Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Singgih Pansawira
Abstrak :
ABSTRACT
Diabetik Retinopati adalah salah satu penyebab utama kebutaan dari penderita diabetes. Untuk mencegah kebutaan dan memberikan pengobatan yang efektif, diperlukan suatu metode pendeteksian yang lebih dini untuk Diabetik Retinopati. Terdapat beberapa metode inspeksi manual untuk mendeteksi Diabetik Retinopati, tetapi membutuhkan banyak waktu dan usaha yang berat. Dalam penelitian ini, diajukan metode pendeteksian Diabetik Retinopati dengan menggunakan pendekatan Shallow Learning yang mencakup Neural Network, Support Vector Machines, dan Random Forest. Data yang digunakan untuk membangun model classifier terdiri dari kelas Diabetik Retinopati DB, kelas Age-related Macular Degeneration AMD, dan kelas Normal. Dari hasil percobaan, pendekatan klasifikasi dengan metode Support Vector Machines memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode Random Forest dan Neural Network. Pada klasifikasi multi-class DB, Normal, dan AMD, metode Support Vector Machines memperoleh nilai akurasi 100 dan sensitivity 100 pada 75 data training, dan memperoleh nilai akurasi 94,87 dan sensitivity 93,33 pada 25 data testing.
ABSTRACT
Diabetic Retinopathy is one of the leading causes of blindness from diabetic patients. To prevent blindness and provide an effective treatment, an early detection of Diabetic Retinopathy is needed. Methods for detecting Diabetic Retinopathy by manual inspections exist, but very time consuming and require tedious work. In this study, Diabetic Retinopathy detection method is proposed, by using Shallow Learning approach that consists of Neural Network, Support Vector Machines, and Random Forest. The data used to build the classifier models are Diabetic Retinopathy DB class, Age related Macular Degeneration AMD class, and Normal class. From experimental results, classification approach using Support Vector Machines yielded better results compared to Random Forest and Neural Network. On multi class DB, Normal, and AMD classification, Support Vector Machines method obtained 100 accuracy and 100 sensitivity for 75 training data, and 94,87 accuracy and 93,33 sensitivity for 25 testing data.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
612.84 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vika Rahmalia
Abstrak :
Remaja tunanetra memahami lingkungan sekitar dari kemampuannya mengenai kebudayaan kebutaan yang berasal dari self melalui respons sensorik selain penglihatan. Cara tersebut justru menjadikan tunanetra dan able-bodied pada pemahaman yang keliru karena adanya kebudayaan yang berbeda, sehingga dapat membangun kebudayaan kebutaan yang berasal dari the other (able-bodied) berupa stigma dan diskriminasi yang hingga kini masih melekat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana remaja tunanetra memahami kebudayaan kebutaan dalam lingkup familiarity, salah satunya adalah hubungan persahabatan yang dilakukan pada ruang sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi, berupa observasi partisipan dengan teknik sensory awareness, dan wawancara mendalam dengan teknik life history yang dilakukan di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta sebagai salah satu sekolah khusus tunanetra yang berada di Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan persahabatan yang dijalin remaja tunanetra di sekolah sebagai ruang membagikan pengalaman-pengalaman mereka seputar kebudayaan kebutaan sampai pada fase familiarity. Kemudian mereka dapat mengidentifikasikan dan menegosiasikan kebudayaan kebutaan berupa stigma dan diskriminasi tersebut sampai mereka membangun identitas kebutaan bahwa mereka mandiri, dan tidak berbeda. ......Tunanetra adolescents understand the surrounding environment from their abilities regarding the blindness cultural that comes from self through sensory responses other than vision. This method actually makes tunanetra and able-bodied to the wrong understanding because of different cultures, which is able to build a cultural of blindness that comes from the other (able-bodied) in the form of stigma and discrimination that is still inherent. This study aims to describe how visually impaired adolescents understand the culture of blindness within the scope of familiarity, one of which is friendship relations conducted in the school. This study uses ethnographic methods, in the form of participant observation with sensory awareness techniques, and in-depth interviews with life history techniques conducted at the SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta as one of the special schools for tunanetra in Jakarta. The results of this study indicate that the friendship relations that are formed by tunanetra adolescents at school as a space to share their experiences around the cultural of blindness to the phase of familiarity. Then they can identify and negotiate a cultural of blindness in the form of stigma and discrimination until they establish an identity of blindness that they are independent, and not different.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Supiandi
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0169
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Mustaqim Prasetya
Abstrak :
