Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
Abstrak :
ABSTRAK Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.
ABSTRACT Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
Abstrak :
Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor. ......Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tio Angger Pertama
Abstrak :

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari mekanisme ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) dan ekstrak ubi ungu (Ipomoea Batatas) sebagai inhibitor korosi ramah lingkungan untuk API 5L pada lingkungan 0,2 M HCl. Karakterisasi kedua inhibitor dilakukan dengan pengujian FTIR dan menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada kedua inhibitor tersebut adalah senyawa flavonoid. Pengujian polarisasi potensiodinamik dan EIS dengan variasi penambahan inhibitor serta campuran antara kedua inhibitor dilakukan untuk mempelajari sifat inhibisi, dari penelitian ini dapat diketahui bahwa masing- masing kedua inhibitor dapat digunakan sebagai inhibitor ramah lingkungan sedangkan campuran antara kedua inhibitor tersebut tidak dapat melindungi logam API 5L pada lingkungan 0,2 M HCl. Dari pengujian polarisasi potensiodinamik menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak daun kelor maka laju korosi akan semakin menurun dan nilai efisiensi inhibisi semakin naik dengan nilai tertinggi adalah 73,08%, sedangkan dengan penambahan konsentrasi inhibitor ekstrak ubi ungu laju korosi semakin turun dengan nilai efisiensi inhibisi maksimal sebesar 65,31%. Namun hasil pengujian polarisasi potensiodinamik untuk kombinasi kedua inhibitor menunjukkan nilai laju korosi yang semakin meningkat. Hasil pengujian EIS menunjukkan bahwa kedua inhibitor ini dapat melindungi logam dengan membentuk sebuah lapisan film yang melapisi permukaan logam. Mekanisme adsorpsi inhibitor menunjukkan sebagai mekanisme adsorpsi secara fisik serta sesuai dengan model dari Langmuir untuk inhibitor ekstrak daun kelor dan Temkin untuk ekstrak ubi ungu.


This research was conducted to study the mechanism of Moringa Oleifera leaf extract and purple sweet potato extract (Ipomoea Batatas) as green corrosion inhibitors for API 5L in the environment of 0.2 M HCl. The characterization of the two inhibitors was carried out by FTIR testing and showed that the compounds contained in the two inhibitors were flavonoids. Testing of potentiodynamic polarization and EIS with variations in inhibitor addition and mixtures between the two inhibitors was carried out to study the inhibitory properties, from this study it can be seen that each of the two inhibitors can be used as green corrosion inhibitors while the mixture between the two inhibitors cannot protect the API 5L environment of 0.2 M HCl. From the potentiodynamic polarization test showed that by increasing the concentration of Moringa leaf extract inhibitors, the corrosion rate will decrease and the inhibition efficiency value increases with the highest value is 73.08%, whereas with the addition of the purple yam extract inhibitor concentration the corrosion rate decreases with the inhibition efficiency value maximum of 65.31%. However, the results of the potentiodynamic polarization test for the combination of the two inhibitors showed an increasing corrosion rate. The EIS test results show that these two inhibitors can protect the metal by forming a layer of film that lines the metal surface. The adsorption inhibitor mechanism shows as a mechanism of physical adsorption and in accordance with the model from Langmuir for Moringa leaf extract inhibitors and Temkin for purple sweet potato extract.

2019
T52525
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, John Barny
Abstrak :

ABSTRAK
Bangunan benteng menara merupakan salah satu bentuk bangunan benteng yang dibangun oleh Belanda di Indonesia. Ada empat buah bangunan benteng menara di Indonesia dan keempatnya berada di perairan Teluk Jakarta. Sisa bangunan benteng menara yang dapat kita jumpai hingga saat ini ada di Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Bidadari, dan Pulau Kelor. Sisa bangunan benteng menara yang ada di Pulau Kelor kemudian dijadikan obyek penelitian ini.

