Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuaji NP
"Baja ASSAB XW-42 (vetara dengan AIS! D2) merupakan baja perkakas pengeqaan dingin dengan kadar karbon dan kromium yang tinggi. Untuk aplikasinya. Inga ASSAB XW-42 ini banyak digunalcan umulc afal pemarong, punch dan dies, yung memerlukan kekerasan, ketalzanan aw: yang linggi dun kestabilan dimensi yang baik
Pada penelirian ini digzmakan 3 variabel temperatur au.s'1enisasi yaitu pada 980"C, I010"C dan I040”C, dan dengan 4 kondisi pada musing - masing variabel temperatur yaim as quench, quench lemper, as subzero dan .vubsero rempcr.
Hasil pene/ilian nzemmju/ckan bahwa perlrzkunn subzero meningkalkan kekemxan yailu dari 52,49 HRC menjadi 53,06 HRC pada temperutur 9800C,‘ 52,72 HRC menjadi 52,86 HRC pada temperalw' 101 0” C; 52,29 HRC menjadi 53,37 HRC pada remperalur I0-10” C. Perlakuan subsero juga meningkaflfan ketahanan aus dengan menurzmkan laju aus yairu dari 3, 99xl 04 mm’/mm merjadi 3,-I5xl0" mms/mm pada remperatur 9800C; 4,06x10“ mm"/mm menjadi 3,83.r10'6 mmj/lvnm pada Iempcratur I Ol 00 C; 4,00xI04 mms/mm menjadi 3,94.rl0'6 mm’/mm pada temperatur 10400 C.
Untuk ketanggu/mn, perlalruan subzero juga menirrglrarkan harga impak aim dari 0,033 .loule/mm? menjadi 0,036 Joule/Jwrng padu femperalur 101066: 0,036 Joule/Jmmz menjadi 0,0-I7 Joule/mm2 pada remperarur 10-IOUC. Harga impak rurzm pada temperalur 980° C yaitu duri 0, 038 Joufe/mm? menjadf 0,033 ./oulefinml.
Penfrzgkaran /cefalzanan aus ini disebabkan kareua lerbemzzkrzya karbidu yang Iebih merara dan halus. Dari hasil pengzyiarz dapaf disimpulkan bahwa perlalman .s-ub:ero ram - ram menai/dean 1,1-1% kekeraxan, 7,49% kerahancm aus dan 156%
kerangguhan dibandingkan dengun ranpa perlulruan subsero.
Peningkamn syn: material yang optimal refjadi dengan mclakukan proses remper serefa/1 proses .subzero dilakukcm_
Puda fom mikro fer/ihur srrukfur /mrbida yang febi/1 /wins dan mermu has!!
perlakuan subzero. Perbedaan warm: rnarrilrs cmrara sampel ranpu dan dengan tenyner menwyulrkau adargfa perubahan rrmtrilm yaifu pcrubalzan marrensif menjadi murfensir Iemper. Dari hasil jblo mi/fro tidak dapat diamati per:1ba!1m1 persentase austeni! sisa dun per.s-enlase marlensir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Wicaksono
"Aluminum AC4B banyak diaplikasikan untuk komponen kendaraan salah satunya adalah torak. Torak merupakan komponen yang penting dalam kendaraan dimana berperan sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada ruang bakar dan tersambung ke bagian poros engkol. Namun terdapat masalah-masalah seperti keausan dan penggunaan pelumas yang boros yang harus diatasi dengan ide melapisi cylinder liner dan cincin torak menggunakan nanokomposit dengan memvariasikan komposisi penguat CNT (0%, 2%, dan 4%) dan jenis matriks (Al2O3, Al2O3+TiO2-3% and Al2O3+TiO2-13%) dan dengan metode pelapisan penyemprotan dingin. Prosedur perlakuan pendispersian dan planetary ball mill juga memegang peranan penting sebelum proses pelapisan dilakukan. Pengujian yang dilakukan yakni pengujian kekerasan mikro, metalografi-SEM, EDS (pemetaan unsur), kekasaran permukaan, ketahanan aus, dan FTIR. Dari hasil pengujian didapatkan data bahwa penambahan CNT hingga 2% akan meningkatkan kekerasan, ketahanan aus, dan juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pelumas. Dan untuk jenis matriks, kondisi dengan penambahan TiO2 pada matriks Al2O3 tidak memberikan pengaruh yang berarti pada ketahanan aus dan menurunkan kekerasan lapisan CNT-Al2O3.

