Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunanto Kurnia
Abstrak :
Latar Belakang: Masaoka menyatakan bahwa dalam satu tahun kesintasan timoma mulai menurun.4 Banyak faktor yang berhubungan dengan kesintasan.6,7,8 Penelitian ini bertujuan mencari kesintasan satu tahun pasien timoma yang dibedah serta untuk mengetahui karakteristik pasien, timoma, tindakan dan faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Populasi penelitian adalah seluruh pasien timoma yang dibedah di RSUP Persahabatan pada bulan Januari 2012-September 2016 dengan total subjek penelitian 46. Pasien yang dilakukan pembedahan komplit dan inkomplit dilihat status kematiannya selama satu tahun melalui rekam medis atau informasi dari pasien atau keluarga. Data karakteristik pasien, timoma, dan tindakan diperoleh dari rekam medis. Kesintasan diolah dengan analisis kesintasan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesintasan akan dianalisis dengan cox regression dan cox regression time independen. Karakteristik pasien, timoma, dan tindakan diolah dengan uji nonparametrik dan uji parametrik. Hasil: Tidak ada mortalitas dalam satu tahun. Rerata usia pasien timoma: 47,37 13,493 tahun dan didominasi oleh perempuan. Dari 46 pasien, 87 pasien ada gejala, 71,7 disertai myasthenia gravis, 54,3 di-TTNA, 71,7 direseksi komplit. Timoma tipe A 43,5 dan stadium I 52,2 adalah yang terbanyak. Rerata ukuran timoma adalah delapan 2-15 cm. Hanya satu pasien stadium IVB yang diterapi neoadjuvant. Terapi adjuvant terbanyak adalah radioterapi 19,6. Semua pasien timoma dengan myasthenic reaction positif dilakukan terapi myasthenia gravis prabedah dan pascabedah. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan kesintasan satu tahun adalah 100. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih lama untuk menilai faktor usia, myasthenia gravis, histopatologi, stadium, ukuran timoma, reseksi pembedahan, dan terapi adjuvant sebagai faktor yang berhubungan dengan kesintasan. ...... Backgrounds: According to Masaoka, one year survival rate of thymoma has decrease. 4 There are a lot of factors that related to the survival rate.6,7,8. The purpose of this study was to analyze one year survival rate of patient with resected thymoma and to analyze the characteristic of the patient, the characteristic of thymoma, the characteristic of therapy and the associated factors of the survival. Methods: The population were all patients with resected thymoma from Januari 2012 until September 2016 at Persahabatan General Hospital. All of subjects are 46. Mortality patients data with complete and incomplete resection during one year were took from medical records or patient or family information. Characteristic of patients, thymoma, and therapy were took from medical records. The survival was analyzed with survival analysis design. Survival related factor were analyzed with cox regression and cox regression time independent. Characteristic of patients, timoma, and therapy were analyzed with nonparametric and parametric tests. Results: No mortality was found at one year survival. The means age was 47,37 13,493 years, and dominated by woman. Overall, 87 with symptoms, 71,7 with myasthenia gravis, 54,3 with TTNA, 71,7 with complete resection. Type A tymoma 43,5 with 52,2 stage I. The median size was eight 2 15 cm. Only one patient with stage IVB had neoadjuvant therapy. The most adjuvant therapy was radiotherapy 19,6. All thymoma patients with myasthenia gravis got therapy for myasthenia gravis before and after surgery. Conclusions: One year survival rate of this study was 100. To evaluate survival related factor age, myasthenia gravis, histopatology, stadium, size, resection, and adjuvant therapy, we need other studies with a lot of samples and longer time survival rate.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55533
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunanto Kurnia
Abstrak :
Latar Belakang: Masaoka menyatakan bahwa dalam satu tahun kesintasan timoma mulai menurun.4 Banyak faktor yang berhubungan dengan kesintasan.6,7,8 Penelitian ini bertujuan mencari kesintasan satu tahun pasien timoma yang dibedah serta untuk mengetahui karakteristik pasien, timoma, tindakan dan faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Populasi penelitian adalah seluruh pasien timoma yang dibedah di RSUP Persahabatan pada bulan Januari 2012-September 2016 dengan total subjek penelitian 46. Pasien yang dilakukan pembedahan komplit dan inkomplit dilihat status kematiannya selama satu tahun melalui rekam medis atau informasi dari pasien atau keluarga. Data karakteristik pasien, timoma, dan tindakan diperoleh dari rekam medis. Kesintasan diolah dengan analisis kesintasan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesintasan akan dianalisis dengan cox regression dan cox regression time independen. Karakteristik pasien, timoma, dan tindakan diolah dengan uji nonparametrik dan uji parametrik. Hasil: Tidak ada mortalitas dalam satu tahun. Rerata usia pasien timoma: 47,37 13,493 tahun dan didominasi oleh perempuan. Dari 46 pasien, 87 pasien ada gejala, 71,7 disertai myasthenia gravis, 54,3 di-TTNA, 71,7 direseksi komplit. Timoma tipe A 43,5 dan stadium I 52,2 adalah yang terbanyak. Rerata ukuran timoma adalah delapan 2-15 cm. Hanya satu pasien stadium IVB yang diterapi neoadjuvant. Terapi adjuvant terbanyak adalah radioterapi 19,6 . Semua pasien timoma dengan myasthenic reaction positif dilakukan terapi myasthenia gravis prabedah dan pascabedah. