Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rice Anggrayni
"Pelajar sebagai konsumen harus memiliki perilaku keamanan pangan yang baik untuk mencegah kasus penyakit bawaan makanan di sekolah. Pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan pangan pada pelajar dibutuhkan untuk mengembangkan intervensi yang efektif terhadap keamanan pangan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik individu (jenis kelamin, umur, uang saku, kelas dan jurusan), pengetahuan, sikap dan perilaku keamanan pangan pada pelajar di SMAN 4 Depok tahun 2015. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional dengan total sampel sebanyak 218 pelajar dari kelas X dan XI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pelajar memiliki pengetahuan keamanan pangan kurang baik (72%), sikap negatif terhadap keamanan pangan (64,7%) dan perilaku keamanan pangan berisiko (71,1%). Berdasarkan analisis bivariat, hanya variabel sikap yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku keamanan pangan pelajar dengan nilai p-value = 0,004 dan nilai OR = 2,523 (CI 95% : 1,380-4,614).

Student as the consumer should have a good behavior to prevent foodborne disease at school. Good knowledge, attitude and behavior on food safety were essential for the development of effective educational interventions. The objective of the study was to determine the relationship between student characteristics (sex, age, pocket money, grade and major), knowledge, attitude and food safety behaviors among student of SMAN 4 Depok. This study used Cross sectional design. The sample consisted of 218 participants from tenth and eleventh grade students of SMAN 4 Depok in 2015.
The results show that 72% students have less knowledge on food safety, 64,7% students have negative attitudes on food safety and 71,1% students have risky food safety behaviors. Based on bivariate analysis, attitude has significant relationship towards students food safety behavior with p-values 0,004 and OR 2,523 (CI 95% : 1,380-4,614)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febie Karmani Putra
"ABSTRAK
Fenomena bertambah jumlahnya penduduk, diikuti dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat. Banyaknya pedagang kaki lima (PKL) penjaja makanan merupakan dampak yang dihasilkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukan bahwa pada tahun 2015, angka tingginya kasus keracunan makanan dari makanan PKL sangat tinggi yaitu 24 insidens dengan 1725 korban. Hal ini terkait dengan lemahnya dan kurangnya pengawasan serta pengetahuan masyarakat yang membentuk perilaku membeli makanan di Pedagang Kaki Lima (PKL) disembaran tempat. Persepsi sebagai salah satu faktor pembentuk perilaku mempunyai peran penting terhadap Keamanan Pangan. Sehingga dilakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan gambaran persepsi terhadap kemana pangan di Pasar Anyar Kota Tangerang tahun 2016. Metode yang digunakan adalah kuantitaif dan kualitatif yang bersiat deskriptif dan observasional dengan pendekatan cross sectional melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukan Karakteristik Responden terbesar yaitu berusia 26-35 tahun (dewasa awal), wanita, berpendidikan menengah (SMA), tidak bekerja serta berfrekuensi 2-3x perminggu berkunjung ke pasar. Persepsi Baik terdapat pada variabel Pengetahuan Kandungan Makanan (74,2%), Peraturan Daerah (83,35) serta Keadaan Tempat berdagang (56,5%) , sedangkan Persepsi tidak baik terdapat pada variabel Pengetahuan Proses Pengolahan dan Penyajian Makanan (50,5%), Pengetahuan Gangguan Kesehatan (55,5%).

ABSTRACT
The phenomenon of increasing numbers of the population, followed by the high level of consumption. The number of street vendors (PKL) hawkers are resulting the impact. Food and Drug Monitoring Agency Republic of Indoneisa (BPOM RI) showed that in 2015, the high number of cases of food poisoning from the food vendors incidence is as high as 24 to 1725 victims. It is associated with the weakness and lack of supervision and knowledge society that shape the behavior of buying food at street vendors (PKL). Perception as one of the determining factors of behavior has an important role to the Food Safety. This research has the aim of describing the overview of perceptions of street vendors (PKL) food in Pasar Anyar Tangerang City in 2016. The method used quantitative and qualitative descriptive and observational with cross sectional approach through questionnaires, interviews and field observations. The results showed that the largest Respondent Characteristics aged 26-35 years (young adult), female, secondary education (high school), un-employement as well as the frequency 2-3x per week outlets. Good perceptions achieved by Knowledge content of Food Sciences variabel (74.2%), Regulation variabel (83.35) and implemnting of food safety‟ regulation varaibel 56.5%), while the bad perception is not well contained in Knowledge Process Food Processing and Presentation variabel (50.5 %), Knowledge of Health Problems varaibel (55.5%)."
