Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara motivasi kerelawanan dan kepribadian narsisistik pada relawan di Indonesia yang berusia 18-29 tahun emerging adulthood. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan responden relawan yang berjumlah 2002 responden. Motivasi kerelawanan diukur dengan menggunakan Volunteer Function Inventory VFI, dan kepribadian narsisistik diukur dengan menggunakan Narcissism Personality Inventory NPI-13, kedua instrumen tersebut telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Pada motivasi kerelawanan, terdapat enam dimensi motivasi kerelawanan, yaitu nilai, karir, sosial, pemahaman, peningkatan harga diri, dan protektif. Pada kepribadian narsisistik, terdapat tiga dimensi kepribadian narsisistik, yaitu leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi nilai dengan kepribadian narsisistik grandiose exhibitionism, 2 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi karir dengan ketiga kepribadian narsisistik leadership/authority, grandiose exhibitionism, dan entitlement/exploitativeness, 3 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi sosial dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness, 4 terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara motivasi pemahaman dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 5 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerelawanan peningkatan harga diri dengan kepribadian narsisistik leadership/authority dan entitlement/exploitativeness, 6 terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi protektif dengan kepribadian narsisistik entitlement/exploitativeness. ......The purpose of this research is to examine the correlation between volunteering motivation and narcissistic personality among volunteer in Indonesia within age of 18 29 years old emerging adulthood. This research uses correlational method with 2002. Volunteering motivation was measured by Volunteer Function Inventory VFI and narcissistic personality was measured by Narcissism Personality Inventory NPI 13, both have been adapted to Bahasa Indonesia. Volunteering motivation consist of six dimensions which are values, career, social, understanding, enhancement, and protective. Narcissistic personality consists of three dimensions which are Leadership Authority, Grandiose Exhibitionism, and Entitlement Exploitativeness. The result indicated 1 there was significant negative correlation between value motivation and grandiose exhibitionism personality, 2 there was significant positive correlation between career motivation and three of the narcissistic personality leadership authority, grandiose exhibitionism, and entitlement exploitativeness, 3 there was significant negative correlation between social motivation and entitlement exploitativeness personality, 4 there was significant negative correlation between understanding motivation and two of the narcissistic personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 5 there was significant positive correlation between enhancement motivation and two of the narcissism personality, which are leadership authority and entitlement exploitativeness, 6 there was significant positive correlation between protective motivation and entitlement exploitativeness personality.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraini
Abstrak :
Pertengahan tahun 90-an, muncul sebuah istilah yang kemudian ramai dibicarakan, yaitu metroseksual. Metroseksual didefinisikan sebagai suatu gaya hidup, memiliki kecenderungan narsistik, yaitu pria yang sangat perhatian dengan penampilannya (penampilan dandy) (Kompas, 2003). Fenomena ini dilatarbelakangi oleh suksesnya gerakan feminis pada abad 20 yang menyuarakan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan, sehingga terjadi pergeseran paradigma mengenai berbagai aktifitas yang dahulunya dikategorikan bersifat feminin, kini dilakukan oleh kaum pria. Salah satu aktifitas yang dimaksud ialah mengikuti kontes atau pageant. Salah satu kontes yang terdapat di Indonesia ialah pemilihan AbangNone Jakarta. Fenomena yang menarik dalam pemilihan ini ialah ternyata terdapat individu-individu yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali, walaupun mereka sudah berhasil melewati seleksi awal dan menjadi finalis di tingkat wilayah. Bahkan ada yang mencoba mengikuti pemilihan ini sampai dengan empat kali, agar dapat lolos ke tingkat propinsi. Terdapat beberapa individu yang memiliki ketidakpuasan atas hasil penjurian dimana mereka merasa lebih pantas mendapatkan gelar tersebut. Reaksi marah terhadap kegagalan merupakan salah satu ciri dari individu yang narciss (Rhodewalt dan Morf, 1998). Rhodewalt dan Morf (1998) menemukan bahwa individu yang mendapatkan skor tinggi pada Narcissistic Personality Inventory memiliki kecenderungan