Aluminum AC4B widely applied to vehicle components, one of the application is piston. Piston is an important component in the vehicle which acts in order to pressing the air and receiving the results of the combustion pressure in the combustion chamber which is connected to the crankshaft. However, there are problems such as wear and wasteful use of lubricants that must be overcome by the idea of coating the piston ring and also cylinder liner using nanocomposite by varying the composition of CNT reinforcement (0%, 2%, and 4%) and the type of matrix (Al2O3, Al2O3+TiO2-3% and Al2O3+TiO2-13%) and for the coating method using cold spraying. Dispersing treatment procedures and planetary ball mill also plays an important role before the coating process is done. Tests were carried out which micro hardness testing, metallography-SEM, EDS (mapping element), surface roughness, wear resistance, and FTIR. Data obtained from the test results that the addition of up to 2% CNT will increase hardness, wear resistance, and also can improve the efficiency of the use of lubricants. And for the type of matrix, the condition with the addition of TiO2 on Al2O3 matrix doesn?t provide significant impact on the wear resistance and decrease the hardness of CNT-Al2O3 layer"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44229
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhamad Fiqih Fadzli
" ABSTRAK
Pelapisan dengan tungsten karbida banyak digunakan sebagai bahan pelapis memberikan kombinasi sifat mekanik ketangguhan tinggi, kekerasan tinggi, dan kekuatan yang baik. Pada penelitian ini 0,05 wt dan 0,15 wt MWCNT dicampur dengan proses ball milling pada larutan etanol dengan material serbuk WC Tungtec 10112. Sebelum pencampuran dengan WC Tungtec 10112 dilakukan, dispersi dan deagglomerasi dari MWCNT dilakukan melalui metode ultrasonikasi dengan larutan SDS. Hasil pencampuran serbuk nanokomposit selanjutnya dilakukan penyemprotan logam nyala api oksi asetilen pada sebuah substrat baja perkakas. Mikrostruktur dari lapisan yang Diamati dengan menggunakan scanning electron microscope SEM , energy dispersive X-ray spectroscopy EDS , dan X-ray diffraction XRD digunakan untuk mengamati senyawa yang terbentuk. Kekerasan mikro diukur dengan metode mikrovickers dan ketahanan aus abrasif diuji dengan menggunakan mesin ogoshi berdasarkan standar ASTM E384. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa proses dispersi dengan ultrasonikasi menggunakan larutan SDS dan pencampuran dengan balll-milling baik digunakan untuk proses dispersi CNT dengan matriks Tungtec 10112 karena menghasilkan dispersi dan ditribusi yang baik antara CNT dan serbuk Tungtec 10112 sehingga mampu meningkatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus lapisan. Penambahan sebanyak 0,15 wt CNT Menunjukkan Kenaikan ketahanan aus hingga 50 Dibandingkan dengan pelapisan WC tanpa penguat CNT. Kekerasan lapisan dengan penguat CNT juga Meningkat Dibandingkan dengan lapisan WC tanpa penguat dan substrat dengan nilai kekerasan sebesar 1717 HV. Hasil pelapisan dengan penambahan penguat CNT Menunjukkan ketahanan aus abrasif tinggi daripada lapisan tanpa penguat CNT menyimpulkan bahwa CNT dapat menjadi alternatif yang baik untuk meningkatkan ketahanan aus abrasif lapisan.
