Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nini Hidayati Jusuf
"ABSTRAK
Banyak orang menganggap bahwa cerita fantastik merupakan salah satu jenis cerita popular tertua dengan alasan bahwa cerita jenis ini telah ada sebelum munculnya sastra tulisan. Pendapat ini cukup beralasan karena pada cerita-cerita atau dongeng tentang peri-peri yang pada umumnya disampaikan secara lisan, terdapat peristiwa-peristiwa yang tidak wajar yang juga merupakan unsur terpenting dalam sebuah ce_rita fantastik.
Pada sekitar abad 19, cerita fantastik popular kembali bersamaan dengan munculnya aliran Romantisme. Abad ini dikenal sebagai masa yang paling produktif dalam penulisan teori maupun cerita fantastik. Hal ini dapat dilihat dari banyak_nya penulis besar seperti Nadler , Merimee,Cazotte, Gauthier, Nerval yang melibatkan diri dalam penulisan cerita-cerita fantastik. Di antara penulis ini Cazotte dengan karyanya Le Diable Amourew 1772, dianggap sebagai pelopor penulis fan_tastik modern Paranois. Para pengarang ini mendapat pengaruh dari Inggris dan Jerman, negara-negara yang lebih menonjol dalam kuantitas maupun varietas cerita fantastik. Mayoritas cerita-cerita fantastik pada masa ini bertemakan makhluk ha_lus seperti setan, jin, atau jadi-jadian sehingga ada anggap-an bahwa cerita seram identik dengan cerita fantastik...

"
1985
S14259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Antonius Jehadu
"ABSTRAK
Fokus pembahasan dalam tesis ini adalah membandingkan hal-hal penting berkaitan dengan aspek significantly different yang diatur dalam UU No. 31 Tahun 2000 dan Japanese Design Law, Act No. 36 of 2014. Melalui studi kepustakaan dan pendekatan komparatif, tesis ini membahas tentang arti significantly different, known design, combination of known design features, dan bagaimana cara menentukan aspek significantly different dalam aplikasi permohonan dan pemeriksaan desain industri yang diterapkan dalam UUDI dan Japanese Design Law, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 25 ayat 1 TRIPS Agreement. Hasil dari penelitian ini adalah: pertama, tafsiran hukum desain Jepang tentang significantly different lebih baik daripada UUDI. Kedua, frasa known design, baik dalam hukum desain Jepang maupun UUDI sama-sama mengedepankan aspek publikasi sehingga dikenal umum, perbedaannya ada pada waktu publikasi di mana di Jepang dimungkinkan adanya jangka waktu ?non - publicly known design?, yang tidak terdapat dalam hukum desain industri Indonesia. Sementara itu, frasa combination of known design features dalam hukum desain Jepang menekankan aspek fitur dari suatu desain tanpa mempertimbangkan kesamaan article, sementara dalam UUDI tidak diatur. Ketiga, pemeriksaan substansial dalam DA Jepang bersifat wajib setelah persyaratan administratif dipenuhi, sementara dalam UUDI, pemeriksaan substansial dilakukan berdasarkan sanggahan/keberatan. Fakta ini memungkinkan tidak adanya pemeriksaan terhadap aspek significantly different dalam hukum desain industri Indonesia. Keempat, Penentuan aspek significantly different pada dasarnya sama-sama dilakukan berdasarkan observasi mata. Perbedaannya terletak pada acuan penilaian yang diukur berdasarkan kesan estetis, dimana dalam hukum desain Jepang, kesan estetis tersebut ada dalam sudut pandang konsumen (termasuk pedagang), sementara dalam UUDI kesan estetis yang terdapat dalam pengertian desain industri tidak dijelaskan artinya dan pada sudut pandang siapa dinilai.

