Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harry Mufrizon
"Tesis ini membahas pembentukan ruang yang berbasis kinestetik anak usia dini sebagai landasan utama dalam pertumbuhan anak normal salah satunya ditunjukan dengan kemampuan gerak dasar yang terus berkembang dan meningkat sebagai bentuk dari kecerdasan kinestetik sang anak.
Indonesia telah memasukan pendidikan anak usia dini ke dalam sistem pendidikan nasional, dan ketika melakukan survey terhadap pendidikan ini di sebuah lingkungan didapati bahwa "ruang" untuk melakukan aktifitas kinestetik terlihat tidak memadai. Dari dua kondisi tersebut penelitian ini dilakukan sebagai bentuk dasar untuk melakukan intervensi arsitektural dalam pembentukan ruang yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar sebagai salah satu unsur dari kecerdasan knestetik. Kondisi tersebut memicu pertanyaan kunci yang dimunculkan yaitu seberapa jauh lingkungan mendukung kegiatan ini serta bagaimana lingkungan menyediakan ruang yang dapat mewadahi kegiatan pengembangan kecerdasan gerak bagi anak.
Pergerakan makna dari kinestetik menjadi kinesphere dan kinesthetic space merupakan titik tolak awal pengembangan desain yang didasari dari kumpulan gerak dasar yang diubah menjadi katalog yang dapat dikombinasikan menjadi ruang tempat bermain yang dapat meningkatkan kecerdasan kinestetik. Kinesphere atau ruang gerak kinematik anak menjadi menarik begitu terkait dengan lingkungan dimana dia beraktivitas, penciptaan ruang mereka menjadi unik karena setiap individu mempunyai bentuk yang sangat berbeda dalam memahami, beradaptasi serta "bermain" dengan lingkungannya.
Permainan yang terkait dengan perkembangan kinestetik merupakan sebuah keunikan didukung hasil analisis dalam bentuk jumlah kombinasi gerak yang sangat banyak. Kine_Ludo dijadikan tema dari tesis perancangan sesuai katalog yang akan dikembangkan sebagai bentuk permainan dangan menggunakan bidang bidang yang kemudian terkait dengan kinestetik anak usia dini.

This thesis discusses the formation of early-childhood-kinesthetic-based space as a milestone in the growth of normal children which is shown by the ability of the basic movement that continues to grow and develop as a form of kinesthetic intelligence of the child.
Indonesia has included early childhood education into the national education system. An early survey of education in a community found that the 'space' to perform kinesthetic activity does not seem adequate. From these two conditions this research was conducted as a basic architectural form to intervene the formation of space that can improve gross motor skills as one element of the kinesthetic intelligence. These conditions trigger the key questions being raised which are how far the environment supports these activities and how the environment provides a space that can facilitate the activities of the development of motion intelligence for children.
The shift of meaning from kinesthetic to kinesphere and kinesthetic space is the starting point of the initial design development based on a collection of basic motion which converted into a catalog that can be combined into a play space that can enhance kinesthetic intelligence. Kinesphere or cinematic space for children is basically fascinating topic that have strongly connected with the place where the children doing their activity, their creation of space are completely unique because each individual has a very different form in understanding, adapting and "play" with their environment.
The game related with the kinesthetic development is unique supported by the results of the analysis in the form of highly variants combination of motion. Kine_Ludo used as appropriate theme of the thesis design catalogs that will be developed as a form of the game using the geometric elements associated with the kinesthetic early childhood.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29705
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Sofyandri
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi pengalaman spasial berbasis active touch di dalam haptic space. Pembahasan mencakup bagaimana active touch melalui sensori taktil dan kinestetis yang diintegrasikan dengan visual beperan dalam pembentukan pengalaman spasial individu. Eksplorasi sensori yang terintegrasi terhadap variasi stimulus ruang menghasilkan interaktivitas dua arah yang meningkatkan engagement antara tubuh dengan ruang. Penggunaan elemen spasial kontras melalui spatial binary mengaktifkan pengalaman sensori yang menjembatani dunia fisik dengan materialitas digital, memicu sebuah attractions dan aversions di dalam haptic space bersama faktor immaterialitas material. Melalui observasi terhadap ruang interaktif, studi kasus dilakukan dengan menerjemahkan sensasi yang diterima sensori dari stimulus dalam haptic space melalui konsep spatial binary. Hasil penelusuran studi kasus menunjukkan bahwa penggunaan elemen spasial yang kontras pada spatial binary bersama faktor immaterialitas meningkatkan sensibilitas sensori terhadap stimulus pada ruang interaktif, menciptakan pengalaman menarik yang tidak bisa dicapai dalam dunia fisik sehingga memicu pergerakan eksploratif yang dinamis dan berkelanjutan melalui pemahaman individu terhadap attraction maupun aversions di dalam ruang haptic.

