Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiwiet Mugi Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal akan berbeda, sesuai dengan karakteristik tempat dan karakteristik penduduk. Dengan membagi wilayah penelitian Kelurahan Kampung Melayu menjadi dua, yaitu wilayah tidak banjir dan wilayah banjir, tujuan penelitian ini adalah menganalisis keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat. Kuesioner self-administered menggunakan skala likert disebar secara random pada 400 penduduk. Analisis statistik menggunakan distribusi frekuensi dan Structural Equation Modelling SEM . Hasil dari penelitian menunjukkan penduduk cenderung memiliki keterikatan tempat dengan lingkungan tempat tinggalnya. Faktor yang mempengaruhi keterikatan tempat pada penduduk yang lahir di lingkungan tempat tinggal dengan lama tinggal 10 tahun atau lebih dan memiliki rumah adalah faktor keluarga untuk penduduk di wilayah tidak banjir dan faktor fisik serta faktor sosial di wilayah banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keterikatan tempat terhadap lingkungan tempat tinggal terbentuk karena dimensi tempat dimaknai tidak hanya dalam setting fisik, namun juga secara sosial yaitu adanya ikatan keluarga dan hubungan sosial dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.
ABSTRACT
Place attachment on neighborhood differs according to place characteristics and person characteristics. By dividing the research area of Kelurahan Kampung Melayu into flood area and non flood area, this research aims at analyzing place attachment on neighborhood and analyzing factors influencing the place attachment. Self administered questionnaires using likert scale were distributed randomly to 400 residents. Statistical analysis is carried out using frequency distribution and Structural Equation Modeling SEM . Result of the study shows that residents tend to have place attachment to their neighborhood. Factors influencing place attachment on residents born in the neighborhood with length of stay 10 years or longer and having house are family factor for residents living in non flood area and physical factor as well as social factor for residents in flood area. This research concludes that place attachment on neighborhood is formed because dimension of place is interpreted not merely physically but also socially, namely the existence of family ties and social relationship with people in the neighborhood.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diko Hary Adhanto
Abstrak :
Sense of place adalah upaya sesorang untuk memahami "status" mereka dalam dunia dan membentuk rasa identitas diri. Dari sense of place ini seseorang memiliki identitas tempat sesuai dengan pengembangan jati dirinya. Identitas tempat sendiri berkembang karena penjelajahan seseorang di lingkungan terdekatnya. Penjelajahan lingkungan di awali sejak usia dini dengan berbagai cara. Salah satu cara menjelajahi lingkungan adalah dengan bermain. Penelitian ini menjelaskan keterikatan tempat anak pedesaan terhadap ruang bermain dengan menggunakan teori tempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola ruang bermain anak berdasarkan karakteristik tempat, dan karakteristik demografi anak. Metode pengumpulan data dilakukan melalui pemetaan mental kepada 80 anak kelas 1 hingga 5 dan pengukuran indeks keterikatan tempat kepada 44 anak yang duduk di kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar, di Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Hasil dari penelitian ini adalah 75% anak-anak pedesaan memilih bermain di lingkungan dekat rumahnya dan hanya anak laki-laki dan yang kelompok umur menengah dan besar yang memilih bermain di sungai. Tingkat identitas dan ketergantungan tempat pada semua ruang bermain bernilai baik. Sedangkan berdasarkan hasil interpretasi peta mental, elemen alam pada kategori penilaian memiliki skor yang hampir dominan pada beberapa ruang bermain. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah anak pedesaan cenderung memilih ruang bermain yang dekat dengan lokasi tempat tinggal mereka dan adanya perluasan jangkauan dalam mengeksplorasi ruang bermain yang lebih jauh berdasarkan umur dan gender. Keterikatan fungsional dan keterikatan emosional anak terhadap ruang bermain berbeda-beda dengan elemen alam yang sangat dominan.