2016
S63308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yuliana Fitri
"Pendahuluan : Indonesia sebagai negara yang memiliki angka stunting tertinggi di Asia Tenggara menghadapi kenyataan adanya double burden terkait permasalahan stunting. Berbagai intervensi telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia, tetapi nilainya tidak mengalami penurunan yang signifikan selama 10 tahun terakhir (>30%). Anak – anak memerlukan asupan makanan untuk tumbuh kembangnya, makanan tersebut tidak hanya bergizi tetapi juga harus memenuhi persyaratan kemananan pangan. Salah satu masalah keamanan pangan adalah adanya cemaran aflatoksin pada produk pangan. Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang Aspergilus flavus dan Aspergilus parasiticus yang dapat mengkontaminasi berbagai komoditas pertanian seperti jagung dan kacang-kacangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan AFB1 bersumber kacang tanah dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah.
Metode : Penelitian menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 243 anak usia 36-59 bulan menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh menggunakan metode dietay and exposure assessment melalui wawancara, pengukuran antropometri serta pengujian sampel produk makanan. Data dianalisis menggunakan beberapa uji statistik, untuk multivariat menggunakan regresi linier ganda.
Hasil : Terdapat inverse relationship (β= -0,035) antara paparan aflatoksin B1 (ng/kgbb/hari) dengan kejadian stunting meskipun tidak signifikan (p=0,120) setelah dikontrol oleh variabel panjang lahir dan tinggi Ibu. Asosiasi yang tidak signifikan ini dimungkinkan karena adanya dugaan threshold value aflatoksin dalam menyebabkan gagal tumbuh pada anak. Hubungan antara durasi waktu terpapar AFB1 (bulan) terhadap kejadian stunting memiliki inverse relationship (β= -0,019) dan bermakna secara statistik (p=0,008) setelah dikontrol oleh variabel panjang lahir, berat lahir, dan pendapatan.
Kesimpulan : Belum cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan antara paparan aflatoksin B1 dan stunting pada penelitian ini. Namun, adanya dugaan asosiasi dan threshold value aflatoksin dalam perlambatan pertumbuhan dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut guna mengetahui hubungan yang sebenarnya antara paparan aflatoksin dan stunting.

Introduction: Indonesia as the country with the highest stunting rate in Southeast Asia faces the reality of a double burden related to the stunting problems. Various interventions have been carried out to reduce the incidence of stunting in Indonesia, but the value has not decreased significantly over the past 10 years (> 30%). Children need food for their growth and development, these foods are not only nutritious but also must meet food safety requirements. One of the problems of food safety is the presence of aflatoxin contamination in food products. Aflatoxin is a secondary metabolite produced by the molds of Aspergilus flavus and Aspergilus parasiticus which can contaminate various agricultural commodities such as corns and peanuts. This study aims to determine the relationship between aflatoxin B1 exposure and the incidence of stunting in children aged 36-59 months in Kebon Kalapa District, Bogor Tengah.
Method: This study used cross-sectional design. A total of 243 children aged 36-59 months were sampled in this study. Data were obtained by dietay and exposure assessment methods through interviews, anthropometric measurements and testing of food product samples. Data were analyzed using several statistical tests, for multivariates using multiple linear regression.
Results: There was an inverse relationship (β= -0.035) between aflatoxin B1 exposure (ng/kgbb/day) and stunting although it is not significant (p = 0.120) after being controlled by birth length and mother’s height variable. Whereas the relationship between the duration of AFB1 exposure (months) and stunting has an inverse relationship (-0,019) and statistically significant (p = 0,008) after being controlled by variable birth length, birth weight, and income.