[Latar Belakang Gangguan penglihatan adalah gejala kedua yang sering muncul pada tumor otak setelah nyeri kepala. Gejala gangguan penglihatan yang paling sering terjadi pada tumor otak adalah penurunan visus atau tajam penglihatan (low vision sampai kebutaan), sedang tanda yang paling sering dijumpai adalah atrofi n. optikus dan papilledema. Penurunan tajam penglihatan yang dialami penderita tumor otak dapat sangat berat hingga berupa kebutaan. Sampai saat ini belum terdapat data angka kejadian gangguan penglihatan sampai kebutaan pada tumor otak di Indonesia. Metode Sebagai studi potong lintang analitik, dikumpulkanlah data pasien penderita tumor otak di atas usia 6 tahun yang datang berobat ke poliklinik Bedah Saraf FKUIRSCM pasien September 2013 hingga Februari 2014 dari catatan rekam medis. Hasil Jumlah pasien tumor otak yang mengalami buta sebanyak 37 orang (34,6 %) dengan usia rata-rata 45,3 (SD 11,3 tahun). Sebesar 86,5 % penderita berada pada usia produktif 15-54 tahun. Dari 37 pasien tumor otak yang buta terlihat proporsi gejala penyerta terbesar adalah sefalgia (terutama sefalgia kronis), diikuti oleh gangguan oftalmologi lain. Data pemeriksaan funduskopi hanya ditemukan pada kurang dari 50 % penderita, dengan temuan yang terbanyak adalah papil atrofi. Kesimpulan Besar angka kebutaan pada pasien tumor otak menunjukkan bahwa kondisi ini tidak hanya menjadi masalah medis saja tetapi juga masalah sosial yang serius. Banyaknya jumlah pasien tanpa data funduskopi menandakan masih lemahnya standar pemeriksaan neurooftalmologi ataupun pencatatan yang ada saat ini, padahal pemeriksaan funduskopi berperan sangat penting mendeteksi dini kejadian tumor otak pada pasien dengan gangguan penglihatan. ......Background Vision impairment is the second most common symptom in brain tumor after headache, with decreased visual acuity or low vision as its most common manifestation, and optic nerve atrophy and papilledema as its most common sign. Blindness may be the final outcome of this impairment. Until now, there is no data regarding the prevalence of vision impairment in brain tumor patient in Indonesia. Method As a analytic cross-sectional study, data is collected from the medical record regarding brain tumor patient above the age of 6 years old who were seen in the neurosurgery facility in FKUI-RSCM from September 2013 to February 2014. Result As much as 37 patient (34,6%) brain tumor patient were found to be blind; mean age was 45,3 years old (SD 11,3 years old), with 86,5% patient was in the productive age 15-54 years old. The commonest related symptoms was headache (especially chronic headache), followed by other ophthalmologic symptoms. Funduscopy data was found only in less than 50% patient; the commonest finding was optic nerve atrophy. Conclusion Blindness rate in brain tumor patient is not just a medical issue, but also a social one. Funduscopy usage must be encouraged more to provide early detection for brain tumor patient with vision impairment.;Background Vision impairment is the second most common symptom in brain tumor after headache, with decreased visual acuity or low vision as its most common manifestation, and optic nerve atrophy and papilledema as its most common sign. Blindness may be the final outcome of this impairment. Until now, there is no data regarding the prevalence of vision impairment in brain tumor patient in Indonesia. Method As a analytic cross-sectional study, data is collected from the medical record regarding brain tumor patient above the age of 6 years old who were seen in the neurosurgery facility in FKUI-RSCM from September 2013 to February 2014. Result As much as 37 patient (34,6%) brain tumor patient were found to be blind; mean age was 45,3 years old (SD 11,3 years old), with 86,5% patient was in the productive age 15-54 years old. The commonest related symptoms was headache (especially chronic headache), followed by other ophthalmologic symptoms. Funduscopy data was found only in less than 50% patient; the commonest finding was optic nerve atrophy. Conclusion Blindness rate in brain tumor patient is not just a medical issue, but also a social one. Funduscopy usage must be encouraged more to provide early detection for brain tumor patient with vision impairment., Background Vision impairment is the second most common symptom in brain tumor after headache, with decreased visual acuity or low vision as its most common manifestation, and optic nerve atrophy and papilledema as its most common sign. Blindness may be the final outcome of this impairment. Until now, there is no data regarding the prevalence of vision impairment in brain tumor patient in Indonesia. Method As a analytic cross-sectional study, data is collected from the medical record regarding brain tumor patient above the age of 6 years old who were seen in the neurosurgery facility in FKUI-RSCM from September 2013 to February 2014. Result As much as 37 patient (34,6%) brain tumor patient were found to be blind; mean age was 45,3 years old (SD 11,3 years old), with 86,5% patient was in the productive age 15-54 years old. The commonest related symptoms was headache (especially chronic headache), followed by other ophthalmologic symptoms. Funduscopy data was found only in less than 50% patient; the commonest finding was optic nerve atrophy. Conclusion Blindness rate in brain tumor patient is not just a medical issue, but also a social one. Funduscopy usage must be encouraged more to provide early detection for brain tumor patient with vision impairment.]