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan kesintasan satu tahun adalah 100 . Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih lama untuk menilai faktor usia, myasthenia gravis, histopatologi, stadium, ukuran timoma, reseksi pembedahan, dan terapi adjuvant sebagai faktor yang berhubungan dengan kesintasan. Kata kunci : timoma; kesintasan ......One Year Survival of The Patients with Resected Thymoma and Associated Factors Abstract Backgrounds According to Masaoka, one year survival rate of thymoma has decrease. 4 There are a lot of factors that related to the survival rate.6,7,8 The purpose of this study was to analyze one year survival rate of patient with resected thymoma and to analyze the characteristic of the patient, the characteristic of thymoma, the characteristic of therapy and the associated factors of the survival. Methods The population were all patients with resected thymoma from Januari 2012 until September 2016 at Persahabatan General Hospital. All of subjects are 46. Mortality patients data with complete and incomplete resection during one year were took from medical records or patient or family information. Characteristic of patients, thymoma, and therapy were took from medical records. The survival was analyzed with survival analysis design. Survival related factor were analyzed with cox regression and cox regression time independent. Characteristic of patients, timoma, and therapy were analyzed with nonparametric and parametric tests. Results No mortality was found at one year survival. The means age was 47,37 13,493 years, and dominated by woman. Overall, 87 with symptoms, 71,7 with myasthenia gravis, 54,3 with TTNA, 71,7 with complete resection. Type A tymoma 43,5 with 52,2 stage I. The median size was eight 2 15 cm. Only one patient with stage IVB had neoadjuvant therapy. The most adjuvant therapy was radiotherapy 19,6 . All thymoma patients with myasthenia gravis got therapy for myasthenia gravis before and after surgery. Conclusions One year survival rate of this study was 100 . To evaluate survival related factor age, myasthenia gravis, histopatology, stadium, size, resection, and adjuvant therapy , we need other studies with a lot of samples and longer time survival rate. Keywords thymoma survival
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Jayanti
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Leni JayantiProgram Studi : EpidemiologiJudul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesintasan pasien Stroke diRumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Tahun 2014-2017Pembimbing : Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, M.Hsc.Stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di Rumah Sakit di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesintasanhidup pasien stroke yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot SoebrotoJakarta tahun 2014-2017. Desain penelitian ini adalah kohort retrospekstif menggunakandata rekam medis pasien stroke. Sampel penelitian adalah pasien yang mengalamiserangan stroke dan dirawat pertama kalinya di RSPAD Gatot Soebroto pada tahun 2014-2017, yaitu sebanyak 410 pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan probabilitaskesintasan pasien stroke selama 4 tahun pengamatan sebesar 53,5 . Hasil analisis denganregresi cox menunjukkan bahwa pasien yang berusia ge; 59 tahun lebih cepat 1,56 kaliuntuk meninggal dibandingkan pasien yang berusia
ABSTRACT
Stroke is the first cause of death in the hospitals in Indonesia. The objective of this studywas to determined the factors influencing survival rate of stroke among patients admittedto Gatot Soebroto Army Central Hospital year 2014 to 2017. The study design isretrospective cohort using the medical record data of stroke patients. The subjects of thestudy were patients suffered acute stroke and first admitted to Gatot Soebroto ArmyCentral Hospital year 2014 2017, i.e. 410 patients. The results of this study showed thatthe survival probability of stroke for four years observation was 53,5 . The coxregression analysis showed that patients aged ge 59 years old risk to die 1,56 times highercompared with patients aged 59 years, patients with low socioeconomic status risk todie 2,73 times higher compare with high socioeconomic status, the second ever strokepatients risk to die 2,34 times higher compare with the first ever stroke patients, the strokepatients more than the second risk to die 6,52 times higher compared with the first everstroke patients, patients with total dependency risk to die 4,6 times higher compared withpatients with mild dependency, patients with diabetes mellitus risk to die 2,48 timescompare with patients were not diabetes, patients with heart disease risk to die 2,28 timescompare with patients were not heart disease, patients smoked risk to die 2,09 timescompare with patients no smoked.Key words Stroke, survival rate
2018
T50923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Hero Wantara
Abstrak :

