Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jessica Sylvania Oswari
"Gangguan perkembangan dan koordinasi (GPK) adalah suatu kondisi di mana anak memiliki kelemahan dalam mengatur gerakan motorik sehingga anak tampak perilaku ceroboh. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa bahwa jenis kelamin dan berat badan lahir anak merupakan faktor risiko terjadinya GPK pada anak bahwa. Di Indonesia, masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dampak GPK terhadap prestasi akademik dan angka absensi siswa, maka penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko, epidemiologi, dan dampak GPK terhadap prestasi akademik dan jumlah absensi siswa. Subyek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa sekolah-sekolah dasar di salah satu sekolah negeri di Jakarta. Penelitian ini menggunakan studi desain potong Garis Lintang. Kuesioner Bahasa Indonesia DCDQ'07 dibagikan dan orang tua diminta untuk melengkapi. Subjek kemudian dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu subjek yang diduga mengalami GPK dan subjek tidak diduga GPK. Dari 221 subjek yang termasuk dalam penelitian ini (127 laki-laki) dan 94 perempuan), 22 subjek diduga mengalami GPK. Usia (median = 10,64) dan berat badan kelahiran (median = 3000 gram) merupakan variabel yang signifikan terhadap kejadian GPK. Tipe jenis kelamin, latar belakang pendidikan orang tua dan tingkat pendidikan anak di sekolah tidak signifikan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara GPK dengan prestasi akademik dan kehadiran siswa. Namun, anak-anak dengan GPK ditemukan memiliki skor dan ketidakhadiran yang lebih rendah lebih tinggi dari anak yang tidak terduga dengan GPK. Kesimpulan: Faktor yang signifikan untuk GPK menurut penelitian ini adalah usia dan berat badan lahir. Prevalensi GPK dalam penelitian ini adalah 10%. Tidak ada signifikansi yang ditemukan antara GPK dengan prestasi akademik dan absensi siswa.

Developmental coordination disorder (DCD) is a condition where children have poor ability in motor planning hence, clumsy behavior. Studies done previously have proven that several risk factors such as gender and birth weight play role towards the occurrence of DCD. As studies about the impact of DCD towards average academic score and absenteeism is very limited in Indonesia, this study aims to explore the risk factors, epidemiology, and impact of DCD towards average academic score and absenteeism. Subjects include primary school students in a public school in Jakarta. This study uses cross-sectional design. Questionnaires (DCDQ’07, Indonesian version) were distributed and parents were asked to fill in the questions completely. Subjects will then be grouped into subjects suspected with DCD and subjects not suspected with DCD. From 221 subjects (127 males and 94 females), 22 subjects are suspected with DCD. Age (median = 10,64) and birth weight (median = 3000 grams) were significant towards the occurrence of DCD. Gender, parental education, and grades were not found to be significant. DCD are not found to be significantly correlated with academic achievement and total absence. However, children with DCD has slightly lower academic achievement and higher absence.
Conclusions: Factors significantly associated to DCD were age and birth weight. The prevalence of DCD in this study is 10% which is similar to other studies. Average academic achievement and absenteeism were not found to be significantly associated with DCD.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Linardo
"Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan bahwa sebanyak 33,5% penduduk berusia ≥10 tahun masih tergolong memiliki aktivitas fisik yang kurang (<150 menit/minggu). Padahal, aktivitas fisik memiliki peran krusial dalam perkembangan motorik dan kognitif pada anak. Berdasarkan hal ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat aktivitas fisik dan keterampilan motorik pada anak usia sekolah, sekaligus mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mungkin terkait. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data yang diambil dari SEANUTS 2.0. (South-East Asian Nutrition Survei) di Indonesia pada tahun 2020. Sampel terdiri dari 519 anak berusia 7–12 tahun yang berasal dari sebelas kota besar di Indonesia. Analisis dilakukan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan keterampilan motorik, termasuk tingkat aktivitas fisik, usia, jenis kelamin, status ekonomi, pendidikan orang tua, indeks massa tubuh (IMT), dan status gizi anak. Selain itu, hubungan variabel-variabel ini dengan berbagai aspek keterampilan motorik juga dianalisis, yaitu pengendalian gerakan (control during movement), motorik halus/kemampuan menulis tangan (fine motor/handwriting), dan koordinasi umum (general coordination). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat aktivitas fisik dan keterampilan motorik (p<0,001). Analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa usia (p<0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,004), dan status gizi (p=0,001) memiliki hubungan signifikan dengan keterampilan motorik. Lebih lanjut, regresi linear berganda mengindikasikan bahwa keterampilan motorik berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik (p<0,001), usia (p<0,001), pendidikan ayah (p=0,019), dan status gizi anak (p=0,003). Secara keseluruhan, tingkat aktivitas fisik terbukti memiliki hubungan yang signifikan dengan keterampilan motorik pada anak usia sekolah di kota besar di Indonesia. Faktorfaktor lain yang turut berkontribusi terhadap keterampilan motorik anak meliputi tingkat aktivitas fisik, usia, tingkat pendidikan ayah, dan status gizi.

The 2018 Basic Health Research (Riskesdas) reported that 33.5% of the population aged ≥10 years still has low physical activity levels (<150 minutes/week). Physical activity plays a crucial role in children’s motor and cognitive development. Based on this, the study aims to identify the relationship between physical activity levels and motor skills in school-aged children, while also exploring other potential influencing factors. This study uses a cross-sectional design with data from the SEANUTS 2.0 (South-East Asian Nutrition Survey) conducted in Indonesia in 2020. The sample includes 519 children aged 7–12 years from eleven major cities across Indonesia. The analysis evaluates factors associated with motor skills, including physical activity level, age, gender, socioeconomic status, parental education, body mass index (BMI), and nutritional status. Additionally, the relationships between these variables and various aspects of motor skills were analyzed, namely control during movement, fine motor/handwriting, and general coordination. The results indicate a significant relationship between physical activity levels and motor skills (p<0.001). Bivariate analysis also shows that age (p<0.001), father’s education level (p=0.004), and nutritional status (p=0.001) have a significant relationship with motor skills. Furthermore, multiple linear regression analysis reveals that motor skills are influenced by physical activity level (p<0.001), age (p<0.001), father’s education (p=0.019), and the child’s nutritional status (p=0.003). Overall, physical activity level has a proven significant relationship with motor skills in school-aged children in major cities in Indonesia. Other factors contributing to children’s motor skills include physical activity level, age, father’s education level, and nutritional status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library