untuk mengatribusikan keberhasilan dengan kemampuan mereka sehingga akan timbul reaksi marah apabila mengalami kegagalan. Self esteem yang dimiliki individu dengan gangguan narsistik sangat rapuh, sehingga mereka dipenuhi pemikiran mengenai performa mereka atau bagaimana mereka dinilai oleh orang lain, dan merespon kritikan, dengan perasaan marah dan malu. Millon (1994) mengemukakan sebuah konsep mengenai gaya kepribadian, yaitu gaya kepribadian narsisistik (narcissistic style personality). Mereka yang termasuk di dalamnya ialah individu dengan self-esteem tinggi, yang terlihat sangat percaya diri, merasa bahwa diri mereka spesial dan luar biasa, atau bahkan merasa ditakdirkan untuk menjadi orang hebat. Mereka memiliki pandangan yang hebat mengenai diri sendiri, seperti menjadi seorang pahlawan, atau ahli, dan menyadari ambisi-ambisinya untuk mencapai tujuan. Mereka memiliki cita-cita yang tinggi dan menikmati usaha mencapai kesuksesan. Millon (1994) menjabarkan sembilan karakteristik dari gaya kepribadian narsisistik, sebagai varian normal dari narsisisme. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan pedoman umum serta metode observasi sebagai penunjang. Tiga orang subjek dalam penelitian ini merupakan finalis abang yang pemah lolos menjadi finalis abang tingkat walikotamadya lebih dari satu kali. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya karakteristik gaya kepribadian narsisistik pada subjek yang merupakan finalis abang Jakarta yang mengikuti pemilihan ini lebih dari satu kali.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Praditya Ar Rizqi
Abstrak :
Sharenting mulai dijumpai sejak diciptakannya Facebook pada tahun 2007, 30% orangtua mengunggah satu foto anak mereka ke internet setiap hari dan 92% anak di bawah usia 2 tahun di Amerika Serikat sudah memiliki jejak digital. Di Indonesia gejala ini juga muncul di media sosial. Penelitian ini melihat kontribusi motif-motif sharenting, kesadaran akan risiko sharenting dan trait kepribadian narsisistik terhadap sharenting. Partisipan penelitian adalah 521 orang yang terdiri dari 31 Ayah serta 490 Ibu. Partisipan diperoleh dengan metode convenience sampling dan pengisian kuesioner dilakukan secara daring. Alat ukur penelitian adalah SS (Skala Sharenting), ASMS (Adaptasi Skala Motif Sharenting), SKRS (Skala Kesadaran akan Risiko Sharenting) dan NPI-11 (Narcissism Personality Inventory 11 item). Analisis data dilakukan dengan regresi berganda metode stepwise untuk mendapatkan variabel mana yang paling besar memberikan kontribusi terhadap sharenting. Secara berturut-turut variabel yang berkontribusi terhadap sharenting adalah motif manajemen impresi, trait kepribadian narsisistik, motif ekonomi, kesadaran akan risiko sharenting, motif sosial dan motif saran pengasuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar partisipan memiliki perilaku sharenting yang tergolong rendah dan kesadaran akan risiko sharenting yang tinggi, namun memiliki tingkat trait kepribadian narsisistik yang tinggi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk mengedukasi orang tua tentang kesadaran akan risiko sharenting agar dapat melakukan sharenting dengan bijak. ......Sharenting began to be found since the creation of Facebook in 2007, 30% of parents upload one photo of their children to the internet every day and 92% of children under the age of 2 in the United States already have a digital footprint. In Indonesia, this symptom also appears on social media. This research looks at the contribution of sharenting motives, awareness of the risks of sharenting and narcissistic personality traits to sharenting. The research participants were 521 people consisting of 31 fathers and 490 mothers. Participants were obtained using the convenience sampling method and filling out the questionnaire was done online. The research measuring instruments are SS (Sharenting Scale), ASMS (Adaptation of Sharenting Motive Scale), SKRS (Sharenting Risk Awareness Scale) and NPI-11 (Narcissism Personality Inventory 11 items). Data analysis was carried out using a stepwise multiple regression method to determine which variables contributed the most to sharenting. Successively, the variables that contribute to sharenting are impression management motives, narcissistic personality traits, economic motives, awareness of the risks of sharenting, social motives and parenting advice motives. The research results showed that the majority of participants had relatively low sharenting behavior and high awareness of the risks of sharenting, but had high levels of narcissistic personality traits. The results of this research can be used as a basis for educating parents about awareness of the risks of sharenting so they can sharenting wisely.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library