Latar Belakang : Pasien kanker paru sering mengalami pneumonia, hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia menyulitkan penanganan, memperburuk kualitas hidup, mengurangi survival  dan seringkali merupakan penyebab  langsung kematian pasien kanker paru. Penangananan pneumonia pada pasien NSCLC(non small cell lung cancer) dengan antimikroba yang terus menerus tanpa memperhatikan kultur sensisitivitas akan menyebabkan resistensi dari kuman penyebab pneumonia tersebut.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien NSCLC, pola kuman penyebab pneumonia pada pasien NSCLC, dan membandingkan kesintasan pasien NSCLC yang menderita pneumonia yang disebabkan oleh bakteri MDR (multidrug resistance) dengan yang disebabkan oleh bakteri non-MDR.

Metode : Penelitian ini merupakan kohort retrospektif dengan subjek penelitian adalah pasien NSCLC dengan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri MDR dan non-MDR yang dirawat di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo bulan Januari 2013–Desember 2017. Analisis dilakukan dengan analisis multivariat regressi cox.

Hasil: Setelah dilakukan pemeriksaan kultur BAL(Bronchoalveolar lavage), cairan pleura dan sputum, diperoleh 32 subjek hasil  kulturnya hanya bakteri MDR, 14 subjek  tumbuh bakteri MDR dan non-MDR, dan 23 subjek hanya tumbuh bakteri non-MDR.  Bakteri non- MDR terbanyak penyebab pneumonia pada pasien NSCLC adalah Klebsiella pneumoniae sebanyak 37,3%, sedangkan bakteri MDR yang terbanyak menyebabkan pneumonia pada pasien NSCLC adalah  Acinetobacter baumannii  sebanyak 23,2%. Median survival Pasien NSCLC dengan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri MDR adalah 57 hari(43,707-70,293) sedangkan yang oleh bakteri non-MDR 92 hari(58,772-125,228). 

Simpulan : kesintasan pasien NSCLC dengan pneumonia yang disebabkan  oleh bakteri MDR lebih singkat daripada yang disebabkan oleh bakteri non-MDR.

 


Back Ground: Lung cancer patients often experience pneumonia. This is due to the decrease in body endurance of the patients. Pneumonia complicates treatment, worsens the quality of life, reduces survival and is often a direct cause of death for lung cancer patients. Dealing with pneumonia in non-small cell lung cancer (NSCLC) patients with continuous antimicrobials treatment without regard to culture sensitivity will cause resistance of germs that cause pneumonia.

