Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imantya Putri
"Kelompok tari Kencana Pradipa mengalami pergeseran cara belajar. Anggota yang sekarang dirasa kurang serius dan tidak menunjukkan semangat yang setinggi anggota terdahulu. Belajar menari yang tergolong dalam kegiatan belajar motorik melibatkan proses-proses yang menandakan dibutuhkannya self-regulated learning, yang digerakkan oleh goal yang ingin dicapai. Sebanyak 32 anggota klub tari Kencana Pradipa diminta untuk menuliskan goal mereka di Kencana Pradipa serta mengisi alat ukur Self-regulation Scale (SRS) yang mengukur enam komponen self-regulated learning. Berdasarkan goal yang disebutkan, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok dengan goal meningkatkan kemampuan tari dan kelompok dengan goal lain-lain. Hasil pengujian statistik dengan independent sample T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut dalam total skor self-regulated learning (t= 1.194, p = 0.242). Namun ketika ditinjau dari enam komponen self-regulated learning, terdapat perbedaan pada komponen reflection (U = 71.00, p = 0.030). Analisis tambahan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komponen self-efficacy pada partisipan yang tergolong sering terpilih dan tidak terpilih untuk mengikuti penampilan selama bergabung bersama Kencana Pradipa (t = -2.635, p = 0.013).

Members of Kencana Pradipa dance group are showing changes of learning behavior. The current members are not seen as spiritful and serious as the past members on every learning session. Learning to dance is categorized as a form of motor learning, which involves processes that hinted the role of self-regulated learning, driven by the goal set. 32 members of Kencana Pradipa dance group were asked to write what they‟re trying to achieve by joining Kencana Pradipa, and asked to fill the Self-regulation Scale (SRS). SRS is measuring self-regulated learning by its six components. After writing down goals, participants were divided into two groups, the first being those who want to improve their dancing skills and the second is those who have other goals. Statistical analysis using independent sample T-test method shows that there are no difference between the two groups in terms of self-regulated learning as a whole (t = 1.194, p = 0.242), but there is a significant different in the reflection component (U = 71.00, p = 0.030). Additional analysis shows that there is a significant difference in the self-efficacy component between participant who are often choosen to be a part of a dance team to appear in a show during their membership in Kencana Pradipa and those who are not choosen (t = -2.635, p = 0.013)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Widowati
"ABSTRAK
Latah sebagai salah satu culture bound syndrome yang dlkaitkan dengan
gangguan psikopatologi yang menunjukkan adanya gangguan kecemasan temyata
semakin meluas dan tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Latah
adalah suatu bentuk reaksi keterkejutan yang tidak dapat dikendalikan. Fenomena
latah temyata juga muncul dan meluas dalam kelompok seni dan dapat menjadi ciri
kelompok tersebut. Berkembangnya latah dalam kelompok menunjukkan bahwa
latah dapat 'menular', berarti dalam kelompok tersebut diasumsikan perilaku latah
timbul akibat dari suatu proses belajar sosial.
Tujuan penelitian ini adalah ingin menelaah proses timbulnya latah dalam
suatu kelompok seni tari yang dikaitkan dengan teori belajar sosial dari Bandura
serta faktor-faktor yang berpengamh dalam proses timbulnya latah.
Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai anggota kelompok seni tari
mahasiswa yang latah dengan ketentuan minimal telah enam bulan mengalami
latah.
Dari penelitian kualitatif ini diperoleh hasil bahwa timbul dan
berkembangnya latah pada kelompok seni tersebut dapat diterangkan melalui
proses modeling. Kekhususan perilaku latah menarik perhatian sekelilingnya
sehingga fenomena tersebut mudah diingat. Kemudian dengan banyaknya stimulasi
dalam kelompok yaitu upaya untuk saling mengejutkan sesama anggota kelompok
membuat adanya proses latihan sehingga latah menjadi mudah diingat dan menjadi
suatu kebiasaan. Diterimanya perilaku latah sebagai suatu ciri kelompok serta
dianggap bisa memperluas pergaulan dapat menjadi penguat {reinforcement) bagi
pelatah.
Untuk penelitian lanjutan dapat mengunakan pendekatan teori lain seperti
psikoanalisa sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang
perbedaan bentuk-bentuk reaksi latah."
1998
S2718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library