Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisnu Harviyanto
"Kebocoran yang terjadi pada saluran udara (ducting) sangat berhubungan dengan kuantitas udara yang didistribusikan pada suatu sistem ducting. Kuantitas kebocoran yang besar akan menyebabkan sistem tidak dapat beroperasi optimal. Semua jenis ducting menurut standar SMACNA harus diuji besar nilai kebocorannya sebelum dioperasikan.
Untuk mengetahui besarnya nilai kebocoran dan untuk mendeteksi adanya Iubang-lubang fisik yang terdapat pada ducting diperlukan suatu alat uji kebocoran (Leakage Tester). Alat uji ini terdiri dari alat ukur aliran udara, flow producing unit, manometer, serta peralatan tambahan flexible duct. Alat uji kebocoran ini pada prinsipnya mengalirkan udara pada spesimen ducting uji sehingga diperoleh suatu nilai tekanan statis yang terjadi di dalam ducting. Tekanan statis yang terjadi harus disesuaikan dengan tekanan kelas konstruksi ducting uji. Selanjutnya besar nilai tekanan statis yang ditunjukkan pada manometer dihubungkan dengan persamaan yang diberikan sehingga diperoleh total nilai kebocoran yang terjadi pada ducting.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk membuat alat uji kebocoran pada ducting yang sesuai dengan standar SMACNA. Alat uji yang dibuat mempunyai kapasitas aliran udara maksimum sebesar 158,826 cfm (74,949 I/s) dengan tekanan statis maksimum sisi keluar sebesar 0,413488 in.w.g (102,909 Pa).
Penulis melihat masih banyak kekurangan pada alat uji kebocoran yang dibuat ini. Penulis juga ingin memperbaiki kekurangan yang ada, terutama bagian orifice flow meter yang terlalu panjang yaitu 1,94 m. Hal tersebut membuat alat ini tidak mudah untuk dipindahkan atau dibawa. Kemudian timbul pemikiran untuk mengganti entice flow meter dengan pipa saluran masuk. Dengan membandingkan beda tekanan yang melalui pelat crifis dengan tekanan statis pada pipa saluran rnasuk diharapkan kita akan mendapatkan suatu persamaan. Persamaan ini yang akan kita gunakan untuk mengetahui besamya debit aliran udara yang dihasilkan oleh flow producing unit dan alat uji kebocoran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Ekasari
"Latar Belakang : Penyebab kegagalan perawatan saluran akar adalah kebocoran apeks yang ditentukan oleh teknik pengisian saluran akar. Tujuan : Untuk menganalisis kebocoran sepertiga apeks pada pengisian saluran akar menggunakan GuttaCore™. Metode : Dua puluh delapan gigi premolar bawah yang telah dilakukan pengisian saluran akar, diinkubasi (37°C, 24 jam), kemudian direndam dalam tinta india selama 7X24 jam. Sampel didekalsifikasi sampai transparan. Kedalaman penetrasi tinta dievaluasi dengan mikroskop stereo. Hasil : Seluruh pengisian dengan GuttaCore™ terlihat adanya penetrasi tinta sedalam 0-0.5 mm. Kesimpulan : Hasil pengisian saluran akar dengan teknik GuttaCore™ dapat menurunkan tingkat kebocoran di sepertiga apeks.

Background : The cause of endodontic treatment failure is apical leakage determined by root obturation technique. Aim:To analyze leakage in apical third with GuttaCore™ obturation. Method : Twenty eight lower premolars were obturated and incubated (37*C, 24 hours) then immersed in indian ink for 7x24 hours. Samples were decalcified until transparent. Depth of ink penetration was evaluated using stereo microscope. Result: All obturation using GuttaCore™ technique resulted in 0-0.5 mm ink penetration Conclusion : Root obturation with GuttaCore technique is able to decrease leakage in apical third"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frengky Bermana
"Latar Belakang: Kebocoran anastomosis merupakan komplikasi pada pembedahan kolorektal. Banyak faktor yang memngaruhi kejadian kebocoran anastomosis namun studi terbaru peran mikrobiota menjadi salah satu pencetus kebocoran anastomosis. Kasus kebocoran anastomosis berkisar 3-18 % yang meningkat seiring berbagai faktor yang dimiliki oleh pasien. Disbiosis mikrobiota selanjutnya dapat memicu gangguan penyembuhan dan merusak kolagen pada lumen usus. Diperlukan penelitian prospektif untuk dapat menilai karakteristik kebocoran anastomosis.