Sense of place is the way that to understand their "status" in the world and to form a sense of identity. Lots of people will have place identity in accordance with the development of their identity. The identity itself develops due to the exploration of a person in their nearest surrounding environment. The exploration activities start doing at an early age in various ways. One of the activities are playing in playground spaces. The study explains the attachment of rural children to the playground spaces using place theory. The purpose of this study is that to determine the pattern of children's playground spaces based on the characteristics of the place and the demographic characteristics of children. The data collection method was carried out through mental mapping of 80 children in grades 1 to 5 and measurement of the place attachment index for 44 children in grades 4 and 5 of elementary schools, in Lemong District, Pesisir Barat Regency, Lampung Province. The results of this study are amount 75% of rural children chose to play in the neighborhood near their homes and only boys and middle or large age groups chose to play in the river as playground space. The level of place identity and place dependence on all playground spaces is well worth it. Meanwhile, based on the results of the mental map interpretation, the natural elements in the assessment category have scores that are almost dominant in some playground spaces. The conclusion in this study is that the pattern of choosing a playground space for rural children tends to choose a playground that is close to the location where they live and there is an expansion of the range in exploring further playground spaces based on age and gender as well as functional attachments and children's emotional attachments to different play spaces. with natural elements that are very dominant.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Ryan
Abstrak :
Masjid dalam praktiknya sehari-hari dapat digolongkan sebagai ruang liminal bagi orang-orang yang datang dengan durasi yang singkat dan tidak memiliki ikatan apapun dengan masjid tersebut. Di sisi lain, masjid juga dapat dianggap sebagai tempat tetap bagi orang-orang yang memang sering beraktivitas dan memiliki ikatan dengan masjid tersebut. Pemaknaan masjid sebagai tempat tetap dapat melahirkan keterikatan tempat yang berlandaskan identitas masjid, ketergantungan terhadap masjid, dan hubungan sosial dengan masjid tersebut. Penelitian ini dilakukan di Masjid Al Mubarak yang dibangun oleh Jamaah Ahmadiyah Indonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi literatur untuk menganalisis perbedaan perspektif antara masyarakat sekitar dan khuddam terhadap Masjid Al Mubarak dan mengenalisis keterikatan tempat yang muncul di antara khuddam terhadap Masjid Al Mubarak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Masjid Al Mubarak hanyalah sebuah ruang liminal bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain, Masjid Al Mubarak merupakan tempat tetap bagi khuddam karena masjid tersebut merupakan tempat mereka beraktivitas dan memiliki makna bagi setiap khuddam. Tidak semua khuddam memaknai Masjid Al Mubarak sebagai tempat religius. Ada yang memaknai sebagai tempat hidup dan bertumbuh, rumah kedua, kantor sekretariat, dan rumah rohani. ......The mosque in daily practice can be classified as a liminal space for people who come with a short duration and do not have any ties to the mosque. On the other hand, the mosque can also be considered as a permanent place for people who are often active and have ties to the mosque. The meaning of the mosque as a permanent place can give birth to a place attachment based on the identity of the mosque, dependence on the mosque, and social relations with the mosque. This research was conducted at the Al Mubarak Mosque which was built by Jamaah Ahmadiyah Indonesia. This research is qualitative in nature with in-depth interviews, observation, documentation, and literature studies methods to analyze the different perspectives between the surrounding community and the khuddam towards the Al Mubarak Mosque and identify the place attachments that arise between khuddam and the Al Mubarak Mosque. The results of this study indicate that the Al Mubarak Mosque is only a liminal space for the surrounding community. On the other hand, Al Mubarak Mosque is a permanent place for khuddam because the mosque is a place for them to work and has meaning for every khuddam. Not all khuddam interpret Al Mubarak Mosque as a religious place. Some interpret it as a place to live and grow, a second home, a secretariat office, and a spiritual home.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Dafa Nurbaskara
Abstrak :
Keterikatan tempat mengacu pada ikatan emosional dan ikatan fungsional  positif yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tempat. Dalam perkembangannya, ikatan sosial juga berpengaruh terhadap keterikatan tempat yang dimiliki oleh seseorang. Ketiga faktor tersebut secara bersamaan akan menghasilkan sense of place yang didefinisikan sebagai ikatan antara manusia dengan tempat yang tercipta berdasarkan pengalaman bermakna terhadap tempat. Sense of place dapat mempengaruhi perilaku individu pada suatu tempat dan salah satunya adalah penciptaan budaya. Batik merupakan seni budaya khas Indonesia yang penciptaannya dipengaruhi oleh interaksi antara manusia dengan tempat melalui adat istiadat dan karakteristik fisik lokasi. Kota Surakarta merupakan kota pedalaman yang perkembangan batiknya memiliki keterkaitan erat dengan keraton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan motif batik di Kota Surakarta berdasarkan keterikatan tempat yang dimiliki oleh pengusaha terhadap kampung batik yang ada di Kota Surakarta. Metode sampling yang digunakan adalah penetapan kuota 50 % dari total pengusaha batik yang memproduksi dari hulu hingga hilir. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi literatur, sedangkan pada tahapan analisis data menggunakan teknik analisis konten, metode triangulasi sumber data, dan teknik interpretasi. Hasil dari penelitian ini adalah keterikatan tempat pengusaha batik terhadap kampung batik tergolong kuat yaitu pada skala intensionalitas sense of place 5 hingga 7. Terkait penentuan motif batik sebagian besar pertimbangannya didasarkan atas dasar tren di masyarakat dan permintaan khusus konsumen. Perihal hubungan keterikatan tempat dengan penciptaan motif batik adalah semakin kuat keterikatan tempat pengusaha batik, maka mereka cenderung tetap memproduksi batik klasik tradisional sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas khas Kota Surakarta. ...... Place attachment refers to the emotional attachment and positive functional attachment that individuals have to a place. In its development, social ties also affect the attachment to a person's place. These three factors will simultaneously produce a sense of place which is defined as a bond between humans and places created based on meaningful experiences of places. Sense of place can influence individual behavior in a place and one of them is the creation of culture. Batik is a typical Indonesian cultural art whose creation is influenced by the interaction between humans and places through customs and the physical characteristics of the location. The city of Surakarta is an inland city whose batik development is closely related to the palace. This study aims to determine the determination of batik motifs in the city of Surakarta based on the attachment of the place owned by the entrepreneur to the batik village in the city of Surakarta. The sampling method used is the determination of a quota of 50% of the total batik entrepreneurs who produce from upstream to downstream. Data was collected using interviews, observation, and literature studies, while at the data analysis stage, content analysis techniques, data source triangulation methods, and interpretation techniques were used. The result of this study is that the attachment of the batik entrepreneur to the batik village is quite strong, namely on a sense of place intentionality scale from 5 to 7. Regarding the determination of batik motifs, most of the considerations are based on trends in society and special consumer demands. Regarding the relationship between place and the creation of batik motifs, the stronger the attachment to the place of batik entrepreneurs, they tend to continue to produce traditional classical batik as a form of preserving the culture and identity of Surakarta City.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidah Fahira
Abstrak :
Keterikatan tempat merupakan konsep multidimensi yang dalam penelitian ini dikaji melalui aspek identitas tempat dan ketergantungan tempat. Kedua aspek tersebut dinilai sebagai konsep tempat yang berbeda dan mengacu pada persepsi subjektif individu yang dihasilkan dari adanya interaksi dengan lingkungannya. Kehadiran dan ingatan akan bencana alam beserta risiko lingkungan juga menjadi penanda adanya hubungan manusia dengan lingkungannya. Terjalinnya hubungan sosial dari waktu ke waktu membuat manusia akan membentuk keterikatan dengan lingkungannya hingga dapat membentuk identitas diri. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keterikatan tempat yang terbentuk di lingkungan masyarakat berdasarkan tingkat ancaman banjir dan mengetahui hubungannya terhadap perilaku adaptasi masyarakat dalam menghadapi ancaman banjir di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan metode pengukuran indeks keterikatan tempat dengan analisis keruangan dan deskriptif kuantitatif. Hasilnya didapatkan bahwa keterikatan tempat yang terbentuk di ketiga wilayah dengan tingkat ancaman banjir berbeda (rendah, sedang dan tinggi) di Kelurahan Kampung Melayu tergolong tinggi sampai sangat tinggi. Keterikatan yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya lama tinggal, kondisi sosial, ekonomi, hingga karakteristik fisik lokasi tempat tinggal yang mendorong masyarakat untuk tetap tinggal di wilayah ancaman banjir berulang. Dari hasil tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan antara keterikatan tempat dengan perilaku adaptasi yang dibuktikan dengan adanya tindakan dan kecenderungan yang baik untuk mencegah dan mengurangi risiko melalui pilihan-pilihan adaptasi yang dilakukan masyarakat di Kelurahan Kampung Melayu untuk tetap dapat mempertahankan lingkungannya. ......Place attachment is a multidimensional concept which in this study is examined through aspects of place identity and place dependence. These two aspects are considered as different place concepts and refer to the individual's subjective perception resulting from interactions with their environment. The presence and memory of natural disasters and environmental risks are also markers of the relationship between humans and their environment. The establishment of social relations from time to time makes humans will form attachments with their environment so that they can form self-identity. The purpose of this study was to determine the attachment of places formed in the community based on the level of flood threat and to determine its relationship to community adaptation behavior in dealing with the threat of flooding in Kampung Melayu Village, Jakarta. To find out this, the method of measuring the attachment index of the place with spatial analysis and quantitative descriptive is used. The results show that the place-bounds formed in the three areas with different levels of flood threat (low, medium and high) in Kampung Melayu Village are classified as high to very high. High attachment is influenced by several factors including length of stay, social, economic conditions, to the physical characteristics of the location of residence that encourage people to stay in areas with repeated flood threats. From these results it is known that there is a relationship between place attachment and adaptive behavior as evidenced by the existence of good actions and tendencies to prevent and reduce risk through adaptation choices made by the community in Kampung Melayu Village to maintain their environment.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reinhard Imanuel Putra Daniel