Objectives: This study aims to study the characteristics of NSCLC patients, the pattern of germs that cause pneumonia in NSCLC patients, and to compare the survival of NSCLC patients suffering from pneumonia caused by MDR (multidrug resistance) bacteria with those caused by non-MDR bacteria.

Methods: This study was a retrospective cohort with research subjects was NSCLC patients with pneumonia caused by MDR and non-MDR bacteria who were treated at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2013 to December 2017. Analysis was performed with multivariate cox regression analysis.

Results: The results of the culture examination of BAL(Bronchoalveolar lavage), pleural fluid and sputum showed that 32 subjects were infected only from MDR bacteria, 14 subjects infected by both MDR and non MDR bacteria, and 23 subjects were infected by only non MDR bacteria. The most non-MDR bacteria that cause pneumonia in NSCLC patients was Klebsiella pneumoniae as much as 37,3%, while the most MDR bacteria that cause pneumonia in NSCLC patients was Acinetobacter baumannii as much as 23,2%. Median survival of NSCLC patients with pneumonia caused by MDR bacteria was 57 days(43,707-70,293) while those by non-MDR bacteria was 92 days (58,772-125,228).

Conclusions: The survival of NSCLC patients with pneumonia caused by MDR bacteria is shorter than that caused by non-MDR bacteria.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrull
Abstrak :
Latar belakang : Tumor mediastinum memiliki angka kematian yang tinggi dari keseluruhan pasien dengan massa mediastinum. Saat ini sudah ada kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan diagnosis histopatologi dan pembiayaan pengobatan tumor mediastinum, namun belum ada penelitian mengenai kesintasan 1 tahun tumor mediastinum sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk melakukan penilaian profil tumor mediastinum dan kesintasan 1 tahun di RSCM. Tujuan : Mengetahui profil dan kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM. Metode : Studi potong lintang dilakukan untuk menilai profil dan kesintasan 1 tahun tumor mediastinum. Studi dilakukan dengan menelusuri rekam medik 104 pasien yang telah didiagnosis tumor mediastinum di RSCM selama bulan Januari 2011-Juni 2018. Hasil : Dari 721 pasien yang rekam mediknya ditelusuri, sebanyak 104 pasien (67 pria dan 37 wanita) dengan usia rerata 44,33 ± 15,79 tahun dijadikan sampel setelah melalui kriteria eksklusi. Manifestasi klinis ditemukan pada 100 pasien dengan gejala terbanyak ialah sesak napas (60 kasus). Mediastinum anterosuperior menjadi lokasi terbanyak tumor mediastinum (85 kasus). Jenis tumor yang paling sering ditemukan ialah timoma (31 kasus). Dua puluh satu pasien menjalani biopsi insisi untuk mendapatkan diagnosis histopatologi. Sebanyak 62 pasien memiliki riwayat pengobatan dengan pengobatan terbanyak adalah operasi (28 kasus). Kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM sebesar 62% dengan mean survival 9,25 bulan (8,29 -10,2 bulan). Kesimpulan : Didapatkan profil tumor mediastinum yang bervariasi dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, serta kesintasan 1 tahun tumor mediastinum di RSCM pada rentang Januari 2011-Juni 2018. Diperlukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak meliputi center lain di Indonesia untuk dapat menggambarkan profil dan kesintasan tumor mediastinum secara Nasional.
Background : Mediastinal tumor has a high mortality rate among patients with mediastinal mass. There are some improvement to histopathological diagnosis service and treatment access for mediastinal tumor recently, but no recent studies about 1-year survival rate of mediastinal tumors. Therefore, this research was done to assess mediastinal tumor profile and 1-year survival rate at RSCM. Aim : To assess mediastinal tumor profile and 1-year survival rate at RSCM. Methods : Cross-sectional design was used to assess mediastinal tumor profile and its one-year survival rate. This study was done by exploring 104 medical records of patients diagnosed with mediastinal tumor at RSCM during January 2011-June 2018. Results : From all 721 patientss medical records explored, there are 104 patients was taken as samples following exclusion criteria, including 67 males and 37 females with mean age of 44,33 ± 15,79 years. Clinical manifestation was found in 100 patients, with dyspnea was the most common symptom (60 cases). Anterior superior mediastinal area was the most common location of mediastinal tumor (85 cases). The most frequent tumor found was thymoma (31 cases). Twenty one patients underwent incisional biopsy to achieve histopathological diagnosis. A total of 62 patients had treatment history with the most common treatment was surgery (28 cases). One-year survival rate of mediastinal tumor at RSCM was 62% with mean survival of 9,25 months (8,29-10,2 months). Conclusion : Mediastinal tumor profiles in our series varied from some previously published reports. We reported 1-year survival of mediastinal tumors in the RSCM in during January 2011-June 2018. Further studies are needed with more samples covering other centers in Indonesia to be able to describe national profile and survival of mediastinal tumors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Mattarungan
Abstrak :
Latar belakang: Tuberkulosis (TBC) merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi untuk anak dan remaja dari segala usia di seluruh dunia. TBC pada remaja menunjukkan angka kematian lebih tinggi dibandingkan kelompok usia yang lebih muda. Penyebab yang sering menyebabkan hal ini adalah keterlambatan diagnosis, gaya hidup dan masalah psikososial. Hingga saat ini data mengenai angka kejadian dan prediktor mortalitas TBC pada remaja masih sangat terbatas, terutama di Indonesia yang menjadi salah satu negara dengan prevalens TBC yang tinggi.