Metode: Dilakukan pengambilan sampel pascaanastomosis lalu dilakukan kultur jaringan. Lendir mukosa dipisahkan dari lumen untuk mendapatkan gambaran mikrobiota pada lumen. Kejadian kebocoran diikuti 5 hari pascaanastomosis dan dinilai faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kebocoran anastomosis. Data ditampilkan dalam bentuk deskriptif tabel dan persentase.
Hasil: Terdapat satu kasus kebocoran anastomosis pada operasi lower anterior resection, usia 65 tahun, ASA III dengan komorbid hipertensi tingkat II. Didapat bakteri Escherichia coli terbanyak ditemukan selain Proteus spp dan Klebsiella spp. Bakteri ini merupakan bakteri komensal saluran cerna dan belum diketahui patogenitasnya serta hubungan dengan pemberian antibiotik preoperasi.
Kesimpulan: Belum diketahuinya strain patogen pada temuan hasil kultur. Karakteristik subjek memiliki jarak anastomosis ke anal <10 cm, ASA III, usia >65 tahun dan memiliki komorbid tidak signifikan memiliki hubungan kejadian kebocoran anastomosis.

Background: Anastomotic leak is a complication of colorectal surgery. Many factors influence the incidence of anastomotic leakage, but recent studies on the role of the microbiota are one of the triggers for anastomotic leakage. Anastomotic leak cases range from 3-18% which increases with various factors possessed by the patient. Microbiota dysbiosis can then trigger healing disorders and damage collagen in the intestinal lumen. Prospective studies are needed to assess the characteristics of anastomotic leak.
Methods: Post-anastomosis samples were taken and then tissue culture was performed. Mucous mucus is separated from the lumen to obtain an image of the microbiota in the lumen. The incidence of leakage was followed 5 days post-anastomosis and assessed the factors that influence the incidence of anastomotic leak. The data is displayed in the form of descriptive tables and percentages.
Results: There was one case of anastomotic leak during lower anterior resection surgery, age 65 years, ASA III with comorbid grade II hypertension. The most Escherichia coli bacteria were found besides Proteus spp and Klebsiella spp. These bacteria are commensal bacteria of the gastrointestinal tract and the pathogenicity and relationship with preoperative antibiotics are not known.
Conclusion: There is no known pathogenic strain in the culture findings. Characteristics of the subject had an anastomotic distance to the anal <10 cm, ASA III, age> 65 years and had no significant comorbid association with the incidence of anastomotic leak.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Leopold Jim
"Latar Belakang : Kebocoran plasma merupakan proses utama yang terjadi pada demam berdarah dengue (DBD) dimana mulai terjadi pada hari ke-3 demam dan mencapai puncaknya pada hari ke-5 demam. Kebocoran plasma menyebabkan hipoksia jaringan yang berakibat asidosis. Variabel yang terkait dengan mikrosirkulasi perfusi jaringan yaitu parameter asam-basa. Menurut Stewart, abnormalitas asam-basa metabolik ditentukan dengan menghitung Strong Ion Difference (SID). Hingga saat ini belum diketahui nilai SID pada infeksi dengue dewasa dengan kebocoran plasma.
Tujuan Penelitian : Mengetahui peran nilai SID untuk memprediksi dan mendiagnosis kebocoran plasma pada infeksi dengue pasien dewasa.
Metode : Studi potong lintang dan kohort retrospektif, pada infeksi virus dengue pasien dewasa yang dirawat di ruang penyakit dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RSUP Persahabatan Jakarta. Dilakukan pemeriksaan nilai SID untuk melihat perbedaan rerata nilai SID antara demam dengue (DD) dan DBD dengan uji t tidak berpasangan, dan nilai titik potong SID pada keadaan dengan atau tanpa kebocoran plasma dilakukan dengan menentukan sensitivitas dan spesifisitas terbaik dari kurva ROC.