ABSTRACT WC is widely used as a tribological coating material providing a combination of high toughness, high hardness, and good strength. In this work, 0.05 wt. 0,15 wt of CNTs were mixed by ball milling in ethanol solution with WC Tungtec 10112 powders. Before mixing with WC Tungtec 10112, dispersion is done through ultrasonication method with SDS solution. The mixture was thermally sprayed using the flame spraying process onto a plain tool steel substrate. The microstructures of the coatings were characterized using scanning electron microscope SEM , energy dispersive X ray spectroscopy EDS , and X ray diffraction XRD were used for phase identification . The microhardness was measured by Vickers indentation and the abrasive wear resistance was evaluated using ogoshi machine according to ASTM E384 standard. Effects of CNTs on the microstructure, abrasion wear and microhardness of the coatings were investigated. Experimental results have shown ultrasonication using SDS solution and ball milling was suitable to disperse CNTs with WC Tungtec 10112 feed powders since it produces an adequate relationship between CNTs 39 and WC Tungtec 10112 which enhances the microhardness and wear resistance of coatings. The 0,15 wt CNT WC coating showed an increase in wear resistance of almost 50 compared with WC coating without CNT reinforced,The hardness of coating reinforced CNT is increased compared to the WC coating and substrate with the value of 1717 HV. All reinforced coatings showed a higher abrasive wear resistance than non reinforced indicating that CNTs are a good alternative to improve abrasion wear resistance of WC coatings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyansa
"Teknologi pelapisan material telah menjadi perhatian besar di lingkungan penelitian dan industri dikarenakan merupakan cara yang efektif dan secara ekonomis lebih murah dalam menahan degradasi seperti keausan, oksidasi, korosi, atau kerusakan pada suhu tinggi tanpa mengorbankan material substrat yang dilapisinya. Salah satu metode pelapisan yang telah diterima dengan baik di kalangan industri adalah pelapisan berbasis thermal spray coating karena kemudahannya untuk diaplikasikan pada pelapisan material dalam skala besar dan merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Pada industri minyak dan gas di Indonesia khususnya wilayah kerja offshore mulai banyak penerapan pelapisan berbasis thermal spray coating ini untuk meningkatkan masa pakai equipment dilingkungan yang sangat korosif.Penelitian ini mempelajari pengaruh lapisan molybdenum dengan metode High Velocity Oxygen Fuel HVOF Thermal Spray pada baja karbon dengan variasi hasil ketebalan akhir pelapisan terhadap kekerasan permukaan, ketahanan aus, dan juga korosi serta melihat morfologi mikrostruktur dari pelapisan menggunakan mikroskop optik, SEM, dan EDX. Pengujian dilakukan pada 4 sampel dengan variasi hasil ketebalan pelapisan yang berbeda. Dengan range 1 ketebalan lapisan 10 ndash; 20 m, 2 ketebalan lapisan 25 ndash; 35 m 3 ketebalan pelapisan 40 ndash; 55 m, dan 4 ketebalan pelapisan 60 ndash; 75 m. Hasil observasi menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelapisan dengan teknik HVOF spray coating menggunakan bahan pelapis molybdenum menghasilkan kekerasan permukaan yang meningkat dibandingkan dengan tanpa pelapisan yaitu sebesar 258 HV pada spesimen dengan ketebalan pelapisan di range 40 ndash; 55 m. Hasil dari pengujian ketahanan aus didapatkan spesifik abrasi terbesar pada sampel 1 dengan nilai 1.4998187 x 10-6 dan spesifik abrasi terkecil pada sampel 4 yaitu 1.0382507 x 10-6 dimana nilai ketahanan keausan dinilai baik pada nilai spesifik abrasi terkecil. Hasil uji korosi menggunakan metode polarisasi tafel didapatkan hasil icorr pada substrat yang tidak dilapisi 9.8701 mA dengan laju korosi 1.1469 mm/year. Dari ketiga sampel yang diuji korosi icoor pada sampel 3 mengalami penurunan yang drastis yaitu 2.5228 mA dengan laju korosi 0.29315 mm/year. Hal ini membuat efisiensi dari lapisan ini mencapai 74.40.

