Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfa Rahmat Maulana
Abstrak :
ABSTRAK Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah yang semakin bertambah setiap tahunnya diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Kondisi ini juga sebanding dengan kaum wanita yang semakin memilih sektor informal dibandingkan dengan menjadi wanita karir. Hal serupa juga dalami oleh Ibu Diah. Sebagai pemilik dan pengelola UKM Kusuma yang bergerak di bidang usaha busana. Sebagaimana UMKM lainnya, UKM Kusuma pun tak lupun dirundung masalah. Masalah yang dihadapi UKM Kusuma adalah terkait dengan penentuan harga jual produk dan penyusunan laporan keuangan. Business coaching merupakan salah satu alternatif dalam mencari solusi maupun alternatif dari permasalahan UKM tersebut. Dan pada akhirnya UKM Kusuma dapat menyelesaikan masalahnya tersebut.
ABSTRACT The number of for micro, small, and medium entreprises were increased annually and expected to improve the society wealth. This condition were balanced compared with increasing women who choose to work in the informal sector rather than worked at the large enterprises. Ibu Diah also chosen the similar way. She owned and run a micro business called Kusuma which had engaged in fashion industry. Like many other small entreprises, the Kusuma also faced with some problems. The problems were to determined selling price for its product and preparing financial statement. Business coaching has one way to solving those problem and searched for alternatives. In conclusion, Kusuma could solve their own problem.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bainbridge, Stephen M.
Cheltenam: UK Edward Elgar Publishing, 2016
346.0862 BAI l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Retno Cristiyan Dewi
Abstrak :
Dalam dunia sastra Indonesia, nama Hasnan Singodimayan tidak begitu dikenal. Dalam sejumlah esai yang ditulis Jassin, nama ini tidak pernah disebut, juga dalam buku sejarah sastra yang ditulis Ajip Rosidi dan Jakob Sumardjo. Teeuw pun tidak menyebut nama Singodimayan. Akan tetapi, dalam konteks Banyuwangi, nama Singodimayan tidak bisa dinafikan. Ia telah menghasilkan paling tidak tiga novel dan satu buku takwil. Salah satu novelnya yang terpenting adalah Kerudung Santet Gandrung. Novel ini melukiskan kehidupan penari gandrung yang sering mendapat stigma negatif dari kalangan masyarakat nonbudaya (nonbudayawan). Melalui novel ini, Singodimayan menunjukkan bahwa penari gandrung tidak seburuk yang disangkakan orang. Dalam kaitannya dengan kajian tentang budaya Banyuwangi, novel ini penting sebab di dalamnya tidak sekadar dilukiskan mengenai penari gandrung, tetapi juga persoalan lain yang bertalian dengan identitas masyarakat Banyuwangi. Hingga kini penelitian terhadap seni gandrung sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian terhadap novel tersebut belum banyak, padahal novel ini sarat dengan masalah sosial-budaya di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan pro-kontra terhadap penari gandrung di Banyuwangi. Dalam novel ini tersirat adanya konflik antara kalangan budayawan dan kalangan nonbudayawan. Dari konflik tersebut mengemukalah persoalan identitas masyarakat Banyuwangi. Dengan pendekatan sosiologis, persoalan tersebut akan dikaji dalam penelitian ini. Untuk menunjang analisis, dilakukan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan Hasnan Singodimayan, tokoh santri, dan tokoh budayawan ......In Indonesian's literature, the name of Hasnan Singodimayan is not popular. Neither in Jassin's essays or in the history of literature written by Ajib Rosidi and Jakob Sumardjo, the name of Hasnan Singodimayan is also not mentioned. Teeuw also does not mention the name of Hasnan Singodimayan. Nevertheless, the name of Hasnan Singodimayan cannot be ignored in the context of Banyuwangi. In Fact, Hasnan Singodimayan has already written at least three novels and one Takwil book. One of his important novels is Kerudung Santet Gandrung. This novel tells about the gandrung dancer who was often stigmatized by nonculturalist society. For that reason, through this novel, Singodimayan wanted to show that the gandrung dancer is not as bad as what people thought. In relation with Banyuwangi culture, this novel is important because it does not simply portray the gandrung dancer but it also tells other issues related to the identity of Banyuwangi's people. Until now, the research on gandrung art has been done many times, but the research about the novel is still fewly done even though the novel has important contains the socialculture issue in Banyuwangi. This research aims to unveil the truth of gandrung dancer pros-cons in Banyuwangi. This novel implies the conflict between the culturalist society and the nonculturalist society. This conflict then raises the issue of identity problem faced by the people of Banyuwangi. This issue will be analyzed using sociological approach. An observation and an interview with Hasnan Singodimayan were done to support the analysis
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Jasmine
Abstrak :