Hasil : Jumlah subjek sebanyak 57 orang. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 31 pasien (54,38%) dan perempuan 26 pasien (45,61%). Kasus DD 31 pasien (54,38%) dan kasus DBD 26 pasien. Nilai SID hari ke-3 pada DBD secara bermakna lebih rendah dibandingkan DD [36,577 (±2,08) dan 39,032 (±1,44); p<0,01]. Demikian pula pada hari ke-5, nilai SID pada DBD lebih rendah dibandingkan DD [34,423 (±2,36) dan 37,548 (±2,55); p<0,01]. Hasil analisis statistik didapatkan perbedaan bermakna. Berdasarkan kurva ROC pada hari ke-3 didapatkan nilai SID ≤37,5 sebagai titik potong yang memberikan sensitivitas 65% dan spesifisitas 84% dengan Area Under Curve (AUC) 0,824 (IK 95% 0,71 ? 0,93; p<0,001). Pada hari ke-5, titik potong nilai SID ≤36,5 memberikan sensitivitas 81% dan spesifisitas 68% dengan AUC 0,813 (IK 95% 0,7 ? 0,92; p<0,001).
Kesimpulan : Nilai SID hari ke-3 dan hari ke-5 pada DBD lebih rendah dibandingkan DD. Nilai SID ≤37,5 pada hari ke-3 dan ≤36,5 pada hari ke-5 dapat dipakai sebagai petanda kebocoran plasma.

Background : Plasma leakage is the main process in dengue haemorrhagic fever (DHF) which starts at day 3 of fever and peaked at day 5 of fever. Plasma leakage is causing tissue hypoxia that resulting in acidosis. Tissue perfusion microcirculation-associated variable is acid-base parameters. According to Stewart, abnormality of metabolic acid-base is determined by calculating Strong Ion Difference (SID). Now, SID in adult dengue-infected patients with plasma leakage is not known yet.
Objectives : To detemine the role of SID in prediction and diagnosis of plasma leakage in adult dengue-infected patients.
Methods : These were cross-sectional and retrospective cohort study which conducted in adult dengue-infected patients that hospitalized in internal medicine ward of Cipto Mangunkusumo General Hospital and Persahabatan General Hospital in Jakarta. SID was examined to determine the mean difference between dengue fever (DF) and DHF by t-test independent, and cut-off point of SID in plasma leakage was identified by sensitivity and specificity based on ROC curve.
Results : There were 57 adult dengue-infected patients recruited; consist of 31 male patients (54,38%) and 26 female patient (45,61%); 31 DF patients (54,38%) and 26 DHF patients (45,6%). SID on day 3 of fever in DHF was significantly lower than DF [36,577 (±2,08) vs 39,032 (±1,44); p<0,01]. Similarly on day 5, SID of DHF 36,577 (±2,08) vs DF 39,032 (±1,44); p<0,01. Based on ROC curve of day 3, the cut-off point of SID was ≤37,5 with sensitivity 65%, specificity 84%, Area Under Curve (AUC) 0,824 (95% CI 0,71 ? 0,93; p<0,001). On day 5, the cut-off points of SID was <36,5 with sensitivity 81%, specificity 68%, AUC 0,813 (95% CI 0,7 ? 0,92; p<0,001).
Conclusion : SID on day 3 and day 5 of fever in DHF was significantly lower than DF. SID ≤37,5 on day 3 and ≤36,5 on day 5 can be used as a marker of plasma leakage.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Haryo Pramantyo
"Kebocoran gas sepanJang jalur p1pa adalah hal yang sangat tidak diinginkan. Berbagai metoda untuk mendeteksi kebocoran sudah ditemukan namun penggunaannya sangat bergantung pada karakteristik masing-masing jaringan pipa. Penelitian ini menggunakan data sepanjang bulan Oktober 2011 di jaringan pipa PT X. Perhitungan kondisi kebocoran gas dilakukan oleh perangkat lunak simulasi pipa transmisi untuk melakukan pengujian terhadap metoda deteksi kebocoran pressure point analysis dan neraca massa. Lokasi kebocoran berjarak 49 km, 98 km, dan 147 km dari inlet dengan besarnya kebocoran 1 inchi, 3 inci, dan 5 inchi. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa metoda yang lebih baik adalah metoda neraca massa karena mampu mendeteksi kebocoran dalam waktu terlama 39 menit dengan akurasi perkiraan laju alir kebocoran rata-rata sebesar -1,30%.

