung suatu unsur sama yakni berkaitan dengan hal-hal yang dekat dan identik dengan kaum muda.
This thesis discusses the propaganda strategy in Russian youth movement Nashi. The study was a descriptive qualitative research design. The research proves that Nashi use more than one strategies of propaganda. This strategy is done to attract young people to join Nashi. However, from a variety of strategies all contain the same element that is related to things that are close and identical to the young people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42046
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Tangerang Selatan: Center for The Study of the Religion and Culture, 2018
297.959 8 KAU
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Zakia Sukha Jamilah
"Masyarakat Tengger adalah salah satu masyarakat adat yang terus melaksanakan ritual adat mereka. Kaum muda Tengger berpartisipasi secara aktif dalam setiap penyelenggaraan ritual adat. Setelah adanya legalisasi agama, sebagian besar masyarakat Tengger akhirnya sepakat untuk menuliskan agama Hindu sebagai agma mereka. Dewasa kini masyarakat Tengger tidak hanya diisi oleh masyarakat dengan agama Hindu tapi juga Islam dan Kristen. Keberagaman agama yang dimiliki oleh masyarakat Tengger sekarang tidak membuat ritual adat ditinggalkan, melainkan keduanya yaitu agama dan adat mengalami negosiasi. Tesis ini membahas tentang negosiasi yang dilakukan oleh kaum muda Tengger terhadap adat dan agama yang mereka miliki. Kaum muda Tengger dapat menjalankan ritual adat dan juga kegiatan agama mereka secara beriringan dan tidak saling menganggu. Pembacaan doa dari berbagai agama yang ada di dalam masyarakat Tengger di setiap ritual adat menjadi salah satu upaya untuk menegosiasikan antara adat dan agama. Toleransi yang dimiliki antar pemeluk agama juga sangat tinggi. Masyarakat Tengger bergotong royong untuk saling membantu satu sama lain ketika ada upacara keagamaan yang harus dilakukan. Pariwisata adalah salah satu faktor yang mempengaruhi jalannya negosiasi yang terjadi di antara ritual adat dan juga agama di oleh kaum muda Tengger. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan data didapatan melalui wawancara secara virtual didukung oleh kajian berbagai literature yang melengkapi kebutuhan data yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini didapat dengan membandingkan perilaku kaum muda Tengger dengan konsep negosiasi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh seperti David Harnish.
The Tengger community is one of the indigenous peoples who continue to carry out their traditional rituals. Tengger youths participate actively in every traditional ritual. After the legalization of religion, most of the Tenggerese finally agreed to write down Hinduism as their religion. Today, the Tenggerese community is not only filled with Hindus but also Muslims and Christians. The religious diversity possessed by the Tenggerese people now does not make traditional rituals abandoned, but both religion and custom are undergoing negotiations. This thesis discusses the negotiations carried out by the Tenggerese youth against their customs and religion. Tengger youths can carry out traditional rituals as well as their religious activities in tandem and do not interfere with each other. The reading of prayers from various religions that exist in the Tengger community in every traditional ritual is one of the efforts to negotiate between custom and religion. Tolerance between religious adherents is also very high. The Tenggerese work together to help each other when there are religious ceremonies to be performed. Tourism is one of the faktors that influence the course of negotiations that occur between traditional and religious rituals by the Tenggerese youth. This study uses ethnographic methods and data obtained through virtual interviews supported by a study of various literatures that complement the data requirements needed. The results of this study were obtained by comparing the behavior of the Tenggerese youth with the concept of negotiation proposed by several figures such as David Harnish."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Teddy Wibisana
"Membaca Aldera: Potret Gerakan Politik Kaum Muda 199301999 laksana membaca kitab gerakan demokratisasi di Indonesia. Buku ini merekam salah satu etape perlawanan terhadap rezim otoritarianisme Orde Baru pada awal 1990-an hingga kejatuhan Soeharto. Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) memang memainkan peranan penting dalam interaksi perlawanan atas rezin. Pilihan bergerak bersama rakyat yang dimulai dengan membangun gerakan-gerakan perlawanan atas perampasan tanah di Jawa Barat, telah membangun solidaritas gerakan ini dan menjadi gerakan politik adiluhung sebagai pengontrol sekaligus penantang langsung kebijakan Soeharto. Salah satu resensi ALDERA menuliskan bahwa buku ini menangkap wujud dari kekuatan pemuda untuk mengubah zaman."
Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2022
320.959 8 TED a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
S7182
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farah Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan korelasi antara sikap mengenai perkawinan dengan kualitas perkawinan orang tua pada kaum muda. Studi-studi terdahulu yang membahas sikap mengenai perkawinan menemukan korelasi yang signifikan, tetapi hanya berfokus satu aspek dalam perkawinan orang tua (seperti kebahagiaan atau konflik) yang dapat memengaruhi sikap tersebut. Dengan demikian, penelitian ini hendak mengembangkan studi sebelumnya dengan menggunakan konsep kualitas perkawinan orang tua yang mencakup beberapa aspek, yaitu
happiness,
interaction, conflict, dan
divorce proneness. Sikap mengenai perkawinan juga dianalisis, serta dilihat korelasi antara sikap tersebut dengan kualitas perkawinan orang tua berdasarkan jenis kelamin. Penelitian terdahulu menemukan kecenderungan perempuan untuk menyikapi perkawinan secara lebih positif. Namun, jika dikaitkan dengan perkawinan orang tua, sikap mengenai perkawinan pada laki-laki cenderung lebih positif yang mengindikasikan bahwa laki-laki tidak terlalu terpengaruh sikapnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara daring pada kaum muda berstatus belum menikah yang berusia 18-30 tahun, di area Jabodetabek. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam kepada lima responden yang dipilih berdasarkan positif atau negatifnya sikap mengenai perkawinan dan tinggi atau rendahnya kualitas perkawinan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap kaum muda mengenai perkawinan dengan arah korelasi yang positif, tetapi dengan kekuatan korelasi yang lemah. Kemudian, ditemukan bahwa korelasi positif antara kualitas perkawinan orang tua dan sikap mengenai perkawinan lebih signifikan pada perempuan.