Skripsi ini membahas novel karya Remy Sylado yang berjudul Kerudung Merah Kirmizi dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan kritik sosial pengarang sebagai pisau pembedahnya. Hasil temuan ini menyatakan bahwa novel mencerminkan kritik sosial pengarang terhadap pengaruh budaya yang dibawa pemerintah Orde Baru pada masyarakat masa Reformasi. Kritik pengarang tersampaikan melalui peristiwa dalam novel yang memiliki kemiripan peristiwa yang terjadi pada masa Soeharto menjadi presiden, meliputi penyerobotan tanah, pembungkaman aktivis, pembunuhan, penyuapan, dan korupsi. Penelitian ini membuktikan bahwa Remy Sylado melalui karyanya ingin menyuarakan kritik terhadap budaya pada masa Orde Baru yang menciptakan praktik KKN dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat. ......This thesis discusses the novel by Remy Sylado entitled Kerudung Merah Kirmizi. This research uses sociology literature approach with the author 39 s social critique as a medium. The results of this study prove social criticism in the novel reflects the cultural influences brought by the New Order government to people 39 s lives in the early Reformation. The author 39 s criticisms are seen from events in novels that bear the resemblance of events that occurred during Soeharto 39 s presidency, including land usurpation, activist coertion, murder, bribery, and corruption. This study proves that Remy Sylado uses his work to criticize the the culture of the New Order era which created practices of KKN and violence in community life.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verina Alifia
Abstrak :
Kerudung merupakan pakaian yang identik dengan atribut kesalehan dan ketaatan sebagai seorang perempuan Muslim dengan tujuan untuk menutup aurat dan membuat perempuan Muslim menjadi tidak terlihat. Dalam perkembangannya, kerudung telah bertransformasi sebagai kerudung baru (new veiling) yang ditampilkan berbeda dengan gaya berkerudung sebelumnya yang banyak digunakan oleh perempuan Muslim perkotaan. Hal ini melahirkan sebuah tren fashion Islam yang dicirikan dengan tampilan modis dan menciptakan sebuah pious consumption. Saat ini, praktik kerudung baru dimaknai sebagai bentuk gerakan perempuan untuk lebih menampilkan diri. Terlebih lagi, praktik ini banyak digunakan pada media sosial Instagram sebagai media yang mengedepankan materi visual. Penelitian ini melibatkan perempuan berkerudung dengan berbagai latar belakang yang berbeda dengan melihat praktik mereka dalam menampilkan diri dengan tampilan kerudung baru yang modis dalam media sosial Instagram. Para perempuan berkerudung memiliki kesempatan dalam memasuki ruang publik online dengan mempromosikan diri mereka, menjadikan mereka sebagai sebuah objek baru dalam tatapan laki-laki (male gaze). Tulisan ini menunjukkan bagaimana perempuan berkerudung menegosiasikan gaya kerudung mereka dalam menampilkan diri dalam media sosial Instagram, serta menunjukkan bagaimana keterkaitan kerudung baru sebagai sebuah objek tatapan (male gaze). ......The veil is a garment that is identical with the attributes of piety and obedience as a Muslim woman with the aim of covering her body and making Muslim women ‘invisible‘. During its development, the veil has transformed into a new veiling, which is displayed differently from the previous veil style that is widely used by urban Muslim women. This thing gave birth to an Islamic fashion trend that characterized by a fashionable appearance and created a pious consumption. At present, the practice of the new veiling is interpreted as a form of women's movement to present themselves more. In addition, this practice is widely used on Instagram social media as a medium that puts forward visual material. This study involved veiled women with various different backgrounds by looking at their practice of presenting themselves with a new, fashionable veil appearance on Instagram social media. Veiled women have the opportunity to enter the online public space by promoting themselves, making them a new object in the male gaze. This article shows how veiled women negotiate their veil style when presenting themselves on Instagram social media, and shows how the new veil is related as an object of view (male gaze).
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Normand Edwin Elnizar
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini melakukan pendekatan kualitatif terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah bermuatan norma Agama di Sumatera Barat dengan mengangkat studi kasus penggunaan kerudung bagi siswi sekolah di dua SMA Negeri dari dua kota yang berbeda sebagai bidang sosial semi ndash;otonom. Dengan perspektif sosio-legal, diungkapkan bagaimana tatanan normatif non-negara yang dalam studi kasus ini adalah salah satu norma dari Agama Islam diakomodasi lewat Peraturan Daerah dan dilaksanakan di masyarakat. Hasil penelitian menemukan Peraturan Daerah tersebut absah secara yuridis dan sosiologis namun dalam pelaksanaannya terjadi intoleransi hak konstitusional bagi siswi non-muslim atas keharusan berkerudung bagi siswi sekolah. Kata Kunci:bidang sosial semi-otonom; kerudung; norma agama; Peraturan Daerah; sosio-legal.
ABSTRAK
This research is qualitative approach of the implementation of Local Ordinance which contains religious norm in West Sumatra Province by featuring a case study on the practice of wearing veil for female students in two senior high schools as semi autonomous social field. Using socio legal perspective, this thesis investigated and revealed how the non public normative order which in this case was one of the principal norms of Islam is being accommodated by Local Ordinance, and implemented in the society. The research was found that Local Ordinance is legitimate and sociological, but the implementation violated constitutional right of the non muslim students. Key words semi autonomous social field veil religious norm Local Ordinance socio legal.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library