Gas leak along the pipeline is very undesirable. Various methods for detecting leaks are found, but their use depends on the characteristics of each pipeline. This study uses data throughout the month of October 2011 in the pipeline of PT X. Gas leak condition calculations performed by pipeline transmission simulation software for testing the leak detection method of pressure point analysis and mass balance. Leak locations are 49 km, 98 km, and 147 km from the inlet with the magnitude ofleakage 1 inch, 3 inches, and 5 inches respectively. From the simulation results showed that the mass balance method is better because is able to detect leaks in the longest 39 minutes with an accuracy estimated leak flow rate by an average of -1.30%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Bur
"Latar Belakang : Perbedaan antara demam dengue ( DD ) dan demam berdarah dengue ( DBD ) adalah terjadinya kebocoran plasma pada DBD. Kebocoran plasma pada ruang interstitial ditandai dengan adanya efusi cairan di pleura dan peritoneal, hemokonsentrasi, serta hipovolemia intravaskular. Keadaan ini menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan, sehingga menyebabkan metabolism anaerob. yang menimbulkan peningkatan kadar laktat dalam darah.
Tujuan Penelitian: Mengetahui peran laktat sebagai prediktor prognosis dan diagnosis kebocoran plasma pada infeksi dengue pasien dewasa.
Metode: Studi potong lintang, pada infeksi virus dengue pasien dewasa yang dirawat di bangsal penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo dan RS Persahabatan Jakarta. Jumlah subjek sebanyak 57 orang. Dilakukan pemeriksaan kadar laktat untuk melihat perbedaan rerata kadar laktat antara DD dan DBD dengan uji t-tes tidak berpasangan, dan nilai titik potong kadar laktat pada keadaan tanpa atau dengan kebocoran plasma dilakukan dengan menentukan sensitifitas dan spesifisitas terbaik dari kurva ROC yang sudah dibuat.
Hasil: Rerata kadar laktat pada DBD secara bermakna lebih tinggi daripada DD. Nilai titik potong untuk prediktor prognostik pada hari ke-3 yang ditentukan dengan kurva ROC mendapatkan nilai kadar laktat ≥ 2,65 mmol/ L dengan AUC 0,626 ; IK 95% 0,480-0,772. Dan nilai titik potong untuk diagnostik pada hari ke-5 mendapatkan nilai kadar laktat ≥ 2,55 mmol/L memberikan sensitivitas 66,6%% dan spesifisitas 54,2%.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna kadar laktat antara DD dan DBD. Nilai kadar laktat ≥ 2,65 mmol/L belum dapat digunakan sebagai prediktor prognostik adanya kebocoran plasma pada fase kritis. Nilai kadar laktat ≥ 2,55 mmol/L pada saat fase kritis dipakai sebagai petanda adanya kebocoran plasma dengan akurasi yang rendah.

Background: The difference between dengue fever (DF) and dengue hemorrhagic fever (DHF) is plasma leakage which occurs in DHF. The leakage of plasma into interstitial space is shown by pleura and peritoneal effusion, hemoconcentration, and intravascular hypovolemia. Anaerob metabolism will occur due to perfusion dysfunction which will cause increased serum lactate.
Objectives: To determine the role of lactate as a prognostic predictor and diagnostic in plasma leakage which occurs in adult dengue-infected patients.
