Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Media Apriliana
"Angka Kematian Neonatal berdasarkan data SDKl 20112-2003 adalah 20 per 10011 kelahiran hidup, sebagian kematian neonatal (60%) terjadi pada saat bayi berumur 0 - 7 hari (kematian neonatal dini) dan 40%nya adalah kematian bayi dengan umur 8 - 28 hari (kematian neonatal lanjut). Banyaknya proporsi persalinan di rumah daripada di rumah bersalin atau sarana kesehatan tidak mencerminkan perubahan prilaku petugas dan masyarakat terhadap persalinan dan resikonya serta jaminan kualitas pelayanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tempat bersalin dengan kemarian neonatal di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2007. Penelitian dilakukan dengan menganalisa data sekunder dengan disain kasus kontrol.Kasus (142 bayi) adalah bayi yang lahir hidup dan meninggal dalam rentang usia 0- 28 hari pada periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2007 dan kontrol (142 bayi) adalah bayi yang lahir hidup dan masih bertahan hidup sampai dengan usia 28 hari yang tercatat pada register kohort ibu dan bayi oleh bidan desa di wilayah Kahupaten Lampung Selatan. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis regresi logistik.
Hasil penetitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh tempat bersalin baik di rumah sendiri maupun di rumah sakit atau rumah bersalin dengan kematian neonatal (p = 0,158 ; OR= 1,777 ;95''/oCI = 0,799-3,953) setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, rujukan, penolong persalinan, pelayanan antenatal dan pelayanan postnatal.Sementara itu variabel pelayanan antenatal (p = 0,000 ; OR=8,742 ; 95%CI=3,52-21,713), pelayanan postnatal (p=0,000 ; OR=18,685 ; 95%CI=6,236-55,986) dan rujukan (p=0,014 ; OR=0,370 ; 95%CI=0,167-0,819) mempunyai pengaruh terhadap kematian neonatal.

The neonatal mortality rate based on SDKI (Indonesian Demographic and Health Survey) 2002-2003 was 20 per 1000 live births. More than half mortality (60%) occured when babies were 0 - 7 days old (early neonatal mortality) meanwhile 40% was late neonatal mortality which happened when babies were 8 - 28 days old. The huge percentage of home birthing place compare to birth that took place in "'rumah bersalin or other health facility did not reflect behavior change of health officer and community on birth delivery and its risks and service quality assurance.
The objective of this research was to find out the influence of birthing place toward nenonatal mortality in South Lampung Regency in 2007.The research was done bY analyzing secondary data with case-control design. The cases (142 babies) were babies whiech were born alive and died when they were 0- 28 days old in January- December 2007. The controls (142 babies) were babies which were bomrn alive and still survive until 28 days old as data found in cohort register of mother and baby done by village midwives in area of South Lampung Regency. Logistic regression was used to analyze the data.
The result showed that there was no relation between home birthing place nor "rumah bersalin/hospital birthing with neonatal mortality (p = 0,158 ; OR = I,777 ; 95%CI = 0,799-3,953) after being controlled by another variables such as sex, referral, birth attendant, antenatal care and postnatal care. Meanwhile variable antenatal care (p=0,000 ; OR=8,742 ; 95%CI=3,52-21,713), postnatal care (p=0,000 ; OR=818,685 ; 95%CI=6,236-55,986) and refferal (p=0,014 ; OR=0,370 ; 95%CI=0,167-0,819) related to neonatal mortality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Catur Wijayanti
"ABSTRAK
Status kesehatan bayi merupakan salah satu indikator yang sensitif untuk menilai kesehatan masyarakat di suatu negara. Penilaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator yang tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal, yaitu 0-28 hari pertama kehidupan. Data SDKI menunjukkan angka kematian neonatal dari tahun 1993-1997 sebesar 25 menjadi 20 per 1.000 kelahiran pada tahun 1998-2002, dan kemudian pada tahun 2003-2007 Angka Kematian Neonatal (AKN) menjadi 19 per 1.000 kelahiran (BKKBN dkk, 1997, 2003, 2007).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah anak yang dilahirkan dengan kejadian kematian neonatal berdasarkan data SDKI Tahun 2007. Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional menggunakan data SDKI Tahun 2007 dengan sampel sebanyak 15.273. analisis multivariat menggunakan Logistic Regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jumlah anak yang dilahirkan terhadap kejadian kematian neonatal dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, riwayat operasi saesar dan jenis kelamin. Diketahui nilai POR sebesar 2,314 (95% CI : 1,122-4,7722) artinya ibu dengan jumlah anak yang dilahirkan 1 dan ≥ 4 memiliki risiko 2,314 kali untuk terjadinya kematian neonatal dibandingkan ibu yang memiliki jumlah anak yang dilahirkan 2-3 setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan, jarak lahir, kunjungan ANC, tempat persalinan, operasi saesar dan jenis kelamin.