Material coating technology has become a major concern in the research and industrial environment as it is an economically effective and cost effective way of resisting degradation such as wear, oxidation, corrosion, or damage to high temperatures without sacrificing the substrate material it overlays. One well accepted coating method among industries is thermal spray coatings because it is easy to apply to coating large scale materials and is an environmentally friendly technology. In the oil and gas industry in Indonesia, especially offshore work areas began to apply a lot of thermal spray coating based coating to increase the life of equipment in a very corrosive environment.This study studied the effect of molybdenum coating on the method of High Velocity Oxygen Fuel HVOF Thermal Spray on carbon steel with variation of final coating thickness to surface hardness, wear resistance, and also corrosion and to see microstructure morphology of coating using optical microscope, and SEM. Tests were performed on 4 sampels with different yields of different coating thicknesses. With range 1 layer thickness 10 20 m, 2 layer thickness 25 35 m 3 coating thickness 40 55 m, and 4 coating thickness 60 75 m. The observation result showed that after coating with HVOF spray coating technique using molybdenum coating material yielded increased surface hardness compared with no coating ie 258 HV on specimen with coating thickness in the range 40 55 m.The result of the wear resistance test was found to be the largest specific abrasion in sampel 1 with the value of 1.4998187 x 10 6 and the smallest abrasion specified in sampel 4 ie 1.0382507 x 10 6 where the wear resistance value was rated well on the smallest specific abrasion value. The result of corrosion test using tafel polarization method showed icorr result on uncoated substrate 9.8701 mA with corrosion rate 1.1469 mm year. Of the three sampels tested by icoor corrosion in sampel 3 experienced a drastic reduction of 2,5228 mA with a corrosion rate of 0.29315 mm year. The efficiency of this layer reaches 74.40."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Mubarok
"ABSTRAK
Material stainless steel 304 SS 304 merupakan logam paduan dari beberapa unsur utama yakni Fe, Cr dan Ni yang memiliki karakteristik yang baik yakni tahan terhadap korosi sehingga aplikasinya banyak digunakan dalam berbagai bidang termasuk pada sektor minyak dan gas. Disamping memiliki keunggulan yang tahan terhadap korosi, SS 304 memiliki kelemahan untuk penggunaan pipa minyak yakni sifat kekerasan yang cukup rendah bila dibandingkan dengan stainless steel jenis lainnya. Karena kelemahan tersebut mengakibatkan SS 304 tidak cocok untuk aplikasi yang membutuhkan kinerja tinggi pada sifat mekanik. Dalam penelitian ini telah dilakukan rekayasa sifat mekanik permukaan material SS 304melalui tiga perlakuan yakni cold rolling dengan tingkat reduksi 0 hingga 80 , annealing pada temperatur 400 0C, 600 0C, 800 0C dan 1000 0C dengan waktu tahan selama 1 jam dan proses boronisasi menggunakan boraks sebagai sumber boron. Proses boronisasi dilakukan pada temperatur bervariasi dimulai pada temperatur 750 0C, 850 0C, 950 0C dan 1050 0C dengan waktu penahanan selama 4 jam, 6 jam, 8 jam dan 8 jam quenching.Diperoleh hasil bahwa efek pengerjaan dingin melalui cold rolled dengan tingkat deformasi 20, 40, 60 dan 80 adalah disamping terjadi transformasi fasa dari austenite menjadi martensite juga perubahan morfologi struktur fasa material dari awalnya dengan morfologi kristal equiaxial menjadi elongated crystal pipih panjang dengan tingkat orientasi kristal yang semakin tinggi dengan meningkatnya tingkat deformasi. Perubahan mikrostruktur karena deformasi oleh cold rolled berhasil meningkatkan nilai kekerasan berturut-turut dimulai dari 145 HV pada sampel uji bebas deformasi, 349 HV, 388 HV, 410 HV dan menjadi 450 HV pada sampel uji dengan tingkat deformasi 80 . Demikan juga dengan ketahanan aus sampel uji mengalami peningkatan dari 10,11 mm3/mm pada sampel bebas deformasi menjadi 5,88 mm3/mm pada sampel uji deformasi 80 .Studi mikrostruktur pasca perlakuan anil pada sampel uji terdeformasi 40 dan 80 memperlihatkan terjadinya transformasi fasa dari martensit menjadi austenit pada kedua jenis sampel uji. Perlakuan anil pada berbagai temperatur cenderung mengembalikan mikrostruktur awal yaitu kembali terdiri dari fasa dominan austenit. Secara umum diketahui bahwa kedua sampel uji memiliki nilai kekerasan terendah dibandingkan dengan nilai kekerasan sampel uji pasca anil pada temperatur anil yang lebih rendah. Nilai kekerasan dan ketahanan aus kedua sampel uji memperlihatkan nilai yang hampir sama masing-masing sebesar 146 HVC dan 8,51 mm3/mm pada sampel terdeformasi 40 dan 153 HVC dan 8,66 mm3/mm pada sampel uji terdeformasi 80 pasca perlakuan anil pada temperatur 1000 0C. Sedangkan efek boronisasi mengggunakan borax sebagai sumber boron melalui permukaan menghasilkan lapisan difusi terdiri dari fasa Fe2B dan fasa Fe2O3 sebagai fasa tambahan disamping fasa awal berupa fasa austenit dan martensite. Boronisasi pada temperatur 950 0C dengan waktu tahan 8 jam mampu meningkatkan kekerasan permukaan sampel uji mencapai 588 HV jauh melebihi nilai yang dicapai melalui efek deformasi. Kecenderungan yang sama terhadap sifat mekanik ketahanan aus yaitu terjadi peningkatan dari 10,6 mm3/mm menjadi 7,3 mm3/mm. Penelitian ini menyimpulkan bahwa efek perlakuan melalui proses boronisasi pada temperatur 950 0C efektif untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus sampel SS 304.