Metode: Studi ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang melibatkan pasien usia 10-18 tahun dengan penyakit TBC di RSUPN Dr.  Cipto Mangunkusumo. Data berasal dari penelusuran rekam medis dan sistem pencatatan khsusus pasien TBC nasional (SITB) yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi pada periode 1 Januari 2019 hingga 1 Juni 2023

Hasil: Total jumlah subjek penelitian yang diikutsertakan adalah 319 pasien, dengan 50 pasien (15,6%) meninggal dan 269 (84,3%) pasien hidup. Prediktor mortalitas yang bermakna pada penelitian ini adalah status gizi buruk (HR 4,5; P<0,001) dan kepatuhan berobat (HR 4,8; P<0,001). Kesintasan pasien remaja TBC sensitif obat sebesar 92% pada bulan pertama dan 87% pada bulan kedua kemudian menurun hingga akhir pemantauan menjadi 83% pada bulan kelima belas.

Kesimpulan : Angka mortalitas pada remaja dengan TBC cukup tinggi terutama pada dua bulan pertama pengobatan dan dipengaruhi oleh berbagai prediktor. Intervensi perlu berfokus pada peningkatan status gizi dan kepatuhan berobat yang dapat membantu mengurangi risiko kematian. ......Background: Tuberculosis (TBC) is the leading cause of death from infectious diseases for children and adolescents of all ages worldwide. TBC in adolescents shows a higher mortality rate compared to younger age groups.Common causes include delayed diagnosis, lifestyle factors, and psychosocial issues. Currently, data on TB mortality predictors in adolescents is limited especially in Indonesia, one of the countries with a high TBC prevalence.

Methods: This retrospective cohort study involved patients aged 10-18 years with TBC at Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Data were derived from medical records, interviews, and the national specialized TB patient recording system that met inclusion and exclusion criteria for the period from January 1st, 2019 to January 1st, 2023.

Results:  Total of 319 patients were included in the study, with 50 patients (14.7%) died and 269 (84,3%) survived. Significant mortality predictors factors in this study were poor nutritional status (HR 4.5; P<0.001) and medication adherence (HR 4,8; P<0.001). The survival rate of adolescent patients with drug-sensitive TB was 92% in the first month and 87% in the second month, then decreased to 83% by the end of the monitoring period in the fifteenth month.