ABSTRACT
Health status of infant is one sensitive indicator to assess the public health in a country. Public health status assessment can be done by looking at some indicators that reflected in the condition of morbidity, mortality and nutritional status. Public health in Indonesia is illustrated by infant mortality Rate (IMR), Child Mortality Rate (CMR) and Maternal Mortality Rate (MMR). Several studies have shown that more than 50% of infant deaths occur in the neonatal period, that is the first 0-28 days of life. IDHS data shows that neonatal mortality rate from year 1993-1997 is 25 to 20 per 1.000 live births in 1998-2002 and Neonatal Mortality Rate (NMR) is 19 per 1.000 births in 2003-2007 (BKKBN et al, 1997, 2003, 2007).
This study aims to know the relationship of parity with neonatal mortality events based on IDHS data 2007. This study is done by using cross-sectional design using and taking the IDHS data 2007 with the samples of 15.273. in analysis of multivariate, it uses Logistic Regression.
The results show that the relationship of parity with neonatal mortality events are influenced by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, caesar operating history and gender. The value of POR known that is 2,314 (95% CI: 1,122 to 4,7722), it means that mother and parity 1 and ≥ 4 who have 2,314 times the risks for the occurrence of neonatal death than mother who has parity 2- 3 after controlled by education level, birth spacing, ANC visiting, childbirth place, Caesar operating and gender."
2013
T35917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarinah Bintang
"ABSTRAK
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiranhidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angkakematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko darikematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahirantunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risikotinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematianneonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi KesehatanIndonesia SDKI 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untukmengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengankematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 20072012dari wanita usia subur 15-49 tahun . Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar diIndonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahirankembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95 CI 1,43-4,01; p-value0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggikarena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengankehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlumembatasi jumlah anak.

ABSTRACT
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007 2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997 2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39 95 CI 1,43 4,01 p value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Anwarid Ardans Pratama
"Bayi usia dibawah satu bulan termasuk kedalam kategori usia dengan risiko gangguan kesehatan paling tinggi, risiko tersebut dapat berakibat fatal yaitu kejadian kematian apabila tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. Kematian neonatal di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat tersebut pada tahun 2022 mencapai 38,38% dari jumlah kematian neonatal pada tingkat nasional. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama 4 tahun cenderung meningkat, dengan peningkatan terbesar terjadi di Tahun 2022 dengan peningkatan sebesar 16% dibandingkan Tahun 2021. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan AKN yang dipengaruhi oleh kondisi spasial di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2022. Penelitian berdesain studi ekologi dengan unit analisis 105 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang dianalisis merupakan data agregat yang bersumber dari data sekunder berupa Profil Kesehatan Provinsi Tahun 2022 dan hasil Susenas Tahun 2022 yang dipublikasikan oleh BPS. Pemodelan dengan metode GWR diketahui bahwa dari 6 variabel yang dianalisis dalam model, terdapat 3 variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik dengan AKN yaitu variabel BBLR, kerapatan jalan, dan KN lengkap.