Melihat kondisi bangunan benteng menara Pulau Kelor yang sudah tidak utuh lagi, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk utuh bangunan benteng menara di Pulau Kelor sebelum mengalami kerusakan dengan menguji kembali pendapat yang diajukan oleh Francois Valentijn tentang konsep pendirian bangunan Belanda di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui fungsi serta peranan bangunan benteng menara di Pulau Kelor dalam sistem pertahanan di perairan Teluk Jakarta pada saat bangunan-bangunan benteng menaranya masih berfungsi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian arkeologi keruangan (spatial archaeology), Penelitian ini juga menggunakan pendekatan komparatif dan analogi sejarah dalam proses pengolahan data dan penafsiran data. Pada pendekatan komparatif, bangunan benteng menara Pulau Kelor dibandingkan dengan sisa bangunan benteng menara di Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Bidadari serta beberapa bangunan benteng menara di Belanda. Sedangkan analogi sejarah digunakan untuk menjawab permasalahan yang timbul pada saat melakukan analisis khusus dan analisis konstektual ataupun pendekatan komparatif dengan menggunakan data atau sumber sejarah.

Dari analisis yang dilakukan dengan metode-metode yang ada maka disimpulkan bahwa bentuk bangunan benteng menara Pulau Kelor sebelum mengalami kerusakan adalah berdenah lingkaran dengan diameter sisi luar dinding lingkar 14 meter. Dinding terbuat dari bata dan memiliki ketebalan 2,5 meter. Bangunannya terdiri dari dua lantai dengan pintu masuk berada di lantai kedua pada sisi Tenggara. Lantai pada tingkat kedua terbuat dari kayu berbentuk balok dan papan. Tidak ditemukan adanya pembagian ruang dalam bangunan, parit keliling, dan kakus. Fungsi bangunan benteng menara pada umumnya adalah sebagai bagian dari sistem pertahanan, demikian pula dengan bangunan benteng menara di Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan Pulau Onrust yang terletak di perairan Teluk Jakarta. Bangunan benteng menara di keempat pulau di perairan Teluk Jakarta dibangun antara tahun 1851-1853 dan memiliki tugas mengamankan Pulau Onrust, yang saat itu berfungsi sebagai galangan kapal Belanda (VOC).
1998
S11747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nora Amalia Hayati
Abstrak :
Latar belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue (DENV) dan ditularkan oleh nyamuk. Peningkatan kasus DBD masih menjadi masalah kesehatan utama di berbagai negara. Belum terdapat obat antivirus spesifik untuk mengobati atau mencegah infeksi DENV. Moringa oleifera, atau dikenal dengan tanaman kelor, memiliki kandungan bioaktif sebagai antivirus. Pada penelitian sebelumnya, Moringa oleifera memiliki potensi sebagai antivirus DENV dengan nilai IC50 31.51μg/ml,CC50>320μg/ml,danSI>10,2.Namun,mekanismepenghambatannya masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme penghambatan replikasi DENV-2 oleh fraksi butanol dari ekstrak etanolik daun Moringa oleifera. Metode: DENV-2 secara in vitro diinfeksikan terhadap sel Vero serta diberi perlakuan ekstrak melalui mekanisme penghambatan yang berbeda yaitu: pre, prepost, post, dan entry step. Metode focus assay dan MTT assay digunakan untuk mengetahui persentase penghambatan dan persentase viabilitas. Hasil: Hasil persentase viabilitas pada perlakuan entry step, pre, pre-post dan post adalah 106,2 %, 125,3%, 112,6% dan 111,8%. Sementara itu, nilai persentase penghambatan tiap perlakuan secara berurutan adalah sebesar 7,42%, 100%, 95,91% dan 93,76% Kesimpulan: Fraksi butanol dari ekstrak etanolik daun Moringa oleifera secara aman memiliki efek antivirus baik pada awal maupun akhir infeksi. Mekanisme penghambatan dengan hasil yang lebih baik ditunjukkan oleh perlakuan pre diikuti perlakuan prepost, post, dan entry step. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab mengenai kandungan zat bioaktif spesifik yang berperan dalam inhibisi ekstrak daun M. oleifera terhadap DENV. ......Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by the dengue virus (DENV) and is transmitted by mosquitoes. The increase in dengue cases is still a major health problem in many countries. There are no specific antiviral drugs to treat or prevent DENV infection. Moringa oleifera, otherwise known as the Moringa plant, has bioactive properties as an antiviral. In previous studies, Moringa oleifera has potential as a DENV antiviral with IC50 values of IC50 31.51 μg/ml, CC50 >320 μg/ml, and SI >10,2. However, the mechanism of inhibition is still unknown. This study aimed to determine the mechanism of inhibition of DENV-2 replication by the butanol fraction of the ethanolic extract of Moringa oleifera leaves. Method: DENV-2 was infected with Vero cells in vitro and treated with extracts through different inhibition mechanisms, namely: pre, prepost, post, and entry step. Focus assay and MTT assay methods were used to determine the percentage of inhibition and the percentage of viability. Result: The results of the percentage of viability in the entry step, pre, pre-post and post treatments were 106.2%, 125.3%, 112.6% and 111.8%. Meanwhile, the percentage inhibition values for each treatment were respectively 7.42%, 100%, 95.91% and 93.76%. Conclusion: The butanol fraction of the ethanolic extract of Moringa oleifera leaves safely has an antiviral effect both at the beginning and at the end of the infection. The inhibition mechanism with better results was shown by pre treatment followed by prepost, post, and entry steps. However, further research is needed to answer the specific content of bioactive substances that play a role in the inhibition of M. oleifera leaf extract against DENV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian untuk mengamati pertumbuhan dan produksi rumput. Setar splendida yang di semprot ekstrak daun kelor (Moringa aliefera) dan pemupukan sulfur an -organik telah dilaksanakan di rumah kaca Fak.Pertanian Universitas mataram pada bulan Oktober 2003 sampai Desember 2003....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Suzana
Abstrak :
Indonesia adalah Negara dengan prevalensi anemia sebesar 21,7%, menurut WHO termasuk derajat sedang, dan khusus anemia defisiensi besi pada wanita usia subur 15-50 tahun prevalensi sebesar 33,1%. Penelitian ini menggunakan daun kelor (Moringa oleifera L) sebagai suplemen penambah darah super nutrisi untuk membantu mengatasi anemia dan masalah kurang gizi pada masyarakat. Disain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol dan tersamar ganda, bertujuan untuk menguji efektifitas kapsul ekstrak air daun kelor terhadap nilai hematologi dan biokimia darah pada wanita yang menderita anemia (Hb 8-12 g/dl) dibandingkan dengan kapsul sulfas ferossus sebagai standar. Penelitian ini dilakukan pada 35 orang wanita usia 16- 49 tahun(17 orang kelompok kelor dan 18 orang kelompok kontrol) diberikan kapsul daun kelor dengan dosis 1400 mg setiap hari selama 3 minggu. Setelah dilakukan intervensi, selisih nilai parameter (sebelum dan sesudah terapi) yang signifikan pada kelompok kelor adalah (0.794±0.81) untuk hemoglobin, nilai feritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) dan trombosit menurun sebesar (36529.41±59024.48). Sedangkan kelompok kontrol selisih nilai parameter yang signifikan adalah pada hemoglobin (0.644± 0.83), eritrosit (0.475±0.523), hematokrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). Perbandingan efektifitas daun kelor dengan terapi standar menghasilkan perbedaan signifikan pada peningkatan nilai hematokrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96), dan penurunan trombosit (55251.634±23404). Dan kesimpulannya bahwa daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai terapi anemia defisiensi besi.