ABSTRACT
The 304 stainless steel SS 304 is an alloy consisted of main elements Fe, Cr and Ni which exhibit good corrosion resistant characteristics. The SS304 has met wide applications in various fields including oil and gas sectors. Although the SS304 has a good corrosion-resistant, it has however a weakness in some mechanical properties which are quite low when compared with other types of stainless steels. Because of such weaknesses, SS304 is not suitable for applications that require high performance on mechanical properties. In the current research works, improvement in the mechanical properties of SS304 especially the hardness and wear resistance were carried out through cold rolled deformation and heat treatment. An additional surface treatment, allowing the diffusion process through boronization of two different boron source was also studied. The cold rolled treatment resulted in deformed samples with 0 to 80 thickness reduction. The heat treatment studies to the samples were carried out under annealing at the following temperatures: 400 0C, 600 0C, 800 0C and 1000 0C for 1 hour holding time. The process of boronization was carried out at 750 0C, 850 0C, 950 0C and 1050 0C with holding times of 4 hours, 6 hours, 8 hours and 8 hours followed by quenching for each temperature.It is shown that the phase transformation from austenite to martensite has taken place in all deformed samples in which fully martensite was obtained in a deformed sample of 80 thickness reduction. In addition, the morphological changes of the phase structure from the equiaxial grain morphology to the elongated flat-length grains with a prefer orientation to the rolling direction occurred in all deformed samples. It was found that the higher deformation rate experienced by the samples, the greater the orientation level. The crystal orientation is getting higher with increasing levels of deformation. The microstructural changes due to deformation by cold rolled succeeded in increasing the hardness value of 145 HV in the deformation free test sample, 349 HV, 388 HV, 410 HV to 450 HV on the test sample with a 80 deformation rate. Similarly with the wear resistance of the test sample having an increase of 10.11 mm3/mm in the deformation-free sample being 5.88 mm3/mm in the 80 deformed sample.The microstructural studies due to the annealing effect on the post-deformation test sample of 40 and 80 showed the occurrence of phase transformation from martensite to austenite in both types of test samples. Annealing treatment to the deformed samples at various temperatures tends to restore the initial microstructure which dominated by austenite. It is generally known that the two test samples have the lowest hardness value compared to the value of the hardness of the post-annealed sample at lower annealing temperatures. The hardness and wear resistance values of both samples exhibited almost the same values ?? ??of 146 HVC and 8.51 mm3/mm respectively in the 40 deformed sample and 153 HVC and 8.66 mm3/mm in the 80 deformed sample after annealing treatment at a temperature of 1000 0C. While boronization effect using borax as a source of boron through the surface produce diffusion layer consists of Fe2B and Fe2O3 phases as the additional phases to the initial phases of austenite and martensite. Boronization at a temperature of 950 C has increased the surface hardness reach 588 HV which is far above the value achieved through the deformation effect. The same tendency was also applied to the wear resistance in which an increase from 10.6 mm3/mm to 7.3 mm3/mm. This study concluded that the treatment effect through the boronization process at 950 C is more effective for increasing hardness and wear resistance of SS 304 samples."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
D2520
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johny Wahyuadi Mudaryoto
"Electrical Discharge Machining (EDM) adalah suatu proses pemesinan non-tradisional yang memanfaatkan energi panas untuk menghilangkan atau mengambil logam atau sebagian logam yang tidak diinginkan dalam desain. Energi panas didapatkan dari spark (bunga api) yang dihasilkan secara repetitif dalam jumlah sangat banyak oleh elektrode dan menumbuk permukaan benda kerja dengan kecepatan yang sangat tinggi. Panas yang dihasilkan dapat meleburkan dan menguapkan logam yang ingin dihilangkan.
Salah satu aplikasinya adalah EDM Wire-Cutting yang menggunakan kawat yang bergerak sebagai elektrode. Kecepatan umpan elektrode kawat mempengaruhi kondisi permukaan yang dihasilkan, aik kenampakan luar maupun sifat mekanisnya. Akibat dari permesinan ini antara lain perubahan permukaan benda kerja. Untuk mengurangi perubahan tersebut, antara lain dapat dilakukan penemperan dan pengolesan lektrolitik.