Babies aged under one month are included in the age category with the highest risk of health problems, this risk can have fatal consequences, namely death if they do not receive adequate health services. Neonatal deaths in Central Java Province, East Java Province and West Java Province in 2022 will reach 38.38% of the number of neonatal deaths at the national level. In the Yogyakarta Special Region Province, it has tended to increase over the past 4 years, with the largest increase occurring in 2022 with an increase of 16% compared to 2021. The aim of this research is to determine the determinants of AKN which are influenced by spatial conditions in the Provinces of Central Java, East Java, Java West and Special Region of Yogyakarta in 2022. The research has an ecological study design with analysis units of 105 districts/cities in the Provinces of Central Java, East Java, West Java and the Special Region of Yogyakarta. The data analyzed is aggregate data sourced from secondary data in the form of the 2022 Provincial Health Profile and the results of the 2022 Susenas published by BPS. Modeling using the GWR method shows that of the 6 variables analyzed in the model, there are 3 variables which have a statistically significant effect on AKN are the variables LBW, road density, and complete neonatal visit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Meuthia Basyadi
"Neonatal mortality contributes the highest portion in under-five mortality, globally. Similar pattern also occurred in Indonesia. Additionally, the decreasing rate of neonatal mortality in Indonesia is slower than infant mortality and under-five mortality. In addition to be used as a basis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional(RPJMN) 2020-2024, an understanding of the factors associated with neonatal mortality is important as they may differ from factors that affect infant and/or under-five mortality.
The data used for this study was the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS). Respondents of this study include births from ever-married-women, who died during their neonatal period in the past five years preceding the survey.
The results show that opposing trends can be seen in the factors proven to have significance in neonatal death. On one hand, second, third as well as fourth-and-so-on born, low birth weight, neonates with less than 24 months of birth interval compared with preceding birth, neonates with very small birth size, neonates with unemployed fathers, and neonates living in Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, and Papua had lower chance of surviving neonatal period. On the other hand, female neonates, neonates with unemployed mothers, and neonates whose mothers working in agricultural sector were more likely to survive neonatal period.
To address these results, provision of reproductive health education, encouragement programs for pregnant women to keep pre-existing medical illness under control and maintain their weight during pregnancy, awareness programs for mothers to take postnatal care, provision of basic education for fathers, law enforcement of more flexible maternity leave, and efforts to strengthen health facilities are needed.

Kematian neonatal memberikan kontributi tertinggi pada kematian balita, secara global. Pola serupa dapat dilihat di Indonesia. Selain itu, penurunan angka kematian neonatal di Indonesia lebih lambat jika dibandingkan dengan penurunan angka kematian bayi and kematian balita. Selain digunakan sebagai dasar dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemahaman mengenai faktor-faktor yang terkait dengan kematian neonatal diperlukan karena faktor-faktor tersebut mungkin berbeda dari faktor-faktor yang mempengaruhi kematian bayi dan/atau balita.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Responden dari penelitian ini adalah kelahiran dari wanita yang pernah menikah, yang meninggal selama periode neonatal dalam lima tahun terakhir sebelum survei.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tren yang berlawanan dapat dilihat pada faktor-faktor yang terbukti memiliki signifikansi pada kematian neonatal. Di satu sisi, lahir, kedua, ketiga serta keempat dan seterusnya, berat badan lahir rendah, neonatus dengan interval kelahiran kurang dari 24 bulan dibandingkan dengan kelahiran sebelumnya, ukuran kelahiran sangat kecil, neonatus dengan ayah yang menganggur, dan neonatus yang tinggal di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua memiliki peluang lebih rendah untuk lahir. Di sisi lain, neonatus wanita, neonatus dengan ibu yang menganggur, da neonatus yang ibunya bekerja di sektor pertanian lebih tinggi kemungkinannya untuk selamat pada saat periode neonatal.