Conclusion: There is not enough evidence to state a significant relationship between aflatoxin exposure and stunting in this study. However the existence of alleged of associations and threshold value of aflatoxin in growth retardation can be taken into consideration to conduct further research to determine the actual relationship between aflatoxin exposure and stunting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatul Laili
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keamanan pangan pada makanan di kantin Sekolah Dasar Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder, yang terdiri dari hasil uji laboratorium 63 sampel makanan dan hasil wawancara 63 penjamah makanan menggunakan kuesioner oleh peneliti utama. Hasil penelitian menunjukkan 9,5% sampel makanan tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena terkontaminasi oleh Escherichia coli. Analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keamanan pangan dengan pencegahan kontaminasi silang (p=0,044). Sedangkan faktor karakteristik, tingkat pendidikan penjamah makanan, keikutsertaan pelatihan, pengetahuan, sikap, peilaku, kebersihan pangan, kebersihan pribadi penjamah makanan, kebersihan peralatan, dan sanitasi tempat pengolahan makanan tidak memiliki hubungan yang signifikan. Oleh karena itu, penjamah makanan di kantin Sekolah Dasar wilayah kecamatan Pancoran Mas perlu diberikan pembinaan terkait pengolahan makanan sesuai dengan prinsip higiene dan sanitasi yang baik, selain itu pihak sekolah harus selalu terlibat dalam pengawasan terhadap higiene dan sanitasi bangunan konter kantin, serta penerapan prinsipnya oleh penjamah makanan di konter kantin. Kata kunci: Konter kantin, sanitasi, keamanan pangan, sekolah dasar.

ABSTRACT
The purpose of this research is to identify the safetiness of foods in Pancoran Mas Elementary School canteen, Depok. This research accomplished by using a cross sectional method such as examining 63 food samples in laboratorium and interviewing 63 cafetaria food sellers by questionaires.The result of this research shows that 9,5% of food samples has not qualified the standard of food safetiness by containing Escherichia Coli. The Bivariate analysis with chi-square shows that there is a significant relation between the level of food safetiness and a cross-contamination preventing (p=0,044), while the other variables such as characteristic factors, education level of cafetaria food sellers, cafetaria food sellers participation in training program, knowledge, attitude, behaviour, food hygiene, self hygiene of cafetaria food sellers, utensils hygiene and sanitation system of cooking environment were not significant. According to the result of this research it is necessary to give a training program for food sellers in Pancoran Mas elementary school cafetaria about how to properly cook and produce food based on good sanitation and food hygiene standard. The Pancoran Mas Elementary School engagement in monitoring about the hygiene of it's cafetaria, the construction program of good sanitation infrastucture, and food producing hygiene principal application among the cafetaria food sellers also necessarilly needed."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermianti
"Regulasi keamanan pangan merupakan salah satu hambatan non tariff dalam perdagangan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Agar regulasi tersebut efektif, perlu dilakukan harmonisasi regulasi antara Indonesia dengan Negara tujuan ekspor. Penelitian ini menganalisis dampak implementasi regulasi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan terhadap ekspor perikanan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data panel ekspor perikanan Indonesia ke 29 negara tujuan ekspor dalam 13 tahun (2000-2012) menggunakan Model Gravitasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat harmonisasi regulasi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan lebih efektif dalam meningkatkan ekspor perikanan Indonesia yaitu sebesar 24,85% dibandingkan sebelum adanya harmonisasi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa harmonisasi regulasi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan mampu meningkatkan ekspor perikanan Indonesia dikarenakan kualitas perikanan Indonesia akan lebih dipercaya oleh Negara tujuan ekspor.

Food safety regulation is one of non-tariff barriers in trade to provide consumers protection. To make regulation more effective, it is necessary to harmonize food safety regulation between Indonesia and impoting countries. This study analyzes the impact of fisheries quality and safety regulation implementation on indonesia's fisheries export. Exploring panel data on Indonesia's fisheries exports to 29 importing countries in 13 years (2000 - 2012) using Gravity Model.
The results suggest that the harmonization in quality and safety regulation more efektif in increases Indonesia's fisheries export about 24,85% compare to before harmonization.
It can be concluded that harmonization in fisheries quality and safety regulation would be able to Indonesia?s fisheries export
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Nurayla Arnas
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai Peran Japanese Consumer Cooperative Union
(JCCU) dalam melindungi konsumen dan bahaya keamanan pangan di Jepang
Consumer group dan Japanese consumer Cooperative merupakan pelopor dan
gerakan keamanan pangan dan produk orgarnk di Jepang Hal mi disebabkan
maraknya penggunaan bahan bahan kimia pertarnan dan tambahan bahan
makanan seperti pemanis pengawet dan sebagainya Pengggunaan bahan bahan
kimia pertanian dan tambahan pangan sebagai akibat dan pertumbuhan ekonomi
Jepang pasca Perang Dunia II Jenis penehtian im adalah penehtian kuahtatif
dengan menggunakan metode anahsis desknptif Data yang digunakan mehputi
data primer melalui wawancara (e-mail) dengan pihak JCCU dan sekunder yang
diperoleh dan buku jurnal artikel newsletter dan website yang berkaitan dengan
penehtian mi Hasil penelitian menunjukkan peran JCCU dalam keamanan pangan
di Jepang yaitu menyediakan produk pangan yang aman dikonsumsi melalui
sistem sanchoku dan pemenksaan laboratonum keamanan pangan membenkan
informasi seputar keamanan pangan, berkontribusi pada peraturan pernenntah
Jepang terkait keamanan pangan serta ikut berperan dalam menangarn kasus
kasus keamanan pangan di Jepang.