Indonesia is a country with a prevalence of anemia of 21.7%, and the prevalence for iron deficiency anemia in non-pregnant women of age 15-50 years 33.1 % . This study investigated the efficacy of Moringa oleifera L leaves extract as an iron booster and supplement to help overcome anemia and malnutrition in the community. It was a randomized, double blind, placebo controlled study in anemic women (hemoglobin 8-12g/dl), in which the water extract of Moringa leaves was examined as an add on therapy in subject treated with ferrous sulphate (200mg/tablet). Thirty five women subject of 16-49 years old were divided into 17 of Moringa leaves and 18 of control. The extract of Moringa leaves of 1400 mg was formulated in capsules and was administrated daily for 3 weeks. The result showed that after 3 weeks of treatment, there were significantly increase of mean of hemoglobin (0.794±0.81), ferritin (29.378±42.48), MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) (2.459±2.86), RDW (Red Distribution Wide) (1.4±2.07) and decreas of platelets (36529.41±59024.48). The control groups were significantly increased of mean of the hemoglobin (0.644± 0.83), erythrocytes (0.475±0.523), hematocrit (2.189±4.08), MCV (Mean Corpuscular Volume )( 4.756±8.91), MCH (2.183±2.47) dan RDW (2.844±2.80). The hematocrit (3.14±1.47), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobi ) (3.495±1.33), MCHC (3.264±0.96) values of Moringa leaves were significantly higher (p<0.05), whereas the platelets counts (55251.634±23404) of Moringa leaves were significantly lower (p<0.05) than those of control group. It can be concluded that Moringa leaves aqueous extract could improve iron deficiency anemia in women.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Lieana
Abstrak :
Latar Belakang: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) merupakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah resisten terhadap antibiotik methicillin. Saat ini, MRSA masih merupakan ancaman di seluruh dunia. Infeksi MRSA dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan yang mampu menangani MRSA di masa mendatang. Daun kelor atau Moringa oleifera dikenal memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah sebagai antibakteri. Maka dari itu, peneliti mengusulkan untuk melakukan penelitian terkait potensi ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA. Metode: Penelitian dilakukan dengan uji eksperimental melalui metode makrodilusi. Makrodilusi dilakukan baik pada ekstrak etanol daun kelor maupun vankomisin. Makrodilusi pada ekstrak etanol daun kelor dilakukan untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak tersebut terhadap bakteri MRSA. Sedangkan makrodilusi pada vankomisin dilakukan sebagai pembanding. Hasil: Pada penelitian ini tidak ditemukan efek antibakteri ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) terhadap bakteri MRSA. Hal tersebut terbukti dengan tidak ditemukannya konsentrasi hambat minimun (KHM) maupun konsentrasi bunuh minimum (KBM) pada percobaan ini. Pembahasan: Hasil pada penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan. Perbedaan tersebut dapat terjadi akibat beberapa faktor. Peran ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antibakteri terhadap MRSA dapat diteliti lebih lanjut dengan metode yang berbeda ataupun konsentrasi yang lebih tinggi. ......Background: Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a group of bacteria (Staphylococcus aureus) which are found to be resistant against antibiotics called methicillin. Nowadays, MRSA is still becoming a threat across the globe. Infections caused by MRSA may cause various complications. Due to this fact, proper-management is needed to deal with MRSA in the future. Moringa oleifera has been popularly known for its benefits, one of which is the antibacterial effect. Therefore, the author proposed to do a research on the potential of Moringa oleifera ethanol extract as an antibacterial agent against MRSA. Method: The research done is an experimental test using macrodilution method. Macrodilution was done on both the ethanol extract and vancomycin. Macrodilution on the extract was done to discover its antibacterial effect against MRSA, while macrodilution on vancomycin was done as a comparison. Results: In this research, there is no antibacterial effect found from Moringa oleifera extract against MRSA. This result is supported by the absence of minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) in this experiment. Discussion: The result in this research was different from some previous research findings. The difference might be caused by several factors. The role of Moringa oleifera extract as antibacterial agent against should be further studied using different methods or higher concentration.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopiana
Abstrak :