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armandya Rohadhian Megantara
Abstrak :
Penelitian pada skripsi ini berisi tentang perancangan, pembuatan dan analisis dari sistem Smart Stick berbasis FPGA Xilinx Spartan 6 pada papan pengembang Nexys3 dengan antar muka komunikasi Bluetooth. Sistem ini merupakan pengembangan dari prototipe Smart Stick untuk tuna netra yang berfungsi sebagai alat bantu berjalan bagi tuna netra dalam menentukan arah. Metode yang di gunakan dalam penelitian mengikuti tahapan Software Development Life Cycle (SDLC). Bahasa pemograman VHDL di gunakan dalam mengkonfigurasi FPGA. Sistem ini akan mengintegrasikan FPGA dengan modul antarmuka Bluetooth, sensor inframerah dengan integrasi ADC mikrontroller sebagai modul pendeteksi halangan, serta modul buzzer. Sistem ini mempunyai persentase error sebesar 5,32% ± 2,05% pada modul pendeteksi halangan infra merah dan dapat bekerja sampai dengan jarak optimal 25 m pada keadaan outdoor dan 20 m pada keadaan indoor dengan sekat kaca 6 cm. Keseluruhan fitur sistem telah berfungsi baik sesuai dengan perancangan dan siap untuk digunakan dan dihubungkan dengan perangkat lain untuk melengkapi sistem Smart Stick. ......This final project research discusses the design, manufacture, and analysis of the Smart Stick system based on FPGA Xilinx Spartan 6 on Nexys3 development board with Bluetooth communication interface. This system is developed from previous Smart Stick prototype for blind people that serve as walking aid in determining direction. The method used in this research follows the Software Development Life Cycle (SDLC). The VHDL programming language is use in configuring the FPGA system. This system will integrate the FPGA with Bluetooth interface module, infrared sensor with integrated ADC microcontroller as obstacle detector module, and buzzer module. This system has a percentage error of 5.32% ± 2.05% in the infrared obstacle detector module and can be work optimal to a distance up to 25 m on outdoor and 20 m on indoor with 6 cm glass partition. Overall features of the system have been working and ready to be used and connected to the other devices to complete the Smart Stick System.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Jenas Anjani
Abstrak :
KeepSight adalah kampanye dengan tujuan utama mendorong orang-orang dengan diabetes untuk melakukan pemeriksaan mata rutin. Dengan mengidentifikasi masalah sejak dini saat masih bisa diobati, inisiatif ini berpotensi mencegah kebutaan yang terkait dengan diabetes. Kampanye ini menekankan pentingnya pemeriksaan mata secara rutin dan bertujuan meningkatkan kesadaran di antara pasien diabetes tentang risiko terhadap penglihatan mereka, memastikan mereka mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan mata mereka. KeepSight juga bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan, memanfaatkan keahlian dan sumber daya mereka untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan memaksimalkan dampak pesannya. Melalui materi edukasi, penjangkauan masyarakat, dan kemitraan dengan profesional medis, KeepSight berusaha menjadikan pemeriksaan mata rutin sebagai praktik standar bagi individu dengan diabetes. Meskipun Australia memiliki beberapa ahli optometri dan oftalmologi terbaik di dunia, banyak orang Australia dengan diabetes kehilangan penglihatan mereka karena mereka tidak menyadari bagaimana kondisi mereka mempengaruhi mata mereka pada tahap awal. Kurangnya kesadaran dan intervensi tepat waktu ini menyebabkan kebutaan. KeepSight mengatasi masalah ini dengan membuat lebih mudah bagi individu untuk mengatur pemeriksaan mata diabetes rutin, dengan demikian mempromosikan deteksi dini dan pengobatan kondisi mata terkait diabetes. Kampanye ini menyederhanakan proses penjadwalan pemeriksaan mata, memberikan pengingat dan dukungan untuk memastikan pasien tidak melewatkan janji mereka. Dengan menghilangkan hambatan untuk mengakses perawatan mata, KeepSight bertujuan mengurangi secara signifikan kejadian kehilangan penglihatan terkait diabetes di Australia, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka yang terkena dampak kondisi ini. ......KeepSight is a campaign with the primary goal of encouraging people with diabetes to sign up for routine eye exams. In identifying issues early when they are still treatable, this initiative presents a unique opportunity to prevent diabetes-related blindness. The campaign emphasizes the importance of regular eye check-ups and aims to increase awareness among diabetic patients about the risks to their vision, ensuring they take proactive steps to maintain their eye health. KeepSight also collaborates with healthcare providers, leveraging their