ABSTRACT
This thesis discussed about the role of Japanese Consumer Cooperative Union
(JCCU) that protect consumers from food safety hazards in Japan Consumer
group and Japanese consumer cooperative were the pioneer in organic product and
food safety movement in Japan The movement of food safety emergenced due to
the rise of using agricultural chemicals and food additive like sweeteners
preservatives etc The miss used of agricultural chemicals and food additive was
the impact of growth of Japanese economy after War World II most foods
mamfacturer used mass production method without consider of food safety The
research of this thesis is appliying on qualitative and used descriptive analysis
method The analysis data of this research consist of primary data through
interviews with JCCU (e mail) On the other hand this research also used books
journals articles newsletters and websites for the analysis From the end results
of this thesis showed the role of JCCU not only safe guard the food in Japan and
also provide safe food products consumed through sanchoku system and food
safety laboratory tests providing information regarding food safety JCCU was
also able to contribut to the Japanese government to establish the regulations and
handling food safety cases in Japan.
"
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananta Rina
"ABSTRAK
Berdasarkan Laporan Tahunan 2001-2004 d an Laporan Tahunan 2005
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Kejadian Luar Biasa
(KLB) keracunan pangan yang disebabkan oleh pangan jasa boga sebesar
31%. Dari kasus-kasus keracunan tersebut, terbukti masalah mutu dan
keamanan pangan pada perusahaan jasa boga menjadi semakin penting dan
perlu mendapat perhatian khusus dalam pengawasan dan pengendaliannya.
Apalagi akhir-akhir ini tuntutan akan jaminan terhadap mutu dan keamanan
pangan terus bertambah sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya mutu dan keamanan pangan yang di konsumsinya.
Pengawasan dan pengendalian mutu pangan yang mengandalkan pada
uji produk akhir tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri
pangan dan tidak dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran
dan yang dikonsumsi oleh para pengguna jasa boga. Oleh karena itu perlu
dikembangkan suatu sistim jaminan keamanan pangan yang Iebih menitfk
beratkan pada tindakan pencegahan efektif untuk menjamin keamanan pangan . Dari pemikiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam industri
pangan selain menghasilkan produk pangan yang aman dikonsumsi sangat
diperlukan juga produk yang bermutu dan mempunyai nilai jual yang dapat
memenuhi keinginan konsumen dengan tujuan mencapai kepuasan
konsumenlpelanggan tsb. Untuk mencapai 2 aspek tersebut, diperlukan suatu
sistem yang terintegrasi atau terpadu yang dapat diterapkan dalam suatu
perusahaan jasa boga berdasarkan standar lnternasional yaitu Sistem
Manajemen Mutu dan Sistem Keamanan Pangan _
Dengan mengacu pada metodologi yang dikenal dalam sistem
manajemen yaitu P DCA ( Plan- Do- Check- Action), penerapan Sistem
Manajemen Mutu ( ISO 9001) dan Sistem Keamanan Pangan ( HACCP dan ISO
22000) secara teoritis dapat dilaksanakan secara terpadu dalam suatu sistem
manajemen yang terpadu, dimana unsur-unsur aspek pengendalian bahaya
potensial dan parameter kritis dari aktifitas penyediaan rantai makanan ( food
chain ), kesesuaian produk dan jasa dapat terintegrasi kedalam kegiatan
operasional suatu perusahan jasa boga. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut
dapat disusun suatu model Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan
terpadu ( terintegrasi ) pada kegiatan penyediaan makanan di suatu perusahaan
Jas Boga ( Catering ).
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang penulis Iakukan di
perusahaan Jasa Boga PT. XYZ dapat diambil kesimpulan bahwa Sistem
Manajemen Mutu pada perusahaan jasa boga PT. XYZ telah diterapkan dalam
proses penerimaan bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan..