Kecepatan umpan kawat yang rendah (75 mm/det) menghasilkan permukaan potong yang relatif lebih halus dengan kekerasan permukaan yang relatif lebih rendah dibanding yang dihasilkan pada kecepatan umpan kawat tinggi (200 mm/det). Penemperan mampu menurunkan kekerasan permukaan yang meningkat akibat pemesinan. Sedangkan pemolesan elektrolitik dapat mengurangi lapisan putih panas yang terbentuk pada permukaan hasil potong dengan EDM Wire-Cutting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Nurjaman
"ABSTRAK
Grinding ball merupakan salah satu komponen dalam mesin ball mill yang
berfungsi untuk menggerus batuan mineral menjadi partikel yang sangat halus
(100-300 mesh). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh
penambahan unsur paduan berupa khromium, molibdenum, vanadium, dan boron
terhadap sifat-sifat mekanik grinding ball terbuat dari material high chromium
white cast iron, serta pengaruh volume karbida primer, karbida sekunder, dan
austenit sisa terhadap ketahanan aus produk grinding ball.
Pembuatan grinding ball berukuran Ø50 mm dilakukan dengan menggunakan
teknik pengecoran logam dengan menggunakan tungku induksi. Berikut ini adalah
komposisi kimia dari masing-masing grinding ball dalam penelitian ini: 2,18C -
13Cr - 1.38Mo; 1.94C - 13.1Cr - 1.29Mo - 1.307V; 1.89C - 13.1Cr - 1.32Mo -
1.361V - 0.00051B; 2.12C - 16.5Cr - 1.55Mo. Proses perlakuan panas dilakukan
terhadap material tersebut berupa: (1) subcritical heat treatment (700oC, 1 jam)
dengan pendinginan udara atmosfer, (2) hardening (950oC, 5 jam) dengan
pendinginan udara paksa, (3) tempering (250oC, 1 jam) dengan pendinginan udara
atmosfer. Karakterisasi untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan struktur mikro
dari material tersebut dilakukan melalui beberapa pengujian diantaranya adalah
analisa komposisi kimia (Optical Electron Spectroscopy/OES), uji kekerasan
(Brinell/ASTM E-10), uji impak (Charpy/ASTM E-23), analisa struktur mikro
(mikroskop optik, SEM, XRD), dan uji ketahanan aus/wear rates (laboratory ball
mill unit).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa penambahan khromium, molibdenum,
vanadium, dan boron memberikan peningkatan yang signifikan terhadap nilai
kekerasan dan ketahananan aus pada material high chromium white cast iron.
Nilai ketahanan aus grinding ball yang tinggi dimiliki oleh material dengan
komposisi 1.89C - 13.1Cr - 1.32Mo - 1.361V - 0.00051B (as-cast) dan 2.12C -
16.5Cr - 1.55Mo (as-tempered), dimana nilai ketahanan aus material tersebut
lebih baik dibandingkan dengan grinding ball impor asal China dan India.
Ketahanan aus yang tinggi pada material tersebut diakibatkan oleh nilai kekerasan
dan ketangguhan yang berimbang, besarnya kandungan volume karbida primer
dan sekunder dalam matriks martensit, rendahnya kandungan austenit sisa, serta
morfologi karbida primer dan sekunder yang halus.

Abstract
Grinding ball is one of the components in the ball mill unit to grind the minerals
rock into very fine particles (100-300 mesh). The purpose of this research are to
investigate the effect of alloying elements, such as chromium, molybdenum,
vanadium, and boron on the mechanical properties of grinding ball which is made
from high chromium white cast iron, and to investigate the effect of primary and
secondary carbide volume fraction and also retained austenite volume on the wear
resistance of grinding ball.
The manufacturing of Ø50 mm grinding ball was conducted by using the iron
casting process. The following are the chemical composition of the grinding ball?s
materials in this research: 2.18 C-13 Cr- 1.38 Mo; 1.94 C-13.1 Cr-1.29Mo-1.307
V; 1.89 C-13.1Cr-1.32 Mo-1.361 V-0.00051B; 2.12 C-16.5 Cr-1.55 Mo. The heat
treatment process were conducted into those materials include: (1) Subcritical heat
treatment (700 ° C, 1 h) with atmospheric air cooling , (2) Hardening (950oC, 5
hours) with forced air cooling, and (3) Tempering (250oC, 1 hour) with
atmospheric air cooling. Materials characterization was conducted to find out the
mechanical properties and micro structure of those materials by using a few
testing methods, there were: chemical analysis (Optical Electron
Spectroscopy/OES), hardness testing (Brinell/ASTM E-10), impact testing
(Charpy/ASTM E-23), micro structure analysis (optical microscope, SEM, XRD),
and wear resistance/wear rates testing (laboratory ball mill unit).