Abstrak :
Lagu daerah merupakan salah satu bentuk identitas dari daerah tersebut. Dalam geografi, identitas tempat adalah salah satu indikator adanya keterikatan antara manusia dengan suatu tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah persepsi dan keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya dipengaruhi oleh lagu daerah. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner untuk masyarakat NTT yang merantau. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lagu daerah dirasa menjadi salah satu faktor identitas mereka sebagai masyarakat NTT serta memperkuat persepsi dan rasa keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya. Masyarakat rantau NTT memiliki persepsi bahwa kampung halamannya lebih baik daripada tanah rantau karena rasa kekeluargaan, persaudaraan dan sikap toleransi yang tinggi di kampung halaman kurang mereka dapatkan di tanah rantau. Disisi lain, lagu daerah memperkuat rasa keterikatan masyarakat rantau NTT terhadap kampung halamannya. Hal ini dibuktikan dengan perasaan bangga dan rindu kampung halaman ketika mereka mendengar atau menyanyikan lagu daerah di perantauan. Kesimpulannya, lagu daerah adalah salah satu faktor yang menjadi identitas masyarakat rantau NTT serta memperkuat persepsi dan place attachment mereka terhadap kampung halamannya. ......Folk songs are a form of identity from the region. In geography, place identity is one indicator of an attachment between humans and a place. This study aims to determine whether the perceptions and attachments of the NTT overseas community to their hometowns are influenced by folk songs. The method used for data collection was a questionnaire for NTT people who had migrated. The analysis used is descriptive analysis. The results showed that the folk song was felt to be one of the factors of their identity as the people of NTT and strengthened the perception and sense of attachment of the NTT overseas community to their hometown. The people of foreigners in NTT have the perception that their hometowns are better than their homeland because of the feeling of kinship, brotherhood and a high attitude of tolerance in their hometowns they do not get in the overseas lands. On the other hand, the folk song strengthens the sense of attachment of the NTT overseas community to their hometown. This is evidenced by feelings of pride and homesickness when they hear or sing folk songs overseas. In conclusion, folk song is one of the factors that has become the identity of the people of foreigners in NTT and strengthens their perception and place of attachment to their hometown.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Setiawan
Abstrak :
Batik tulis Girilayu merupakan kekayaan budaya di Desa Girilayu yang dikenal dengan kualitas tinggi. Namun, belum diupayakan maksimal sehingga kesejahteraan pelakunya masih rendah. Pemdes Girilayu menyikapinya dengan menyelenggarakan berbagai program untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah batik. Hal ini diidentifikasi melalui rantai nilai. Penelitian ini memodifikasi Model Rantai Nilai Porter menjadi aktivitas produksi dan distribusi.  Tujuan penelitian ini yaitu menyintesis pola rantai nilai batik tulis Girilayu dari setiap karakteristik tempat serta keterlibatan pelakunya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data diolah dengan transkrip, penetapan tema, dan visualisasi data secara spasial dan aspasial. Selanjutnya, dilakukan analisis tema dan rantai nilai.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembatik, pengusaha, paguyuban, dan pedagang terlibat pada aktivitas distribusi. Sementara itu, hanya pembatik dan pengusaha yang terlibat pada aktivitas produksi. Karakteristik tempat seperti jarak pemasok, lingkungan fisik-sosial, pemanfaatan ruang, dan place utility mempengaruhi terbentuknya pola rantai nilai. Terdapat 3 pola yang terbentuk, yaitu pembatik-konsumen, pembatik-paguyuban-konsumen, dan pembatik-pedagang-konsumen. Setiap pola memiliki variasi nilai tambah, dengan nilai tambah tertinggi pada mata rantai produksi khususnya pelaku pembatik. ......Batik tulis Girilayu is a cultural wealth in Girilayu village known for its high quality. However, it hasn’t been properly cultivated so the actor’s welfare still low. The government responded by organizing programs to improve batik’s competitiveness and added value. This is identified through the value chain. This research modifies Porter's value chain model into production and distribution activities.  This research aims to synthesize the value chain pattern of batik tulis Girilayu from each place characteristic and actor’s involvement. Data were collected through in-depth interviews, observation, and documentation. Data were processed by transcribing, determining themes, and visualizing spatially-aspatially. Then, theme and value chain analysis were used.  The results showed that batik producers, entrepreneur, association, and traders are involved in distribution. Meanwhile, only batik producers and entrepreneur are involved in production. Place characteristics such as supplier distance, physical-social environment, space utilization, and place utility influence the value chain patterns. There are 3 patterns formed, namely batik producer-consumer, batik producer-association-consumer, and batik producer-trader-consumer. Each pattern has added value variation, with the highest located in production chain, especially the batik producers.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library