Methods: This is cross-sectional study which is conducted in adult dengueinfected patients hospitalized in internal medicine ward of Cipto Mangunkusumo Hospital and Persahabatan Hospital in Jakarta. There are 57 adult dengue-infected patients recruited. Serum lactate is examined to determine the mean difference between DF and DHF. The data is analyzed by t-test independent and cut-off point is identified in presence as well as absence of plasma leakage which is to determine the sensitivity and specificity based on ROC curve.
Results: The mean of serum lactate in DHF is significantly higher compared to DF. The cut-off point of prognostic predictor in day three of fever which is determined based on ROC curve shows lactate serum ≥ 2.65 mmol/L with AUC 0.626; 95% CI 0.480-0.772. Moreover, the cut-off point of diagnostic factor in day five of fever is shown by serum lactate ≥ 2.55 mmol/L with sensitivity 66.6% and specificity 54.2%.
Conclusion: There is difference of serum lactate in DF and DHF. Serum lactate ≥ 2.65 mmol/L could not be used as a prognostic predictor of plasma leakage in critical phase. Serum lactate ≥ 2.55 mmol/L during critical phase could be used as a marker of plasma leakage but low of accuracy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Larasati
"Latar belakang. Salah satu penentu manifestasi klinis dengue berat adalah kebocoran plasma. Limfosit dan monosit berperan dalam patogenesis kebocoran plasma infeksi dengue sehingga berpotensi sebagai prediktor kebocoran plasma.
Tujuan. Menentukan kemampuan hitung jenis limfosit dan monosit demam hari kedua sebagai prediktor kebocoran plasma pada fase kritis infeksi dengue.
Metode. Desain kohort retrospektif pasien rawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSUP Persahabatan dan RSPAD Gatot Soebroto dari tahun 2010 ̶ 2015, memenuhi kriteria inklusi: berusia > 15 tahun; didiagnosis dengue menurut WHO 1997; dikonfirmasi pemeriksaan NS-1/pemeriksaan serologis anti dengue; memiliki data darah perifer lengkap dan hitung jenis mulai demam hari ke-2; USG abdomen, dan/atau albumin pada fase kritis. Dilakukan analisis Reciever Operating Characteristic Curves (ROC curve) dengan interval kepercayaan (IK) 95% dan multivariat regresi logistik untuk memperoleh model prognostik.
Hasil. Terdapat 63 subjek dianalisis. Insidens kebocoran plasma 49%. Nilai absolut limfosit dan nilai absolut monosit demam hari ke-2 berpotensi menjadi prediktor kebocoran plasma pada fase kritis dengan AUC 0,65 dan 0,64. Titik potong optimal nilai absolut limfosit dan nilai absolut monosit yang berpotensi sebagai prediktor kebocoran plasma sebesar 1323 dan 770. Nilai absolut limfosit memiliki sensitivitas 90%, spesifisitas 16%. Nilai absolut monosit memiliki sensitivitas 94%, spesifisitas 34%. Model prognostik nilai absolut monosit dan persentase limfosit meningkatkan AUC menjadi 0,723.
Simpulan. Kemampuan prediksi kebocoran plasma nilai absolut limfosit dan nilai absolut monosit demam hari kedua lemah. Namun kemampuan tersebut ditingkatkan menjadi sedang oleh model prognostik yang melibatkan persentase limfosit dan nilai absolut monosit.

Background. The severity of dengue infection was determined by plasma leakage. Lymphocytes and monocytes played an important role in the pathogenesis of plasma leakage in dengue infection so they potentially used as predictors for plasma leakage in a critical phase of dengue infection.
Aim. Determined the percentage and absolute number of lymphocytes and monocytes measured on the second day of fever as a predictors for plasma leakage in a critical phase of dengue infection.
Method. The research was retrospective cohort study of inpatients at Cipto Mangunkusumo Hospital, Persahabatan General Hospital and Gatot Subroto Military Hospital Jakarta from 2010 ̶ 2015. The inclusion criteria: age > 15 years, suffering from dengue infection according to the diagnostic criteria of WHO in 1997, confirmed by examination of NS-1 or serological anti-dengue, peripheral blood count and differential leucocyte count during treatment from second day of fever, abdominal ultrasound, and / or albumin in the critical phase. Analyses were performed using ROC curve. Multivariate analysis was performed to elicit prognostic models.
