Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Gusno Rekozar
"Nyeri pasca bedah adalah sesuatu yang sangat mengganggu bagi pasien. Kenyamanan pasien adalah hal yang utama sehingga analgetik yang adekuat sangat dibutuhkan pada periode pasca bedah. Penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang tidak adekuat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologi tubuh; berupa peningkatan aktivitas simpatis, gangguan neuroendokrin dan metabolisme, mobilisasi yang terhambat, kecemasan, takut dan gangguan tidur.
The Agency for Health Care Policy and Research dari Departement of Health and Human Services Amerika Serikat mempublikasikan panduan praktis penatalaksanaan nyeri akut, di mana bila tidak didapatkan kontraindikasi, terapi farmakologi untuk nyeri pasca bedah ringan-sedang harus dimulai dengan Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs. NSAID menurunkan kadar mediator-mediator inflamatori pada daerah trauma, tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernafasan, dan tidak mempengaruhi fungsi usus dan kandung kemih.
Pemberian obat untuk mengatasi nyeri dapat diberikan dalam berbagai cara seperti oral, suppositoria, transmukosa, intramuscular, intravena (intermitten atau kontinyus), dan regional analgesia, serta blok saraf perifer. Analgesia balans adalah cara pengelolaan nyeri pasca bedah yang bersifat multidrug di mana proses nyeri ditekan pada tiga tempat yaitu, transduksi dengan obat NSAID, transmisi dengan anestesi lokal dan modulasi dengan opioid.
Ketorolac adalah salah satu analgetik NSAID yang sering diberikan kepada pasien pasca operasi dengan tingkat nyeri yang tinggi. Hasil yang dicapai dengan pemberian analgetik ini memuaskan. Efek analgetik ketorolac sama baiknya dengan morfin dengan dosis yang sebanding, tanpa takut terjadinya depresi pemapasan. Hal inilah salah satu sebab dipilihnya ketorolac sebagai analgetik pasca operasi Ketorolac juga bersifat anti inflamasi sedang, Paul F White melaporkan bahwa pemberian ketorolac menurunkan tingkat kebutuhan fentanil pasta operasi sampai 32 %.
Dalam peneltian Etches disebutkan bahwa pemberian ketorolac menghilangkan nyeri dengan baik dan menurunkan tingkat kebutuhan morfin sampai 35 % dibandingkan plasebo. Terdapat suatu kepercayaan bahwa obat yang pertama kali keluar (launching), yang biaya disebut original product, adalah yang terbaik. Sebaliknya ada pula yang berpendapat obat sejenis yang dikeluarkan kemudian, me too drug, adalah yang terbaik. Di lain pihak seringkali original product jauh lebih mahal dibanding obat yang dikeluarkan berikutnya. Dalam hal ketorolac yang akan dibandingkan ini, harga ketorolac original tiga kali sampai empat kali lipat obat me too drug-nya. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan keefektifan antara keduanya, maka penelitian ini akan menjawabnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Yuda Atmaja
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mebandingkan efek analgetik, efek samping, lama rawatan dan perbandingan biaya antara ketorolac intravena dengan Meloxicam oral pada pasien pasca ureterorenoskopi.
Metode: Pasien yang menjalani tindakan ureterorenoskopi di Rumah Sakit Meuraxa, Banda Aceh dari bulan Juli sampai September 2017. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok terapi analgetik dengan ketorolac 30 mg dan kelompok Meloxicam 7,5 mg. Efek analgetik kedua kelompok diamati selama dalam rawatan di rumah sakit yang dinilai dengan Visual Analog Scale VAS . Hubungan antar variabel dinilai dengan menggunakan Chi Square dan Mann-Whitney U.
Hasil: 46 pasien yang terlibat dalam penelitian ini dengan rata-rata usia 40.57 13.53 tahun, dimana 23 pasien mendapat terapi ketorolac dan 23 pasien mendapat terapi meloxicam. Lama rata-rata rawatan pada kedua kelompok pasien adalah 3.13 0.46 hari. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada nilai VAS pada kedua kelompok analgetik baik pada rawatan hari pertama p 0.134 , kedua p 0.623 maupun ketiga p 0.529 . Komplikasi yang paling sering dikeluhkan pasien adalah mual, yang terjadi 7 30.4 pasien kelompok ketorolac dan 2 8.7 pasien kelompok meloxicam, namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok ini p 0.063 . Terdapat perbedaan yang cukup jauh pada biaya yang diperlukan untuk terapi analgetik selama dalam perawatan, dimana kelompok ketorolac rata-rata menghabiskan Rp. 162.384,00 sedangkan kelompok meloxicam sebesar Rp. 5.604,00.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok analgetik baik dari nilai VAS, efek samping maupun lama rawatan di rumah sakit. Namun kelompok analgetik meloxicam memerlukan biaya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok analgetik ketorolac.