Untuk mengatasi hasil-hasil ini, penyediaan pendidikan kesehatan reproduksi, program-program dorongan bagi wanita hamil untuk mengendalikan penyakit medis yang sudah ada sebelumnya dan menjaga berat badan mereka selama kehamilan, program-program kesadaran bagi para ibu untuk mengambil perawatan pascakelahiran, penyediaan pendidikan dasar untuk ayah, penegakan hukum cuti hamil yang lebih fleksibel, dan upaya untuk memperkuat fasilitas kesehatan diperlukan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coraima Okfriani
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan AKN paling tinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup. Pulau Jawa merupakan pulau yang dihuni lebih dari setengah penduduk Indonesia dengan jumlah kematian neonatal dini di Pulau Jawa paling tinggi se Indonesia berdasarkan laporan SDKI 2012. Selain itu dua provinsi di antaranya memiliki AKN di atas AKN nasional yaitu Banten dan Jawa Tengah. Kematian neonatal disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sosiodemografi pelayanan kesehatan karakteristik bayi lahir dan riwayat komplikasi ibu. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Pulau Jawa tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012 dengan jumlah sampel yang digunakan adalah 3662 sampel. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kematian neonatal dengan ibu yang berpendidikan rendah hubungan kematian neonatal dengan paritas ge 3 anak dan hubungan kematian neonatal dengan BBLR
Indonesia is one of country that has the highest NMR in Southeast Asia amounted to 17 per 1000 live births. Java island is a home to more than half population of Indonesia with the highest number of early neonatal mortality based on IDHS 2012 report. Moreover two provinces in Java Island Banten and Central Java have NMR above national. Neonatal mortality caused by multifactors for examples sociodemographic health care newborn characteristics and mother's complication history. According to that this study aims to know about the factors related to neonatal mortality in Java island in 2012 based on IDHS 2012 report. Method used secondary data analysis from IDHS 2012 report with numbered of sample are 3662. The results are there is association between association between neonatal mortality with low mother's education association between neonatal mortality with parity ge 3 kids and association between neonatal mortality with low birth weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Nurlaella Hadi
"Banyak program kesehatan maternal dan neonatal yang dijalankan di Indonesia, namun angka Kematian Bayi di Indonesiamasih tinggi, karena angka kematian neonatal masih tetap tinggi dan penurunannya berjalan lambat, yang salah satu penyebabnya adalah karena asfiksia bayi baru lahir (BBL). Asfiksia BBL tidak akan menyebabkan kematian dika ditangani dengan baik dan tepat waktu oleh penolong persalinan. Namun demikian, ketersediaan alat, pengetahuan dan keterampilan bidan di desa (BdD) dalam mengenai dan menangani asfiksia BBL, masih rendah, padahal 66% persalinan di Indonesia sudah ditangani oleh tenaga kesehatan, yang 55% diantaranya dilakukan oleh bidan. Oleh sebab itu, pelatihan manajemen asfiksia BBL perlu diberikan kepada BdD sebagai penolong persalinan.
ujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pelatihan manajemen asfiksia BBL terhadap ketrampilan BdD dan Angka Kematian Neonatal akibat asfiksia yang diteliti dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitaf. Pada penelitian kuantitatif digunakan desain kuasi eksperimen dengan metode time series, ang bertujuan untuk melihat dampak pelatihan manajemen asfikia BBL terhadap keterampilan BdD (diukur sebanyak 5 kali: sebelum pelatihan, segera setelah pelatihan, 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan setelah pelatihan) dan studi autopsi verbal dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk melihat dampak pelatihan manajemen asfiksia BBL terhadap Angka Kematian Neonatal akibat asfiksia. Desain kualitatif dengan metode studi kasus digunakan untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengalaman BdD dalam menangani kasus asfiksia BBL. Analisis yang digunakan adalah uji t berpasangan, analisis multilevel pada data longitudinal (LDA), chi square dan regresi logistik ganda.
Segera setelah pelatihan terjadi peningkatan nilai pengetahuan, sikap dan ketrampilan BdD dalam manajemen asfiksia BBL dibanding sebelum pelatihan dan nilai tersebut tetap dapat dipertahankan pada 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan setelah pelatihan. Peningkatan ketrampilan Bdd juga ditandai dengan semakin banyaknya BdD (60,1%) yang mampu menangani kasus asfiksia BBL, yang 89% diantaranya bernapas spontan dan teratur setelah diberikan langkah awal resusitasi dan ventilasi setiap 30 detik selama 2 menit. Faktor-faktor pada level pengukuran berulang, individu dan lingkungan memberikan konstribusi sebesar 62,4% terhadap variasi nilai ketrampilan antar BdD, sedangkan faktor yang mempengaruhi ketrampilan BdD adalah pengetahuan, sikap, pelatihan penyegaran, supervisi, jumlah kasus asfiksia BBL yang pernah ditangani dan angkatan pelatihan menurut wilayah.