Results. We determined 63 subjects. The incidence of plasma leakage was 49%. Absolute number of lymphocytes and monocytes on second day of fever were potentially useful as predictors for plasma leakage. The AUC was 0.65 and 0.644. The optimal cut-off point for absolute number of lymphocytes were 1323, the sensitivity was 90% and the specificity 16%. The cut-off for absolute number of monocytes was 770, the sensitivity was 94%, specificity 34%. We found optimal prognostic model which include percentage of lymphocytes and absolute number of monocytes. It could increase the AUC until 0,723.
Conclusion. The absolute number of lymphocytes and monocytes on second day of fever in dengue infections were potentially useful as predictors for plasma leakage in a critical phase of dengue infection. Predictive capability could be increased by prognostic model which include percentage of lymphocytes and absolute number of monocytes as predictors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambi Pradiptha, exminer
"Gas klorin merupakan bahan kimia yang berbahaya karena sifatnya yang beracun dankorosif. Klorin juga termasuk ke dalam Extremely Hazardous Substances EHS ataubahan yang berbahaya sekali karena gas klorin dapat menimbulkan kematian EPA,1990 . Penelitian ini membahas tentang analisis risiko kebocoran gas pada fasilitastangki penyimpanan klorin di PT XYZ dengan mengasumsikan adanya korosi padavalve dan fusible plug tangki klorin. Dianalisa menggunakan pendekatan ComputationalFluid Dynamics 3 dimensi yang diproses dengan meggunakan perangkat lunak FLACS.Desain penelitian menggunakan analisis risiko secara kualitatif dengan desain deskriptifdan menggunakan FTA untuk menentukan skenario kebocoran dengan menggunakandata sekunder. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebaran kebocoran gas klorin yangdihasilkan dari pemodelan berpotensi menyebar tidak hanya didalam area PT XYZnamun juga sampai ke pemukiman penduduk dengan tingkat konsentrasi yangbervariasi mulai dari angka tertinggi 300 ppmv sampai 10 ppmv. PT XYZ disarankanuntuk selalu melakukan pengecekan berkala pada fasilitas tangki klorin, melakukanpelatihan tanggap darurat kebocoran klorin dan audit berkala sebagai bentuk upayapencegahan kebocoran klorin.

Chlorine gas is a dangerous chemical because of its toxic and corrosive nature. Chlorine is also included in Extremely Hazardous Substances EHS or very dangerous materials because chlorine gas can cause death EPA, 1990 . This study discusses the gas leakage risk analysis at the chlorine storage tank facility at PT XYZ by assuming the corrosion of the valve and fusible plug of the chlorine tank. Analyzed using a 3 dimensional Computational Fluid Dynamics approach processed by using FLACS software. The research design uses qualitative risk analysis with descriptive design and uses FTA to determine leakage scenarios by using secondary data. From the result of the research, it is known that the chlorine gas leak distribution generated from the modeling has the potential to spread not only within the PT XYZ area but also to the residential population with varying concentration levels ranging from the highest number of 300 ppmv to 10 ppmv. PT XYZ is advised to always conduct periodic checks on chlorine tank facilities, conduct chlorine leak emergency response training and periodic audits as a form of prevention of chlorine leakage.."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Hanif Wicaksono
"Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat terjadi suatu pola perubahan gaya hidup masyarakat saat ini, khususnya dalam kegiatan transaksi pada suatu transaksi barang dan/atau jasa dari metode transaksi secara konvensional menjadi transaksi secara elektronik, atas dasar tersebut muncullah Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) selaku platform digital yang memfasilitasi kegiatan pertukaran barang dan/atau jasa. Transaksi yang dilakukan pada PSE tentunya tidak terlepas dari adanya potensi kebocoran data dan informasi atas setiap transaksi yang dilakukan oleh konsumen pada PSE, sehingga PSE selaku pelaku usaha berkewajiban untuk melakukan upaya dalam hal mencegah hal-hal tersebut terjadi yang salah satunya dengan menerapkan standar ISO 27001 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Informasi (SMPI) selaku standar internasional dalam upaya mencegah risiko-risiko yang terjadi pada transaksi elektronik yang salah satunya memenuhi hak konsumen dan kewajiban PSE selaku pelaku usaha. Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah terkait bagaimana mekanisme penerapan ISO 27001 selaku SMPI serta apakah ISO 27001 selaku SMPI dapat menjamin PSE dari kebocoran data konsumen. Penelitian ini akan dilakukan secara kualitatif, hasil dari penelitian bahwa ISO 27001 selaku SMPI membantu PSE dalam mencegah kebocoran data dan informasi konsumen, serta saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah regulator mengevaluasi dan membuat satu aturan rigit mengenai penerapan SMPI sejak terdapat adanya dualisme pengaturan terhadap penerapan SMPI.