Conclusion: The mortality rate among adolescents with TB is relatively high, especially in the first two months of treatment, and is influenced by various risk factors. Interventions need to focus on improving nutritional status and medication adherence, which may help in reducing the risk of death.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Satriya
Abstrak :
Latar belakang : Dispnea sebagai sensasi subjektif yang dialami pasien merupakan penanda adanya penyakit dasar yang perlu didiagnosis dan ditatalaksana, khususnya pada pasien dengan penyakit progresif. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa keluhan dispnea saat admisi berkaitan dengan peningkatan mortalitas pasien. Tujuan : Mengetahui pengaruh dispnea terhadap kesintasan 1 tahun pada pasien dengan penyakit progresif di RSCM Metode : Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menelusuri rekam medik 155 pasien dengan penyakit progresif yang dirawat inap di RSCM selama bulan Agustus 2018 hingga Desember 2019. Sampel penelitian ada pasien dewasa usia 18 tahun ke atas yang didiagnosa PPOK, gagal jantung, keganasan atau CVD. Data identitas, keluhan dispnea dan kesintasan dikumpulkan melalui rekam medis kemudian dianalisis menggunakan analisis multivariat dan grafik Kaplan Meier menggunakan perangkat SPSS. Hasil : Pada penelitian ini didapatkan kesintasan subjek dengan penyakit progresif yang dirawat di RSCM pada bulan Agustus 2018 hingga Desember 2019 sebesar 34,8% dengan mean survival sebesar 163 hari dan median survival sebesar 72 hari. Sebanyak 49% subjek memiliki keluhan dispnea. Kesintasan subjek dengan dispnea sebesar 11%, dengan mean dan median survival sebesar 115 hari dan 29 hari. Dispnea berhubungan secara signifikan terhadap kesintasan dengan nilai p < 0,05 dan adjusted HR 1,928 (95% CI: 1,225 – 3,03). Pada subgroup analysis kelompok subjek gagal jantung, keganasan, dan CVD, didapatkan dispnea berhubungan dengan kesintasan dengan nilai p<0,05 dan nilai HR masing-masing 16,59 (95% CI: 2,20 – 124,73), 2,18 (95% CI: 1,33 – 3,58), dan 2,90 (95% CI: 1,34 – 6,28). ......Background: Dispnea as a subjective sensation is a sign of certain underlying disease which need to be diagnosed and treated to prevent the mortality, especially in patients with progressive disease. Previous study has shown that patients with dispnea at admission have higer mortality. Objective: To determine the association between dyspnea with 1 year survival in patients with progressive disease who were admitted to RSCM. Methods: A retrospective cohort study was conducted by tracing the medical records of 155 patients with progressive disease who were hospitalized at RSCM during August 2018 until December 2019. Recruited subjects were adults patients who 18 years above diagnosed with COPD, heart failure, malignancy or CVD. Identity, dispnea, and survival data were collected through medical records. Statistical analysis was conducted by using multivariate and Kaplan Meier analysis using SPSS software. Results: In this study, the survival rate of patients with progressive disease who were admitted to RSCM in August 2018-December 2019 was 34.8% with a mean survival of 163 days and a median survival of 72 days. Among the patients 49% had dispnea. The survival rate of patients with dispnea was 11% with a mean survival of 115 days and a median survival of 29 days.. Dyspnea was significantly associated with survival with p < 0,05 and adjusted HR 1.928 (95% CI: 1.225 - 3.03). In the subgroup analysis of heart failure, malignancy, and CVD, dispnea was associated with survival with p<0,05 and the HR value for every group 16,59 (95% CI: 2,20 – 124,73), 2,18 (95% CI: 1,33 – 3,58), and 2,90 (95% CI: 1,34 – 6,28).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huriah Astuti
Abstrak :