Pelatihan manajemen asfiksia BBL kepada BdD mampu menurunkan rate kematian neonatal akibat asfiksi sebesar 46% (dari 5,0/1000 menjadi 2,7/1000 kelahiran hidup) dan menurunkan resiko kematian neonatal akibat asfiksia menjadi separuhnya dibanding sebelum pelatihan. kelahiran prematur, letak sungsang, dan ibu mengalami sesak napas pada waktu persalinan merupakan faktor penyulit yang berisiko menyebabkan terjadinya kematian neonatal akibat asfiksia, setelah dikontrol oleh pelatihan manajemen asfiksia BBL kepada BdD.
Asfiksia BBL merupakan kasus yang relatif jarang, oleh sebab itu, untuk mempertahankan ketrampilan BdD perlu dilakukan pelatihan penyegaran setiap 6 bulan dan supervisi setiap bulan yang disertai dengan pemberian umpan balik. Oleh karena persalinan di rumah oleh bidan di Indonesia masih tinggi, maka perluasan program pelatihan ini di kabupaten-kabupaten lain perlu dilakukan, sehingga Angka Kematian Neonatal dapat diturunkan dan tujuan pembangunan milenium ke-4 dapat tercapai. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
D643
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspitasari
"Tesis ini membahas mengenai ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilannya dengan kejadian kematian neonatal. Angka kematian neonatal di suatu daerah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan. Selain faktor penyebab langsung, juga terdapat berbagai faktor pemicu terjadinya kematian neonatal. Faktor tersebut meliputi faktor sosial ekonomi, faktor ibu, faktor pelayanan kesehatan, faktor neonatal, faktor persalinan dan pelayanan postnatal. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab kematian neonatal adalah kelengkapan kunjungan ANC, kunjungan neonatal, usia ibu, penolong persalinan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan tempat persalinan. Responden yang mengalami komplikasi kehamilan mulas sebelum 9 bulan memiliki peluang sebesar 1,021 untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan perdarahan berlebihan memiliki peluang sebesar 1,170 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami kommplikasi kehamilan demam memiliki peluang sebesar 1,153 kali untuk mengalami kematian neonatal, , responden yang mengalami komplikasi kehamilan kejang memiliki peluang sebesar 1,036 kali untuk mengalami kematian neonatal, responden yang mengalami komplikasi kehamilan dengan tanda bahaya lebih dari satu jenistanda bahaya seperti hipertensi, kepala pusing, posisi janin sungsang, dan oedema memiliki peluang sebesar 1,276 kali untuk mengalami kematian neonatal. Dan yang berkaitan dengan komplikasi kehamilan, diharapkan pemerintah melakukan upaya deteksi dini terhadapa komplikasi pada kehamilan dan perlu diikuti dengan pemantauan yang berkelanjutan pada kepatuhan ibu terhadap anjuran dari petugas kesehatan

This thesis discusses the pregnant women who experience complications during pregnancy with the incidence of neonatal mortality. Neonatal mortality rate in an area can be used as an indicator of the success of health care and health development programs. In addition to the direct causes, there are also many factors triggering the occurrence of neonatal mortality. These factors include socioeconomic factors, maternal factors, health service factors, neonatal factors, factors childbirth and postnatal care. This study used cross sectional design by using multiple logistic regression analysis. The results of this study indicate that the cause of neonatal mortality is completeness ANC, visit neonatal, maternal age, birth attendants, maternal education, maternal employment and the place of delivery. Respondents who experienced pregnancy complications heartburn before 9 months have a chance at 1,021 to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications excessive bleeding have a chance at 1,170 times to experience neonatal death, respondents who experienced kommplikasi pregnancy fever has the opportunity for 1,153 times to experience neonatal deaths , respondents who experienced pregnancy complications seizures have a chance at 1,036 times to experience neonatal death, respondents who experienced pregnancy complications with danger signs of more than one jenistanda hazards such as hypertension, headache, fetal position, breech presentation, and edema have a chance at 1,276 times to experience neonatal death. And associated with complications of pregnancy, it is expected the government to make efforts terhadapa early detection of complications in pregnancy and should be followed by continuous monitoring on compliance mother against the advice of health officials."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vony Julianti Kiding
"Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator tingkat pembangunan kesehatan dan kualitas hidup suatu negara. Kabupaten Banjar memiliki jumlah kematian neonatal tertinggi di Provinsi Kalimantan Selatan. Kematian neonatal tidak disebabkan oleh satu faktor saja melainkan multifaktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan tahun 2014-2015. Metode penelitian kasus kontrol, analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan bermakna dengan kematian neonatal adalah berat lahir bayi OR=5,8, 95 CI:3,0-11,1, pendidikan ibu OR=4,5, 95 CI:1,6-12,8, komplikasi kehamilan OR=2,7, 95 CI: 1,6-4,6, umur kehamilan OR=2,4, 95 CI: 1,1-5,0 , frekuensi kunjungan ANC standar OR=2,2, 95 CI:1,2-4,1, tempat persalinan OR=2,1, 95 CI:1,1-3,9 dan paritas OR=2,1, 95 CI:1,2-3,6, sedangkan pekerjaan OR=1,8, 95 CI:0,9-3,5 sebagai variabel confounding. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah berat lahir bayi. Bayi berat lahir ≤ 2500 gram memiliki risiko 5,8 kali 95 CI 3,0-11,1 lebih tinggi mengalami kematian neonatal dibanding bayi berat lahir> 2500 gram. Peningkatan wawasan dan kompetensi bidan melaui pelatihan penatalaksanaan kasus BBLR, strategi KIE mengenai faktor-faktor kematian neonatal serta membuat gagasan untuk meningkatkan kunjungan ANC standar perlu diupayakan untuk menurunkan angka kematian neonatal di Kabupaten Banjar.

Infant mortality rate is one indicator of health development level and quality oflife of a country. Kabupaten Banjar has the highest of neonatal mortality numbersin South Borneo. Neonatal mortality is not caused by a single factor but multifactor. This study aims to determine the factors associate with neonatal mortality in Kabupaten Banjar, South Borneo in 2014 2015. The methods of this study is case control, multivariate analysis used logistic regression. The results of this study indicate that the factors significantly associated with neonatal mortality are birth weight OR 5,8, 95 CI 3,0 11,1, maternal education OR 4,5, 95 CI 1,6 12,8, pregnancy complications OR 2,7, 95 CI 1,6 4,6 gestational age OR 2,4, 95 CI 1,1 5,0 , frequency of standard ANC visits OR 2,2, 95 CI 1,2 4,1, place of delivery OR 2,1, 95 CI 1,1 3,9 and parity OR 2,1, 95 CI 1,2 3,6 and occupational OR 1,8, 95 CI 0,9 3,5 as a confounding variabel. The factor that must impact is birth weight. Birth weight le 2500 gram is5,9 times higher 95 CI 3,1 11,3 to neonatal mortality than birth weight ge 2500gram. Increased insight and competence of midwife through training of case management of low birth weight, communication information and education strategies about factors of neonatal mortality and creates ideas for increase the ANC visits are required to reduce neonatal mortality in Banjar District.Keywords factors of mortality neonatal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Dariah
"Latar Belakang: Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapatdilihat dari status kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu salah satunya AngkaKematian Bayi. Penyumbang Angka Kematian bayi di kota Cimahi adalah AngkaKematian neonatal dimana pada tahun 2013 sebesar 83 Kematian bayi terjadipada periode neonatal dan pada tahun 2014 sebesar 76,9. Pada Tahun 2016terjadi kematian neonatal 50 orang dan kematian bayi 66 dan sebagaian besarterjadi pada periode neonatal. Dalam 7 tahun ke belakang Tahun 2009 - 2015 program penurunan kematian bayi khususnya kematian neonatal di Kota Cimahikurang signifikan bahkan cendrung naik pada Tahun 2016 dan belum adanyaanalisis mendalam terhadap penyebab kematian bayi.