ABSTRACT
Focus of this thesis is comparing important aspects of significantly different case ruled in Indonesian Industrial Design Law No. 31 Of 2000 and Japanese Design Law, Act No. 36 of 2014. This study uses literature study and comparative approach to discuss about significantly different, known design, and combination of known design features interpretation, and how to determine significantly different aspect in design application and industrial design examination ruled in Indonesian Design Law and Japanese Design Law referring to TRIPS Agreement Provision Article 25 (1) as the main substance. This study has some results: first, Japanese Design Law better than Indonesian Design Law in applying significantly different aspects interpretation. Second, both Japanese Design Law and Indonesian Design Law take publication factor as the internal part of known design phrase interpretation. The different between them is the time of publication with create non-publicly known design only in Japanese Design Law. Besides, combination of known design features phrase specially concerns to the features aspect of design without taking consideration to the article in Japanese Design Law; it is not specifically ruled in Indonesian Design Law. Third, regarding to the substantial examination, Japanese Design law regulates it as compulsory provision; in Indonesian Design Law, it shall not be done if there isn?t a disclaimer from the plaintiff. This said provision will make the probability in determining significantly different aspect in Indonesian Industrial Design Law become weak. Fourth, both Japanese Design Law and Indonesian Design Law basically determine the significantly different aspect by sight observation. The different between them occurs when aesthetical impression is used; Japanese Design Law uses aesthetical impression in the view of consumer (including trader), but Indonesian Design Law doesn?t regulate it specifically.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T44890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suita Kusumawardhani
"Seiring dengan perkembangan zaman, persaingan dalam pemasaran dewasa ini tidak sekedar merupakan persaingan antar produk, tetapi telah menjadi persaingan antar merek. Sehingga dalam implementasinya persaingan tidak sekedar memperebutkan pangsa pasar (market share) tetapi juga memperebutkan pangsa pikiran (mind share) sehingga dibutuhkan strategi pengelolaan merek yang tepat agar produk dapat bertahan di dalam industri. Sehubungan dengan hal di atas, maka ekuitas merek menjadi sangat penting. Ekuitas merek (Brand Equity) yang terdiri dari lima dimensi (kesadaran merek, kesetiaan merek, kesan kualitas, asosiasi terhadap merek dan aset milik merek Iainnya) merupakan aspek penting dalam mengelola merek. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan mereknya melalui berbagai cara, salah satunya dengan melakukan perluasan merek (Brand Extension) yaitu menggunakan nama merek yang sudah ada pada produk baru.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, di mana data diperoleh melalui survei. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 orang dengan cara quota sampling, dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu warga DKI Jakarta yang berusia 20 tahun atau lebih dengan tingkat pendidikan minimal SMA. Data yang terkumpul kemudian disusun untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkaitan dengan ekuitas merek Tempo. Sebagai salah satu perusahaan media terbesar di tanah air, PT. Tempo Inti Media Tbk, (TIM) dewasa ini semakin gencar melakukan pengembangan mereknya. Saat ini tercatat ada lima produk yang menggunakan nama Tempo : Majalah Tempo, Tempo Interaktif, Tempo edisi bahasa Inggris, Koran Tempo dan Kantor Berita Tempo. Semua ini didasari atas keinginan TIM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap berita yang semakin meningkat dan terns berkembang. Berbagai langkah strategis pun diambil oleh TIM untuk memenuhi ambisinya dengan mengandalkan kekuatan merek. Bahkan, dalam jangka panjang direncanakan, TIM akan masuk dalam industri radio dan televisi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bila dilihat dari ekuitas mereknya, posisi Tempo saat ini cukup kuat. Namun ternyata merek yang kuat saja tidak cukup, dibutuhkan sumber daya yang memadai serta waktu persiapan yang cukup panjang agar perluasan merek yang dilakukan dapat berhasil. Keberhasilan maupun kegagalan dari perluasan merek, pada akhirnya tidak hanya terkait dengan produk hasil perluasan namun juga bagi merek secara keseluruhan. Oleh karena itu, disarankan agar TIM lebih fokus untuk mengelola produk yang sudah ada seb
"
2001
T3589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vashty Ghassany Shabrina
"Revolusi digital terjadi dengan adanya perubahan teknologi dari mekanik dan analog ke teknologi digital dan terus berkembang hingga saat ini. Memasuki era digital, kita dapat memperoleh informasi dan saling berkomunikasi satu satu sama lain dengan mudah. Hal tersebut dapat terjadi berkat adanya jaringan internet. Dengan adanya internet, akan terbentuk sebuah bentuk komunikasi interaktif salah satunya adalah melalui media sosial. Dewasa ini media sosial memiliki peranan penting dalam dunia pemasaran termasuk membangun personal branding. Saat ini semakin banyak orang memiliki kesadaran untuk membentuk personal branding dengan menggunakan media sosial salah satunya Instagram yang penggunanya berasal dari berbagai kalangan termasuk kalangan androgini.