expertise and resources to reach a wider audience and maximize the impact of its message. Through educational materials, community outreach, and partnerships with medical professionals, KeepSight strives to make routine eye exams a standard practice for individuals with diabetes. Although Australia is home to some of the best optometrists and ophthalmologists in the world, many Australians with diabetes lose their sight because they do not recognize how their condition impacts their eyes at an early enough stage. This lack of awareness and timely intervention leads to blindness. KeepSight addresses this issue by making it more straightforward for individuals to arrange routine diabetes eye exams, thereby promoting early detection and treatment of eye conditions related to diabetes. The campaign simplifies the process of scheduling eye exams, providing reminders and support to ensure patients do not miss their appointments. By removing barriers to accessing eye care, KeepSight aims to significantly reduce the incidence of diabetes-related vision loss in Australia, ultimately improving the quality of life for those affected by this condition.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Zalfa Meutia Abubakar
Abstrak :
Pendahuluan: Lesi serebral intrakranial, khususnya tumor, awalnya dapat muncul sebagai gejala oftalmik akibat adanya massa dan/atau peningkatan tekanan intrakranial yang mengganggu jalur penglihatan, jaringan mata, dan saraf. Diagnosis dini tumor otak penting untuk mencegah gangguan penglihatan dan/atau kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Namun, rendahnya kesadaran pasien tentang pentingnya manajemen bedah saraf yang tepat waktu sering mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analitik untuk mengetahui kebutaan akibat tumor otak. Data dari 54 pasien pada tahun 2020, dikelompokkan berdasarkan karakteristik demografi, dianalisis untuk mengeksplorasi hubungan antara durasi dari timbulnya gejala hingga kunjungan medis pertama dan terjadinya kebutaan pada pasien tumor otak. Hasil: 35 (64,81%) pasien tumor otak ditemukan mengalami kebutaan. Temuan penelitian ini mengungkapkan adanya hubungan antara kebutaan pada pasien tumor otak dan durasi dari timbulnya gejala hingga kunjungan medis pertama dan konsultasi bedah saraf. Pasien yang mengalami keterlambatan dalam berkonsultasi dengan dokter layanan primer dan/atau bedah saraf sejak gejala awal menunjukkan insiden kebutaan yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan pentingnya mencari pertolongan medis segera. Kesimpulan: Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya intervensi medis yang tepat waktu dan konsultasi bedah saraf khusus untuk mengurangi kejadian kebutaan di antara pasien tumor otak. Hal ini menekankan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat, sistem rujukan yang efisien, dan pertolongan medis yang cepat untuk meringankan beban kebutaan pada populasi pasien tumor otak. ......Introduction: Intracranial cerebral lesions, particularly tumours, can initially present as ophthalmic symptoms due to masses and/or elevated intracranial pressure disturbing the visual pathway, ocular tissues, and nerves. Early diagnosis of brain tumours is crucial to prevent irreversible visual impairment and/or blindness. However, low patient awareness about the importance of timely neurosurgical management often results in delayed diagnosis and treatment. Methods: This study utilized an analytic cross-sectional design to investigate blindness related to brain tumours. Data from 54 patients in 2020, stratified by demographic characteristics, were analyzed to explore the association between the duration from symptom onset to the first medical visit and the occurrence of blindness in brain tumor patients. Results: 35 (64.81%) brain tumour patients were found to be blind. The study findings revealed an association between blindness in brain tumour patients and the duration from symptom onset to both the first medical visit and neurosurgery consultation. Patients experiencing delays in consulting a primary care physician and/or a neurosurgeon from the initial onset of symptoms exhibited a higher incidence of blindness, highlighting the importance of seeking prompt medical attention. Conclusion: This study underscored the critical need for timely medical intervention and specialized neurosurgical consultation to mitigate the incidence of blindness among brain tumour patients. It emphasized the necessity for increased public awareness, efficient referral systems, and prompt medical attention to alleviate the burden of blindness in patients with brain tumour.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library