From the results, the addition of alloying elements, such as chromium, vanadium,
molybdenum and boron provided a significant improvement on the hardness and
wear resistance of high chromium white cast iron. The high wear resistance was
owned by the material with 1.89 C-13.1Cr-1.32 Mo-1.361 V-0.00051B (as-cast)
and 2.12 C-16.5 Cr-1.55 Mo (as-tempered), which were better than grinding ball?s
material from China and India. It was caused by a good combination between
hardness and toughness, higher primary and secondary carbide volume fraction in
martensitic matrix, lower retained austenite volume, and finer structure of primary
and secondary carbide."
2012
T31512
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Hadyo Wicaksono
"Komposit aluminium dengan paduan 4%Cu-4%Mg berpenguat Al2O3 secara teoritis berpotensi untuk memiliki sifat mekanik yang baik dengan massa yang ringan. Pada penelitian ini, presentase volume fraksi Al2O3 yang dipakai dalam pembuatan komposit adalah sebesar 15% dan 20% untuk mengetahui efek penambahan kadar Al2O3 dalam jumlah besar pada kekerasan dan ketahanan ausnya. Proses thixoforming pun dilakukan untuk melihat sejauh mana peningkatan kekerasan dan ketahanan aus yang terjadi berikut perubahan struktur mikro dibandingkan dengan produk as-cast.
Penambahan partikel alumina pada komposit as-cast meningkatkan nilai kekerasan dan ketahanan aus sebesar 7% dan 25%. Komposisi berpenguat alumina 15% dan 20% hasil thixoforming juga mengalami peningkatan kekerasan sebesar 23% dan 6,99% dibanding produk as-cast. Hasil pengamatan menunjukkan produk as-cast memiliki struktur mikro berbentuk dendritik yang berpengaruh jelek pada sifat mekanis. Namun, bentuk struktur mikro dendritik dapat dikurangi dengan memaksanya berubah menjadi lebih globular dengan penambahan proses thixoforming saat fabrikasi komposit yang dapat meningkatkan sifat kekerasan dan ketahanan aus komposit.

Aluminium alloy 4%Cu-4% Mg composite reinforced by Al2O3 particle has an ability to exposed its better mechanical properties with lighter weight. In this study, 15% and 20% volume fraction of Al2O3 are used to fabricate the composite to understand the correlation between the addition of volume fraction of Al2O3 and mechanical properties of composite: hardness and wear resistant. Thixoforming process is also performed to the composite in order to observe the increament in hardness value, wear resistant value and also the change in microstructure compared to as-cast product.
The result shows that addition of volume fraction of Al2O3 could increase the hardness and wear resistant by 7% and 25% in as-cast product. Composite with 15% and 20% Vf Al2O3that are thixoformed also have a great increament in hardness value by 23% and 6,99%. From the microstructural aspect, as-cast product has a full dendritic microstructure that has poor effect in mechanical properties. However, that dendritic microstructure can be reduced by forcing them to evolute into globular type micostructure with the addition of thixoforming process after the fabrication process that can increase hardness and wear resistant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Lestari
"ABSTRAK
Coating Ni-P-nano powder Al2O3 yang dibuat dengan metode electroless kodeposisi memiliki keunggulan yaitu prosesnya tidak membutuhkan elektroda, laju deposisi yang cepat dan memiliki ketahanan korosi dan aus yang baik. Pada penelitian ini, parameter yang divariasi adalah komposisi penambahan nano powder Al2O3 dan temperatur heat treatment setelah proses electroless. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena struktur mikro, fasa dan kristalinitas, komposisi kimia dan distribusi unsur di permukaan coating, dan ketahanan korosi komposit coating Ni-P-nano powder Al2O3. Substrat yang digunakan yaitu Stainlesss Steel 410 di pretreatment untuk mengaktivasi permukaan, kemudian direndam dalam larutan yang terdiri dari nikel sulfat, natrium hypophosphite, ammonium sulfat, sodium asetat, lead asetat dan serbuk nano alumina. Substrat direndam selama 60 menit, dalam suhu proses 90±2°C dengan kecepatan putaran 150 rpm. Setelah proses electroless coating, substrat kemudian di heat treatment pada suhu 300, 400 dan 500°C. Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan alat SEMEDS, XRD, dan CMS. Dari hasil percobaan menunjukkan terdapat perbedaan visual antara substrat logam dasar, substrat setelah proses electroless coating, dan substrat setelah diheat treatment. Berdasarkan variabel percobaan, untuk komposisi nano powder Al2O3 yang optimum adalah 10 gr/l dan temperatur heat treatment 400°C karena memberikan distribusi partikel dan ketahanan korosi yang paling baik.