This research aimed to explain the correlation between parental marital quality and marital attitudes among youth. Previous studies on marital attitudes found significant correlation, yet only focused on one aspect of parents’ marriage which could affect the marital attitudes, such as happiness or interparental conflict. Thus, this study took a step further by using parental marital quality concept which encompasses multiple aspects, namely happiness, interaction, conflict, and divorce proneness. The marital attitudes and its correlation to parental marital quality were also analyzed by gender. Earlier studies found that females tend to have a more positive outlook on marriage than males. However, if marital attitudes are linked with parents’ marriage, males tend to have a more positive marital attitude, indicating that males are barely affected by it. This study used a quantitative approach through an online survey to youth aged 18-30, not yet married, and were living in Jabodetabek area. Furthermore, in-depth interviews were conducted with five respondents who were selected based on their positive or negative marital attitudes and the degree of their parental marital quality. This study found a positive correlation between parents’ marital quality and marital attitude amongst youth, but the strength of correlation between the two variables was weak. However, this study showed that the correlation between the two variables was more significant among women."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siti Adisyah Maulidina
"
ABSTRAKPlaza Indonesia On4 yang terletak di lantai 4-6 mal Plaza Indonesia merupakan bagian dari mal yang didedikasikan untuk pangsa pasar kaum muda. Sayangnya, antusiasme sasaran khalayak masih rendah untuk menjadikan Plaza Indonesia On4 sebagai preferensi mal premium yang sebenarnya masih sesuai dengan kemampuan finansial mereka. Oleh karena itu, kesadaran diri sasaran khalayak akan keinginan mereka untuk terkesan eksklusif dengan biaya pengeluaran yang masih terjangkau bagi mereka harus dapat dijawab dengan adanya Plaza Indonesia On4. Dengan demikian, trafik kunjungan diharapkan meningkat. Program kampanye yang akan dijalankan adalah aktivitas online dan offline yang memiliki keterlibatan tinggi hanya dengan anggaran Rp 835.350.000. Signifikansi kepengunjungan akan dimonitor dan dievaluasi selama periode kampanye.
ABSTRACTPlaza Indonesia On4 located on the 4th-6th floor of Plaza Indonesia mall is part of the mall dedicated to the youth market. Unfortunately, target audience`s enthusiasm is still low to make Plaza Indonesia On4 as a preference of premium mall that is actually still suit to their financial capability. Hence, target audience`s self-awareness of their desire to be exclusive with the spending remains affordable for them has to be able to be answered by Plaza Indonesia On4`s presence. Thus, the visitor traffic is expected to increase. Campaign program to be run are online and offline activities that have high-engagement only with IDR 835.350.000. budget. The visitation significance will be monitored and evaluated during campaign period."
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017
320.54 UPD
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Adisty Safitri
"Artikel ini membahas fenomena third wave coffee pada kedai kopi di Jakarta. Studi-studi mengenai konsumsi kopi sebelumnya banyak berfokus pada kopi retail second wave coffee dan pengaruh brand terhadap konsumsi kopi para konsumernya. Artikel ini berfokus pada third wave coffee yang ditandai dengan jumlah kedai kopi dan konsumernya. Third wave coffee menjadi kultur kaum muda karena kopi tidak hanya befungsi sebagai komoditas untuk di konsumsi, namun pemahaman akan kopi itu sendiri menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kaum muda sebagai konsumer. Dalam konteks ini, taste dan distingsi menjadi unsur penting dalam konsumsi. Artikel ini melengkapi kajian sebelumnya melalui third wave coffee dan implikasinya bagi kultur kaum muda. Penulis berargumen bahwa taste dan distingsi yang melekat dalam konsumsi third wave coffee berkontribusi tehadap pembentukan kultur kaum muda di Jakarta. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dari hasil studi literatur, observasi, dan wawancara mendalam pada konsumer, pekerja, dan pemilik kedai kopi third wave coffee.
This article discusses the phenomenon of third wave coffee at coffee shop in Jakarta. Previous studies about coffee consumption focused much on retail coffee second wave coffee and brand influence on coffee consumption of its customers. This article focuses on third wave coffee that marked by the number of coffee shops and consumers. Third wave coffee is a youth culture because coffee not only serves as a commodity for consumption, but the understanding of coffee itself becomes an unattached part of young people as consumers. In this context, taste and distinction are important elements of consumption. This article complete the previous study through third wave coffee and its implications for youth culture. Researchers argue that taste and distinction inherent in third wave coffee consumption contribute to the formation of youth culture in Jakarta. This article uses a qualitative method by collecting data from the results of literature studies, observations, and in-depth interviews on consumers, workers, and owners of third wave coffee shops."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library