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat Jovi Adhiguna dan Wisnu Genu yang merupakan seorang selebgram androgini. peneliti menggunakan kriteria Authentic Personal Branding (Rampersad, 2008) dan Taktik Manajemen Kesan (Jones & Pittman, 1982) untuk menganalisis pembentukan personal branding melalui Instagram. Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian postpositivisme dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalan enam orang follower Jovi dan Genu. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam membentuk personal branding yang otentik, Jovi dan Genu memenuhi 11 kriteria Authentic Personal Branding dan 2 Taktik Manajemen Kesan yakni ingratiation dan self promotion.
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan kriteria Authentic Personal Branding dan Taktik Manajemen Kesan diperlukan dalam membangun personal branding yang otentik. Menjaga keseluruhan personal branding yang otentik¸ adalah dengan menjadi diri sendiri dengan tidak merubah apapun dan keluar dari jalur ambisi pribadinya sendiri serta menjalankan seluruh kriteria yang ditentukan serta melakukan manajemen kesan guna menyempurnakan personal branding yang dibentuk oleh Jovi dan Genu sebagai seorang selebgram androgini.
......
We are now starting a digital era where we can easily get information and communicate with each other. This can happen thanks to the existence of the internet network. With the internet, an interactive form of communication will be formed, one of which is through social media. Today social media has an important role in the world of marketing, including building personal branding. Today more and more people have the awareness to make personal branding by using Instagram social media which users come from various circles including androgynous circles.
In this study, researchers raised Jovi Adhiguna and Wisnu Genu which are as androgynous celebgram. The researcher uses the criteria of Authentic Personal Branding (Rampersad, 2008) and Impression Management Tactics (Jones & Pittman, 1982) to analyze the formation of personal branding through Instagram. This study uses the paradigm of postpositivism research with qualitative research methods. Data collection techniques carried out were through interviews, observation and documentation. The research subjects in this study were six followers of Jovi and Genu.
The results showed that in forming approved personal branding, Jovi and Genu fulfilled 11 criteria of Authentic Personal Branding and two Impression Management Tactics namely ingratiation and self promotion. Based on the results of the analysis, it can be concluded that the use of the Personal Personal Branding criteria and Management Tactics is needed in building reliable personal branding. Personal Branding sponsored by Self-Branding and Self-Personal Branding made by John and Genu as a androgyny program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Nurahmi
"Merokok masih menjadi faktor risiko penyakit kronis dan mematikan di dunia. Tahun 2014 terdapat 5,8 milyar perokok di dunia, 80 persennya mulai merokok saat remaja. Di Indonesia pun rata-rata usia pertama kali merokok sekitar 17,6 tahun. Untuk melindungi remaja dari bahaya merokok, peringatan kesehatan bergambar (PKB) dengan kesan menakutkan telah dicantumkan pada bungkus rokok. Per 24 Juni 2014, PKB telah berlaku di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran respon perokok remaja di Kota Depok terhadap pesan dengan kesan menakutkan pada PKB di Indonesia.
Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan kuesioner dari Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK UI) sebagai instumen penelitian. Penelitian menemukan perbedaan gambaran rasa takut, keparahan, respon efikasi serta perbedaan frekuensi niat. Namun, tidak ditemukan perbedaan gambaran kerentanan, efikasi diri, penerimaan serta penolakan pesan terhadap pesan dalam PKB.
......Smoking still become a risk factor for chronic and deadly diseases. In 2014, there were 5.8 billion smokers in the world, 80 percent started smoking as a teenager. In Indonesia, the average of age to initial smoking is 17,6 years. To protect adolescents from the dangers of smoking, Pictorial Health Warning (PHW) with fear appeal was imprinted on cigarette pack. As 24 June 2014, PHW has been applied in Indonesia. The research aims to describe the response of adolescent smoker in Depok City toward message with fear appeal on PHW in Indonesia.
The study used cross sectional design with a questionnaire from Center of Health Research Universitas Indonesia as research instrument. The study found differences fear, severity, response efficacy, and the frequency of quit smoking intention. However, there was no significant difference in susceptibility, self efficacy, acceptance and rejection toward message in PHW."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Claudia Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang citra Indonesia yang terdapat dalam buku kumpulan puisi berjudul Indonesia karya Kim Ju-myeong pada tahun 2015. Kumpulan puisi ini secara umum bertemakan tentang kehidupan penyair dan pandangannya tentang hidup yang berlatarkan di Indonesia. Dari buku tersebut, tujuh puisi dipilih sebagai representasi citra negara Indonesia, terutama mengenai alam dan masyarakat yang hidup di dalamnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui citra negara Indonesia yang ditampilkan dalam puisi dan bagaimana citra tersebut ditampilkan melalui perspektif orang Korea. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural dan metode close reading, serta didukung dengan teori citra.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa citra yang ditampilkan umumnya bersifat positif dan dapat dikategorikan sebagai citra perusahaan organisasi , kini, serta ganda. Citra tersebut dibangun dari ide dan pengalaman penyair kemudian dirangkai dengan metafora serta penggunaan diksi yang bernilai keindonesiaan.