The rapid development of technology has made a pattern of changing the lifestyle of today's society, especially in transaction activities in a transaction of goods and/or services from conventional transaction methods to electronic transactions, on this basis an Electronic System Operator (ESO) has emerged as a platform. digital services that facilitate the exchange of goods and/or services. Transactions carried out at ESO are certainly inseparable from the potential for data and information leakage for every transaction made by consumers at ESO. Therefore, ESO as a business actor is obliged to make efforts to prevent these things from happening, one of which is by implementing the ISO 27001 standard. regarding the Information Security Management System (SMPI) as an international standard to prevent risks that occur in electronic transactions, one of which fulfills consumer rights and PSE obligations as business actors. The main problem in this research is related to the mechanism for implementing ISO 27001 as SMPI and whether ISO 27001 as SMPI can guarantee ESO from consumer data leaks. This research will be carried out qualitatively and the results of the research show that ISO 27001 as SMPI can assist ESO in preventing consumer data and information leaks, as well as advice that can be given from this research is that the regulator evaluates and makes one strict rule regarding the implementation of SMPI since there is dual regulatory regulation on the implementation of SMPI. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfri Kusnadi
"Sistem distribusi & kontrol adalah bagian yang vital pada fasilitas bawah laut. Sistem distribusi & kontrol berfungsi untuk mendistribusikan pengiriman tenaga listrik, tenaga hidrolik dan injeksi kimia ke fasilitas bawah laut. Dalam masa operasinya, sistem distribusi & kontrol bisa mengalami gangguan apakah berupa kerusakan atau turunnya kinerja sistem tersebut. Pembahasan dalam makalah ini terkait investigasi gangguan pada jalur hidrolik LP2 yang mengirimkan tenaga hidrolik dari Topside ke fasilitas bawah laut. Untuk bisa melakukan investigasi gangguan pada system distribusi & kontrol apakah disebabkan oleh kebocoran ataupun kerusakan, selalu melibatkan penggunaan kapal dan ROV dikarena inspeksi visual dan intervensi terhadap fasilitas bawah laut cuma bisa dilakukan dengan mengandalkan ROV. Persiapan investigasi dilakukan dengan melakukan studi literatur dari dokumen-dokumen yang telah tersedia pada tahap perancangan, pemasangan dan pengujian. Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut ditentukan langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat investigasi. Langkah-langkah investigasi juga menyesuikan kemampuan dari kapal dan ROV yang tersedia.

Distribution & control systems are critical parts of the subsea facilities. The distribution & control system functions to distribute the delivery of electric power, hydraulic power and chemical injection to the subsea facilities. During operational period, the distribution & control system can experience disruption, whether in the form of damage or a decrease in the system's performance. The discussion in this paper concerns the investigation of disturbances in the LP2 hydraulic line which transmits hydraulic power from Topside to the subsea facilities. In order to be able to investigate disturbances in the distribution & control system, whether caused by leaks or damage, always involves the use of vessel and ROVs since the visual inspections and interventions on underwater facilities can only be done by the ROV. Preparation for the investigation was carried out by conducting a literature study of the documents available at the design, installation and testing stages. Based on these documents, the steps that must be taken during the investigation are determined. Investigation steps also adjust the capabilities of the available ships and ROVs. Details of the leak investigation work are discussed in this engineering report."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>