Sistem Manajemen Keamanan Pangan terutama penetapan dan
pelaksanaan Hazard Analysis Critical Control Point pada proses penerimaan
bahan baku, penyimpanan, produksi dan pelayanan belum sepenuhnya
diterapkan sesuai dengan standar HACCP dan ISO 22000.
Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ( SMZKP) dapat
diterapkan dengan efektif dan terpadu karena proses pengendalian yang
dilakukan dapat sejalan melalui standar yang dapat diterima (acceptable) ,
dapat diterapkan (applicable) dan disesuaikan pada kondisi, kebutuhan dan bisnis proses PT. XYZ ( tailor made), pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
mengacu kepada model SMZKP yang telah dijelaskan pada bagian hasil
penulisan tesis ini.

ABSTRACT
According to Food and Drugs Control Agency Republic of indonesia
(BPOM) yearly report in 2001 - 2004 and 2005, food poisoning cases which are
caused by catering services company is 31%. From these cases , it?s proof that
the quality and food safety problems in catering company became more
important and need more special attention in its controlling and monitoring.
Nowadays, demanding of quality and food safety assurance more
increase along with improvement of people awareness about quality and safety
of food that they consumed.
Monitoring and Controlling of food quality which rely on the end product
testing, could not be balanced out of p rogress in food industry and could not
guarantee safety of food which has been circulated in market and has been
consumed by people. For that purpose, need to be developed a system for food
safety assurance which is focused on effective preventive action to assure the
safety of food.
In food industry, the most important things is how to produce food which
is safe to eat and have a good quality to fultill the customer needs and customer satisfactions. To comply these 2 aspect, we need an integrated system which is
acceptable and applicable in catering company based on international Standard
, Quality Management System ISO 90001:2000 and Food Safety Management
System ISO 22000:2005 and HACCP.
In line with methodology of management system PDCA ( Plan -Do -
Check - Action ), implementation of Quality Management System ISO
9001 :2000 and Food Safety Management System ISO 22000:2005 and HACCP
theoretically can implement integrated in a management system, where all
aspect to control the potential hazard and critical parameter from all activities in
food chain , conformity product and sen/ice may integrate in business process of
catering company. Based on these principles, we can compile a model of
Integrated Quality Management System and Food Safety System for food chain
activities in catering company.
Result of this research in catering company PT. XYZ, the Quality and
Food Safety Management System has been implemented but not integrated as
good as integrated Quality and Food Safety Management System in receiving ,
storing, production and serving activities. Food Safety Management System
implementation in PT. XYZ , especially Hazard Analysis Critical Control Point in
receiving, storing, production and serving process is not full compliance to
HACCP and ISO 22000 standard.
Quality and food safety management system can implemented effectively
and integrated because the process control in line with standards which are
acceptable and applicable to condition and needs of PT. XYZ business process
( tailor made), refer to this Integrated Quality and Food Safety Management
System Model.

"
2007
T34545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Fitri
"Usia anak sekolah dasar merupakan usia yang rentan, rentan terhadap pengaruh luar dan rentan terhadap penyakit. Penelitian ini dilakukan karena maraknya kasus keracunan di sekolah yang sering terjadi di Indonesia. Keamanan pangan harus menjadi perhatian dan mendapatkan pengawasan baik dari orang tua maupun guru di sekolah agar tercipta kesehatan dan keselamatan bagi anak-anak. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran persepsi terhadap keamanan pangan beserta faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi, diantaranya adalah pengetahuan, budaya, gangguan kesehatan anak, kebijakan sekolah, pengawasan guru, informasi, serta keadaan tempat berdagang.
Penelitian ini membahas mengenai persepsi risiko orang tua terhadap keamanan pangan di sekolah dasar tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan kuesioner ceklis untuk menilai variabel-variabel independen. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh responden memiliki persepsi yang baik terhadap keamanan pangan dengan nilai bobot rataan di atas 3,01. Responden penelitian terhadap persepsi keamanan pangan (food safety) umumnya didominasi oleh kelompok usia dewasa (25-38 tahun), tidak memiliki pekerjaan (ibu rumah tangga), dan memiliki pendidikan terakhir SMA.