Kandungan zat besi yang tinggi dari daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) diduga berkhasiat mengatasi anemia defisiensi besi melalui peningkatan jumlah sel darah merah sehingga dapat meningkatkan viskositas darah dan resistensi perifer pembuluh darah yang mempengaruhi tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 70% daun kelor terhadap tekanan darah tikus putih betina anemia. Tiga puluh enam ekor tikus betina galur Sprague-Dawley dibagi dalam enam kelompok yaitu kontrol normal, induksi, Fero Fumarat, dan tiga kelompok dosis ekstrak daun kelor. Induksi anemia dengan larutan anilin 10% (0,005 mL/g bb) diberikan pada setiap kelompok perlakuan, kecuali kelompok kontrol normal. Pada hari ke-3 dan 4 tidak diberikan perlakuan, selanjutnya pada hari ke-5 diberikan sediaan uji berupa larutan CMC 0,5% (kontrol normal dan induksi), Fero Fumarat, dan ekstrak daun kelor dengan dosis 198; 396; dan 792 mg/200g bb hingga hari ke-10. Pengukuran tekanan sistol, diastol, dan darah rata-rata dilakukan pada hari ke-5 dan 11 menggunakan alat pengukur tekanan darah non-invasif CODA®. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dengan dosis 198 mg/200g bb dapat meningkatkan tekanan sistol, diastol, dan darah rata-rata secara bermakna (p < 0,05) pada hari ke-11 pengujian, namun pada dosis lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p ≥ 0,05) antar kelompok. ......High iron content of Moringa leaves (Moringa oleifera Lamk.) could be expected to be useful in dealing with iron deficiency anemia by increasing the number of red blood cells that can increase blood viscosity and peripheral vascular resistance that affect blood pressure.This study aimed to determine the effect of 70% ethanol extract of Moringa leaves on blood pressure anemia white female rats. Thirty-six female rats of Sprague-Dawley strain were divided into six groups: normal control, induction, Fero fumarate, and three dose groups of Moringa leaf extract. Induction of anemia by 10% solution of aniline (0.005 mL / g b.w.) is given in each treatment group, except for the normal control group. On days 3rd and 4th are not given treatment, then on day-5th given the solution CMC 0.5% (normal controls and induction), Fero fumarate, and moringa leaf extract at dose 198; 396, and 792 mg / 200g b.w. until day 10th. Measurement of systolic, diastolic, and mean blood pressure performed on day 5th and 11th using CODA® non-invasive blood pressure. Result from analysis of blood pressure data showed that 70% ethanol extract of Moringa leaves dose 198 mg/200g bw can increase systolic, diastolic, and mean arterial blood pressure were significantly (p <0.05) on day 11 of testing, but the other dose showed no significant difference (p ≥ 0.05) between groups.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
Abstrak :
ABSTRAK
Mengingat angka kejadian gizi buruk dan anak pendek di Indonesia serta minimnya alternatif makanan untuk anak autisme, maka penulis ingin membuat cookies non-terigu berprotein tinggi dengan memanfaatkan bahan produksi pangan Indonesia, yaitu tepung ikan teri, tepung daun kelor, dan tepung mocaf. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan acak lengkap. Panelis dalam penelitian ini adalah 45 mahasiswa FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cookies yang paling disukai panelis adalah cookies 144 yang memiliki kandungan tepung mocaf sebesar 34.0 ,tepung ikan sebesar 8.5 , dan tepung daun kelor sebesar 8.5 . Penelitian membuktikan adanya perbedaan signifikan terkait penilaian warna,aroma, after taste, dan keseluruhan cookies p < 0,05 namun tidak pada variabel tekstur, dan rasa p > 0,05 . Berdasarkan hasil uji laboratarium, cookies 144 memiliki kandungan gizi yaitu energi 415,82 kkal; air 11,04 gram; abu 3,483 gram; lemak 14,78 gram; protein 11,80 gram; dan karbohidrat 58,90 gram. Penambahan tepung mocaf, tepung ikan teri, dan tepung daun kelor meningkatkan jumlah protein, lemak, karbohidrat, kadar air, dan kadar abu.
ABSTRAK
The incidence of malnutrition and short children in Indonesia increase and the lack of alternative food for children with autism, hence the authors want to make high protein non wheat cookies by utilizing Indonesian food production which is mocaf flour, anchovy fish flour, and moringa flour. This research is an experimental research that using completely randomized design method. Panelists for hedonic test in this research are 45 students from Faculty of Public Health UI. The results showed that cookies most favored panelists were cookies 144 which contained mocaf flour by 34.0 , fish flour by 8.5 , and moringa flour by 8.5 . Studies have shown significant differences in color, aroma, after taste, and overall cookies p 0.05 . Based on laboratorium analysis, the nutrient contents of cookies 144 are 415,82 kcal of energy 11,04 gram of water 3,483 gram of ash 14,78 gram of fat 11,80 gram of protein and 58,90 gram of carbohydrate. The addition of mocaf flour, fish flour, and moringa flour can improve the content of protein, fats, carbohydrate, water, and ash.
2017
S68778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>