Aim: Purpose of this study to compare analgesic effects, side effects, length of hospitalization and cost between intravenous ketorolac and oral Meloxicam in post ureterorenoscopy patients.
Methods: Patients undergoing ureterorenoscopy at Meuraxa Hospital, Banda Aceh from July to September 2017. Patients who met the inclusion criteria were divided into two groups, analgetic therapy with ketorolac 30 mg group and the Meloxicam 7.5 mg group. The analgesic effects of both groups were observed during the hospitalization and assessed with Visual Analog Scale VAS . Association between variables were assessed using Chi Square and Mann Whitney U.
Results: Forty six patients were involved in this study with an average age of 40.57 13.53 years, 23 patients received ketorolac therapy and 23 patients received meloxicam therapy. The mean length of hospitalization in both groups was 3.13 0.46 days. There was no significant difference in VAS values in both analgesic groups on the first day p 0.134 , second day p 0.623 or third day p 0.529 . The most common side effect was nausea, which occurred in 7 30.4 patients of ketorolac group and 2 8.7 patients in the meloxicam group, but there was no significant difference in both groups p 0.063 . There is a considerable difference in the costs required for analgesic therapy during hospitalization, in which the average ketorolac group spends Rp 162.384,00 while the meloxicam group spends Rp 5.604,00.
Conclusion: There were no significant differences in both analgesic groups either from VAS values, side effects or length of hospitalization. However, the meloxicam analgesic group requires a lower cost when compared with the ketorolac group
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Hayati Heryundari
"Tujuan : dilakukan penelitian untuk membandingkan keefektifan morfin 0,05 mg intratekal plus ketorolak 30 mg intramuskular dengan morfin 0,1 mg intratekal untuk mencegah nyeri pasca bedah sesar dengan analgesia spinal bupivakain 0,5% 12,5 mg.
Disain : uji klinis acak tersamar ganda.
Metode : 96 pasien yang menjalani bedah sesar dibagi 2 kelompok. Kelompok A sebanyak 48 orang mendapat 0,05 mg morfin pada suntikan bupivakain 0,5% 12,5 mg intratekal plus ketorolak 30 mg intramuskular dan kelompok B sebanyak 48 orang mendapat 0,1 mg morfin pada suntikan bupivakain 0,5% 12,5 mg plus NaCi 0,9% 1 cc intramuscular. Selanjutnya dilakukan pemantauan nyeri menggunakan VAS, tekanan darah, frekuensi nadi, nafas dan efek samping pada jam ke 2, 4, 6, 8, 16 dan 24 pasca operasi.
Hasil : kelompok A mempunyai efek analgesia yang setara dengan kelompok pada pemantauan jam ke 2 hingga ke 24 dan pa 0,05_ Efek samping pruritus, mual muntah kelompok A 14,6%, 2,1%, 2,1% sedangkan kelompok B 43,0%, 10,4%, 4,2%.
Kesimpulan : morfin intratekal 0,05 mg plus ketorolak 30 mg intramuskular menghasilkan analgesia yang tidak berbeda bermakna dengan morfin 0,1 mg dan menurunnya efek samping pruritus, mual dan muntah pasca bedah sesar.

Objective : this study was conducted to compare the effectiveness of 0,05 mg intrathecal morphine plus 30 mg intramuscular ketorolac with 0,1 mg intrathecal morphine for postoperative pain control after cesarean delivery under spinal analgesia with 12,5 mg of 0,5 % plain bupivacaine.
Design : double blind, randomized clinical study
Methods : 96 patients who underwent cesarean delivery, were divided into 2 groups. Group A : 48 patients got 0,05 mg intrathecal morphine at injection of 12,5 mg bupivacaine 0,5 % combined with 30 mg intramuscular ketorolac. Group B : 48 patients got 0,1 mg intrathecal morphine at injection of 12,5 mg bupivacaine 0,5 % plus NaCl 0,9 % intramuscular. All patients were observed and evaluated for the first 24 hours : the effectiveness of analgesia using VAS, BP, HR and RR.
Result : group A have the same effectiveness of post operative pain control with group B during the observations. A significanty greater incidence of pruritus was observed in the group B receiving 0,1 mg of intrathecal morphine. Although no significant difference among groups was observed regarding the incidence of vomiting, there was a trend toward less vomiting with the use of smaller doses of morphine.
Conclusion : a multimodal approach to pain control with the use of a combination drug ( 0,05 intrathecal morphine and 30 mg im ketorolac) have same quality of analgesia that provided with 0,1 mg intrathecal morphine but the incidence of side effects trend to decrease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library