Metode: Penelitian bersifat observasional dengan desain kasus kontrol.Kasus adalah bayi meninggal usia 0 sampai dengan 28 hari. Sedangkan kontroladalah bayi lahir hidup. Sampel dalam penelitian sebanyak 86 yang terdiri dari 43kasus dan 43 kontrol. Data penelitian data berupa data sekunder dari hasil laporanotopsi verbal kematian neonatal, buku KIA dan data primer yang diperolehlangsung dari responden melalui wawancara tertulis dan formulir. Analisa datasecara univariate dan bivariate dengan uji chi square.
Hasil Penelitian: Analisi faktor risiko menunjukkan variable pendidikan Nilai P=0,828, sosial ekonomi Nilai P=0,008; OR=4,440, Umur Ibu NilaiP=0,471; OR= 1,5930, paritas Nilai P = 0,375; OR= 1,640, Jarak persalinan nilai P= 0,009; OR= 7,935, Pekerjaan Nilai P= 0,000; OR= 15,333, Status Gizi nilai P = 0,016; OR=7.047, pengetahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan Nilai P=0,015; OR= 4,032, pengetahuan tentang tanda bahaya bayi baru lahir Pvalue= 0,001; OR= 10,982, Jenis Kelamin Nilai P= 0,512, Usia Getasi NilaiP=0,000; OR= 25,895, Asfiksia Nilai P=0,000; OR=2,870, BBLR NilaiP=0,000; OR=12,316, Infeksi Nilai P= 0,018; OR=2,344, faktor persalinan Nilai P= 1,000, Komplikasi P= 0,010; OR=3,496, post natal care nilai P=0,023; OR=5,161, Pemeriksaan ANC nilai P= 0,001 ; OR=5,914, IMD P=0,001; OR=12,500.
Kesimpulan : Faktor ekonomi keluarga, jarak kehamilan, pekerjaan, statusgizi, pengetahuan tentang bahaya kehamilan, pengetahuan tentang bahaya BBL,usia getasi, asfiksia, BBLR, infeksi, komplikasi post natal care, pemeriksaanANC dan intervensi IMD berhubungan dengan kematian neonatal.

Background: Health development conditions in general can be seen from thehealth status and nutrition of the community, one of which is the Infant MortalityRate IMR. The contributor of the Infant Mortality Rate in Cimahi city isneonatal mortality rate. In 2013 the incidenceof infant mortality in neonatal periodis 83 and 76.9 in 2014. In 2016, there are 50 of infant mortality and 60 ofneonatal mortality. In the past 7 years from 2009 to 2015 program todecreaseinfant mortality, especially neonatal mortality in Cimahi City is notsignificant,yet tend to increasein 2016 and there has not any deep analysis to whatcauses the infant mortality.
Methods: The study was observational with case control design. Cases areinfants dying from 0 to 28 days. While the controls arethe infants bornalive.Samples in this study were 86 consisting of 43 cases and 43 controls. The datacollected were secondary data from verbal autopsy report of neonatal death, KIAbook and primary data obtained directly from respondents through writteninterview and forms. Data analysis used univariate and bivariate data with chisquare test.
Results: Risk factor analysis showed educational variables P value 0.828, socioeconomic P value 0.008 OR 4.440, maternal age P value 0.471, OR 1.5930, parity P value 0.375 OR 1,640, Gestational Distance P value 0.009 OR 7,935, Occupation P 0,000 OR 15,333, Nutritional Status P 0.016 OR 7.047, maternal knowledge about pregnancy alert P 0.015 OR 4,032, knowledge of the newborn hazard Pvalue 0.001 OR 10,982, Gender P value 0.512, Age Gestation P 0,000 OR 25,895 Asphyxia P 0,000 OR 2,870, BBLR P 0,000 OR 12,316, Infection P 0.018 OR 2,344, labor factor P 1,000, Complications P 0.010 OR 3,496, post natal care P value 0.023 OR 5,161, ANC examination P value 0.001 OR 5,914, IMD P 0.001 OR 12,500.
Conclusions: Family economic factors, gestational distance, occupation,nutritional status, knowledge of pregnancy hazards, knowledge of BBL dangers,age of gestation, asphyxia, LBW, infections, postnatal care complications, ANCand intervention IMD are associated with neonatal mortality.Keywords Case control Risk Factors Neonatal Mortality.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>