......
This research discusses the image of Indonesia as it appears in a book of poetry collection titled Indonesia by Kim Ju myeong in 2015. This book in general tells about the writer's life and his view of life in Indonesia. Seven poems have been selected that are considered to represent the image of Indonesia, especially its nature and the people who live in it.
The purpose of this research is to figure out the image of Indonesia as it is depicted in his poetry and how that image is displayed through the perspective of Koreans. This study was done by the structural approach and close reading method, also supported by the theory of image.
Through this research, it is observed that the image shown generally as positive can be categorized as corporate, current, and multiple image. The image was constructed from the poet's ideas and experiences, and then assembled with figurative and imaginative metaphor as well as the use of diction which has an Indonesian nuance to it. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik dramaturgi yang dilakukan melalui presentasi diri oleh pengguna aplikasi kencan daring Bumble. Studi-studi terdahulu mengatakan bahwa praktik dramaturgi dan presentasi diri pada aplikasi kencan daring merupakan bentuk dari penciptaan kesan yang dilakukan dengan hanya menampilkan sisi terbaik individu sebagai wujud pribadi yang ideal, sehingga pengguna seperti memiliki dua kehidupan yang berbeda. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi terdahulu masih kurang dalam membahas proses dramaturgi melalui presentasi diri yang dilakukan secara dinamis, serta berusaha menyesuaikan diri mereka sebagai pasangan ideal di kalangan pengguna aplikasi kencan daring. Argumen yang dibawakan oleh penelitian ini adalah bahwa praktik dramaturgi sebagai strategi presentasi diri dilakukan secara terus menerus oleh pengguna aplikasi kencan daring untuk mengkonstruksikan dirinya sebagai pasangan ideal dalam masyarakat kontemporer di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian virtual ethnography untuk mengamati secara deskriptif penggunaan dan interaksi yang terjadi dalam aplikasi Bumble. Metode penelitian ini dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi kencan daring Bumble yang tergolong ke dalam usia 18-29 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik dramaturgi pada aplikasi Bumble dilakukan melalui foto, deskripsi bio, serta ruang percakapan. Beberapa bentuk kesan yang diciptakan oleh individu adalah sosok yang ramah dan berpendidikan, memiliki gaya hidup sehat, penggunaan foto profil yang cantik, hingga memanipulasi status perkawinan. Terdapat strategi Ingratiation dan Self-Promotion pada praktik dramaturgi yang diterapkan individu untuk mendapatkan pasangan. Kesan tersebut memiliki kesinambungan dengan pandangan pengguna terhadap pandangan pasangan ideal, diantaranya meliputi aspek sikap, fisik, keselarasan hidup, hingga pekerjaan.
......This study aims to look at dramaturgical practices carried out through self-presentation by users of the online dating application Bumble. Previous studies say that the practice of dramaturgy and self-presentation on online dating applications is a form of creating an impression that is done by presenting only the best side of the individual as an ideal personal form, so that users seem to have two different lives. However, the researchers saw that previous studies were lacking in discussing dramaturgical processes through dynamic self-presentation, as well as trying to adapt themselves as ideal partners among online dating application users. The argument presented by this study is that the practice of dramaturgy as a self-presentation strategy is carried out continuously by online dating application users to construct themselves as ideal partners in contemporary society in Indonesia. This study uses a qualitative approach to 1 the type of research virtual ethnography to observe descriptively the use and interactions that occur in the Bumble application. This research method was conducted using participatory observation data collection techniques and indepth interviews. The informants in this study were users of the online dating application Bumble who were aged 18- 29 years. The results of this study indicate that dramaturgy practices in the Bumble application are carried out through photos, bio descriptions, and conversation spaces. Some forms of impression created by individuals are those who are friendly and educated, have a healthy lifestyle, use beautiful profile photos, and manipulate marital status. There is a strategy Ingratiation and Self-Promotion on dramaturgical practices applied by individuals to get a partner. This impression has continuity with the user's view of the ideal partner, including aspects of attitude, physique, life harmony, and work."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library