Age child elementary school is age vulnerable, susceptible to external influences and prone to illness. The study is done because many cases of poisoning in school very often in indonesia. Food safety should be paid attention and get supervision from both parents and teachers in school to create safety and health for children. Research purposes this to look at an image perspective on food safety and factors that deals with perception, among them are knowledge, culture, disorder their children, policy school, supervision teacher, information, and of the condition a trading place.
Discussed research into perception of risk parents to security crops in elementary school 2014. This research using methods research quantitative by using a questionnaire checklist to judge the variables independent. From the results of research it can be concluded that the respondents have a good perception of food safety with a value above the equivalent weight 3.01. Respondents to the study of the perception of food safety are generally dominated by early adult age group (25-38 years old), does not have a job (a housewife), and have an education senior high school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book presents a comprehensive and substantial overview of the emerging field of food safety engineering, bringing together in one volume the four essential components of food safety: the fundamentals of microbial growth food safety detection techniques microbial inactivation techniques food safety management systems Written by a team of highly active international experts with both academic and professional credentials, the book is divided into five parts. Part I details the principles of food safety including microbial growth and modelling. Part II addresses novel and rapid food safety detection methods. Parts III and IV look at various traditional and novel thermal and non-thermal processing techniques for microbial inactivation. Part V concludes the book with an overview of the major international food safety management systems such as GMP, SSOP, HACCP and ISO22000."
Chichester: Wiley Blackwell, 2012
664.06 HAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Nur Pusparani
"Tindakan keamanan pangan adalah bagian dari Sanitary and Phytosanitary Standards (SPS) yang bertujuan melindungi kesehatan manusia melalui pemastian keamanan pangan. Penerapan tindakan keamanan pangan oleh Negara tujuan ekspor dapat mempengaruhi perdagangan komoditi pangan.
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis sampai sejauh mana implementasi tindakan keamanan pangan yang diterapkan oleh negara tujuan mempengaruhi ekspor perikanan Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa adalah negara tujuan ekspor utama perikanan Indonesia yang secara konsisten telah menerapkan tindakan keamanan pangan. Maka, penelitian terhadap dampak tindakan keamanan pangan pada ekspor perikanan Indonesia ditujuka terhadap ketiga tujuan ekspor ini.
Pendekatan Inventory based yang menggunakan jumlah regulasi keamanan pangan dan jumlah penolakan ekspor dianalisis menggunakan Exploratory Data Analysis (EDA). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa walaupun tidak terlalu besar, tindakan keamanan pangan memberikan pengaruh negatif terhadap ekspor perikanan Indonesia ke Jepang selain menurunnya permintaan di negara ini turut berperan dalam penurunan ekspor perikanan Indonesia ke negara ini. Sementara itu, efek negative penerapan tindakan keamanan pangan tidak terlihat pada ekspor Indonesia ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Lebih lanjut, banyaknya kasus keamanan pangan yang dialami produk perikanan Indonesia di beberapa tahun belakangan ini, menunjukkan bahwa tindakan keamanan pangan masih menyebabkan masalah bagi ekspor perikanan Indonesia. Dengan demikian, harmonisasi standar keamanan pangan antara Indonesia dan negara tujuan ekspor serta konsistensi dalam penerapan praktek keamanan pangan sangat diperlukan untuk dapat memenuhi persyaratan keamanan pangan negara tujuan.

Food safety measure is part of the Sanitary and Phytosanitary Standards (SPS) which aim at protecting human health by ensuring food safety. Its implementation by the importing countries could influence the food trade performance of the exporting countries.
This paper analyzes to what extent food safety measures implementation by the main destination countries affects Indonesia?s Fisheries exports. United States, Japan and European Union are the main importers of Indonesian fisheries and they have consistently applied the food safety measures. Therefore, the examination of the food safety measures impact to Indonesian fisheries exports is focused on these importers.
Inventory based approach employing a number of food safety regulation and border detention is analyzed using exploratory data analysis (EDA). The result suggests that even though not very significant, the food safety measures still negatively influenced fisheries exports to Japan while the falling demand of fisheries in this country was also responsible for the decline of Indonesia's fisheries exports. Meanwhile, the negative effect was not seen in fisheries exports to the US and EU.
Furthermore, the great portion of food safety cases faced by fisheries in the recent years, shows that food safety measures in the importing market still have caused problems and risks to Indonesia?s fisheries exports. Therefore, food safety standard harmonization between Indonesia and importers as well as the consistency in the application of food safety practices is necessary to comply with the food safety measures of the importing countries.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T45536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>