Tujuan dan Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi merokok dengan lama waktu sampai mulai menyalahgunakan ganja. Sampel penelitian ini adalah 10.379 pelajar/mahasiswa perokok, dengan 708 penyalahguna ganja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kesintasan regresi Cox with time dependent covariats. Hasil Penelitian. Berdasarkan frekuensi merokok, median waktu ketahanan dari mulai pertama kali merokok sampai menyalahgunakan ganja menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok merokok rutin dengan kelompok merokok tidak rutin, masing-masing 2 tahun. Hasil uji wilcoxon menyimpulkan ada perbedaan ketahanan menyalahgunakan ganja antara kelompok jarang merokok dengan kelompok perokok berfrekuensi <5 - >35 batang/minggu. Analisis multivariat menunjukkan pola semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar nilai risiko untuk menyalahgunakan ganja setelah dikontrol oleh variabel confounder (riwayat minum alkohol, keluarga terpajan alkohol dan atau narkoba, pernah terpisah orangtua minimal enam bulan, dan pengaruh teman sebaya). Risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi <5 - 7 batang/minggu adalah 2.5 lebih besar daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sedangkan risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >7 - 35 batang/minggu adalah 4.0 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sementara, risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >35 batang/minggu adalah 4.5 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Kesimpulan. Frekuensi merokok mempengaruhi besarnya risiko untuk menyalahgunakan ganja. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar risiko untuk menyalahgunakan ganja. ...... Objective. The purpose of this study was to know the relationship between cigarette smoking frequency with long time to start cannabis use. A sample of 10.379 student smokers, with 708 cannabis users was used. Cox regression with time dependent covariats was analyzed as study method. Results. Based on the frequency of cigarette smoking, the median of survival time from initial smoking to cannabis use showed no difference among regular smoking group with non regular smoking group, each 2 years. Wilcoxon test result concluded that there were difference of survival cannabis use between non regular smoking group with smokers groups which regular cigarette smoking <5 - >35 cigarette/week. Multivariate analysis showed patterns that the more the number of cigarettes consumed, the greater risk to cannabis use, after controlled by the confounder variables (history of alcohol drinking, family exposed to alcohol and or drugs, separated parents at least six months, and the influence of peers). Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <5 ? 7 cigarette/week was 2.5 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <7 ? 35 cigarette/week was 4.0 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <35 cigarette/week was 4.5 greater than students who non regular smoking. Conclusion. Frequency of smoking influences the risk of cannabis use. The more the number of cigarette consumed, the greater risk to cannabis use.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Cyka Prameswari
Abstrak :
Diabetes Melitus dan Kanker Kolon merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Namun belum dilakukan penelitian sejenis yang menghubungkan Diabetes Melitus terhadap Kesintasan Kanker Kolon yang berasal dari Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan Diabetes Melitus terhadap kesintasan Kanker Kolon. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Populasi penelitian merupakan 939 pasien Kanker Kolon di RSKD pada tahun 2013-2017. Sampel penelitian adalah 257 pasien Kanker Kolon yang mendapatkan pengobatan di RSKD pada tahun 2013-2017 dengan metode total sampling. Data yang digunakan merupakan data Registrasi Kanker di Indonesia dan rekam medik elektronik RSKD. Hasil penelitian diperoleh kesintasan Kanker Kolon 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun pada pasien Kanker Kolon yang memiliki Diabetes Melitus di RSKD tahun 2013-2017 berturut-turut sebesar 64,80%, 59,81%, dan 51,27%. Pasien Kanker Kolon di RSKD tahun 2013-2017 yang memiliki Diabetes Melitus, memiliki risiko sebesar 1,51 (95% CI: 0,794-2,883) kali untuk terjadi kematian dibandingkan dengan pasien Kanker Kolon yang tidak memiliki Diabetes Melitus setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, grade, dan metastasis. Namun asosiasi tersebut tidak bermakna secara statistik. ......Diabetes mellitus and colon cancer are diseases that are widely experienced by the people of Indonesia. However, no similar studies have been conducted linking diabetes mellitus to colon cancer survival derived from Hospital-Based Cancer Registries. The purpose of the study was to determine the association of Diabetes Mellitus to the survival of Colon Cancer. The study design used was a retrospective cohort. The study population was 939 Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017. The study sample was 257 Colon Cancer patients who received treatment at RSKD in 2013-2017 with the total sampling method. The data used are Cancer Registration data in Indonesia and RSKD electronic medical records. The results of the study showed the survival of Colon Cancer by 1 year, 3 years, and 5 years in Colon Cancer patients who had Diabetes Mellitus at RSKD in 2013-2017 respectively, by 64.80%, 59.81%, and 51.27%. Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017 who had Diabetes Mellitus, had a risk of 1.51 (95% CI: 0.794-2.883) times for death compared to Colon Cancer patients who did not have Diabetes Mellitus after controlling for age, sex, grade, and metastasis. But the association was not statistically meaningful.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Widya Andini
Abstrak :
Latar Belakang: Meningitis tuberkulosis (TBM) memiliki angka kematian yang tinggi khususnya pada kelompok HIV positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik klinis dan prediktor kesintasan TBM dalam masa perawatan dan 6 bulan berdasarkan status infeksi HIV. Metode: Studi kohort retrospektif menggunakan data Indonesian Brain Infection Study bulan April 2019-September 2021 dengan diagnosis akhir TBM. Analisis faktor yang berhubungan dengan kesintasan masa perawatan dilakukan dengan regresi logistik. Estimasi probabilitas kesintasan 6 bulan dan prediktor yang berperan dinilai menggunakan kurva Kaplan-Meier dan uji regresi Cox. Hasil: Sebanyak 133 subjek TBM dimasukkan ke dalam studi (HIV positif 39,8%, TBM definite 31,6%). HIV positif memiliki temuan TBM definite yang lebih rendah, peningkatan sel dan protein cairan serebrospinal (CSS) yang lebih rendah, penurunan rasio glukosa CSS:serum yang lebih rendah, dan temuan TB milier yang lebih tinggi. Kesintasan dalam masa perawatan secara umum adalah 73,7% (HIV positif 67,9% vs. HIV negatif 77,5%, p=0,2), dipengaruhi oleh TBM probable dan TBM derajat 3. Estimasi probabilitas kesintasan 6 bulan adalah 57,9% (HIV positif 54,7% vs. HIV negatif 60%, p=0,4), dipengaruhi oleh waktu inisiasi obat antituberkulosis (OAT) dan TBM derajat 3. Tidak didapatkan perbedaan prediktor kesintasan masa perawatan dan 6 bulan berdasarkan status HIV. Kesimpulan: Kelompok HIV positif memiliki gambaran inflamasi CSS yang lebih rendah namun cenderung memiliki kesintasan rawat inap dan 6 bulan yang lebih rendah. TBM stadium lanjut berperan pada kesintasan jangka pendek dan panjang, sementara penundaan inisiasi OAT sejak admisi berhubungan dengan kesintasan jangka panjang. ......Background: Tuberculous meningitis (TBM) has a high mortality rate, especially in the HIV positive group. This study aims to define the clinical characteristics, as well as to analyze the inhospital and 6 month-survival and the following predictors of TBM patients with and without HIV infection. Methods: Cohort retrospective study using Indonesian Brain Infection Study data with final diagnosis of TBM, between April 2019 and September 2021. Logistic regression was used to determine the predictors of inhospital survival. Meanwhile, 6-months probability survival was estimated using Kaplan-Meier curves and Cox regression analysis. Results: A total of 133 subjects were included in the study (HIV positive 39.8%, definite TBM 31.6%). HIV positive group had less TBM definite, lower cerebrospinal fluids (CSF) cells and protein increases, smaller decrease in CSF:serum glucose ratio, and more miliary TB cases. Overall inhospital survival was 73.7% (HIV positive 67.9% vs. HIV negative 77.5%, p=0.2), with predictors of TBM probable and TBM grade 3. Six-month probability survival estimates was 57.9% (HIV positive 54.7% vs. HIV negative 60%, p-=0,4), with predictors of initiation of TB drug timing and TBM grade 3. We found no significant differences of inhospital and 6-month predictors according to HIV status. Conclusions: Despite less inflammatory profile, HIV positive group had lower inhospital and 6-month survival. Advanced stage TBM had lower inhospital and 6-month survival, while delayed TB drug initiation was more related to the 6-month survival.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>