ABSTRACT
The Ni-P-nano powder Al2O3 composite coating have been prepared by electroless codeposition method. It has advantage that the process does not require an electrode, fast deposition rate, good corrosion and wear resistance. In this study, the parameters are varied is the addition of nano powder Al2O3 composition and heat treatment temperature after electroless process. The aim of this research is to determine microstructure phenomenon, phase and crystalinity, chemical composition and distribution on coating surface, and corrosivity Ni-P-nano powder Al2O3 composite coating. The substrate is used stainless steel 410. Substrates have been pre treated in order to activate the surface. Then, substrate immersed in solution that consisting of nickel sulfate, sodium hypophosphite, ammonium sulfate, sodium acetate, lead acetate dan nano alumina powder. The substrate is immersed about 60 minutes at a 90±2°C temperature with speed of 150 rpm. After electroless coating process, the substrate is heat treated at 300, 400, and 500°C temperatures. Sample characterization has done by SEM-EDS, XRD, and CMS. From the experimental results indicate there is a visual difference between substrate before and after electroless coating, and after heat treatment process. Based on variable experinment, the optimum nanopowder Al2O3 composition is 10 gr/l and a temperature heat treatment of 400°C which have given the best paticle distribution and most excellent corrosion resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adita Evalina Fitria Utami
"Carbon nanotube (CNT) Alumina + 13%TiO2 nanokomposit dengan fraksi volume CNT berbeda untuk mengetahui pengaruh distribusi CNT dalam matriks keramik. Perilaku self-lubrication pada pelapisan permukaan di cylinder liner yang diamati. Alumina 13% TiO2 + CNT nanokomposit dengan kandungan CNT Maksimum 4 % yang dilakukan dengan metode cold spraying pada pelapisan permukaan cylinder liner. Nanokomposit dibuat dengan komposisi berbeda dengan metode pencampuran planetary ball mill. Pengaruh ketahanan aus, friction dan self lubrication akan di analisa dengan Vickers microhardness, surface roughness, pengujian keausan ogoshi sebelum lubrikasi dan setelah lubrikasi, dan fourir transform infrared spectrometer.
Hasil yang didapatkan ketahanan aus meningkat seiring penambahan CNT. Ketahanan aus dan mikrohardness berdasarkan penambahan CNT dihitung dalam penelitian ini. SEM - EDX digunakan untuk mengamati permukaan yang dilapisi CNT ? Alumina 13% TiO2 nanokomposit. Semua hasil menunjukkan metode cold spraying dan planetary ball mill secara signifikan meningkatkan distribusi CNT pada matriks alumina 13% TiO2 sehingga meningkatkan ketahanan aus dan memberikan efek self lubricant pada nanokomposit.

Carbon nanotubes (CNTs) Alumina + 13% TiO2 nanocomposite with a different volume fraction of CNT?s to determine the effect of CNT distribution in the ceramic matrix. The behavior of self-lubrication on the surface coating on the cylinder liner was observed. Alumina 13% TiO2 + CNT nanocomposite containing CNTs Maximum 4% which was conducted by cold spraying on the surface of the cylinder liner coating. Nanocomposite prepared with different compositions with a planetary ball mill mixing method. Effect of wear resistance, friction and self lubrication will be analyzed with a Vickers microhardness, surface roughness, ogoshi wear testing was used before and after lubrication lubrication, and fourir transform infrared spectrometer.
The results obtained wear resistance increases with the addition of CNTs. Wear resistance and mikrohardness by the addition of CNTs calculated in this study. SEM - EDX was used to observe the surface of the coated CNT - Alumina 13% TiO2 nanocomposite. All results show the method of spraying cold and planetary ball mill significantly improve the distribution of CNTs in the alumina matrix 13% TiO2 thereby increasing wear resistance and self-lubricant effect on the nanocomposite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>