This study aims to explore the construction of spatial experiences based on active touch within haptic space. The discussion encompasses how active touch, through tactile and kinesthetic sensory inputs integrated with visual elements, plays a role in shaping an individual's spatial experience. Integrated sensory exploration of varied spatial stimuli generates two-way interactivity that enhances engagement between the body and space. The use of contrasting spatial elements through spatial binary activates sensory experiences that bridge the physical world with digital materiality, triggering attractions and aversions within the haptic space alongside the factor of material immateriality. Through observation of interactive spaces, a case study was conducted by interpreting sensations received by the sensory system from stimuli in the haptic space through the concept of spatial binary. The findings of the case study indicate that the use of contrasting spatial elements within the spatial binary, combined with material immateriality, enhances sensory sensitivity to stimuli in the interactive space, creating compelling experiences unattainable in the physical world. This, in turn, stimulates dynamic and continuous exploratory movements through individual comprehension of attractions and aversions within the haptic space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Januandaresta
"Pertunjukan tari membangun ruang interaksi langsung antara penari dan penonton yang melibatkan reaksi kinestetik. Reaksi kinestetik merupakan reaksi tubuh yang dialami oleh penari maupun penonton ketika berada di ruang tari, tidak hanya membentuk pengalaman estetis tetapi juga menghubungkan tubuh dengan makna yang memicu pengalaman subjektif masing-masing. Penari mengekspresikan makna melalui gerakan tari, sementara penonton memaknai berdasarkan perspektif mereka, sehingga terjalin interaksi langsung yang membentuk pengalaman intersubjektif. Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Maxine Sheets-Johnstone sebagai teori utama untuk mengungkapkan bagaimana tubuh penari menjadi media komunikasi yang menyampaikan makna melalui gerakan, sementara penonton meresepsi pengalaman tersebut secara pra-reflektif. Lalu didukung oleh beberapa teori lain, seperti teori kinesemiotik dari Ariana Maiorani, kebebasan berekspresi dari Martha Graham, dan Problem Ephemeral dari Peggy Phelan, penulisan ini menggunakan teori-teori tersebut untuk saling melengkapi dan memahami bagaimana relasi pengalaman intersubjektif antara penari dan penonton dapat terbentuk. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data literatur dan refleksi penulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai penari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi kinestetik dalam ruang tari bersifat unik, ephemeral, dan tidak dapat didokumentasi, yang mengisyaratkan bahwa kehadiran langsung menjadi penting karena mempengaruhi kualitas pertunjukan tari dan membangun pengalaman intersubjektif.

Dance performances build a space for direct interaction between dancers and audiences that involves kinesthetic reactions. Kinesthetic reactions are bodily reactions experienced by dancers and audiences when in the dance space, not only forming aesthetic experiences but also connecting the body with meanings that trigger their respective subjective experiences. Dancers express meaning through dance movements, while the audience interprets meaning based on their perspective so that there is direct interaction that forms an intersubjective experience. This research uses Maxine Sheets-Johnstone's phenomenological theory as the main theory to reveal how the dancer's body becomes a communication medium that conveys meaning through movement, while the audience perceives the experience pre-reflectively. Then supported by several other theories, such as Ariana Maiorani's kinesemiotic theory, Martha Graham's freedom of expression, and Peggy Phelan's Ephemeral Problem, this writing uses these theories to complement each other and understand how intersubjective experience relations between dancers and audiences can be formed. The research methods used include literature data collection and the author's reflection based on personal experience as a dancer. The results of this study show that kinesthetic reactions in dance spaces are unique, ephemeral, and cannot be documented, which implies that direct presence is important because it affects the quality of dance performances and builds intersubjective experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Januandaresta
"Pertunjukan tari membangun ruang interaksi langsung antara penari dan penonton yang melibatkan reaksi kinestetik. Reaksi kinestetik merupakan reaksi tubuh yang dialami oleh penari maupun penonton ketika berada di ruang tari, tidak hanya membentuk pengalaman estetis tetapi juga menghubungkan tubuh dengan makna yang memicu pengalaman subjektif masing-masing. Penari mengekspresikan makna melalui gerakan tari, sementara penonton memaknai berdasarkan perspektif mereka, sehingga terjalin interaksi langsung yang membentuk pengalaman intersubjektif. Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Maxine Sheets-Johnstone sebagai teori utama untuk mengungkapkan bagaimana tubuh penari menjadi media komunikasi yang menyampaikan makna melalui gerakan, sementara penonton meresepsi pengalaman tersebut secara pra-reflektif. Lalu didukung oleh beberapa teori lain, seperti teori kinesemiotik dari Ariana Maiorani, kebebasan berekspresi dari Martha Graham, dan Problem Ephemeral dari Peggy Phelan, penulisan ini menggunakan teori-teori tersebut untuk saling melengkapi dan memahami bagaimana relasi pengalaman intersubjektif antara penari dan penonton dapat terbentuk. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data literatur dan refleksi penulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai penari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi kinestetik dalam ruang tari bersifat unik, ephemeral, dan tidak dapat didokumentasi, yang mengisyaratkan bahwa kehadiran langsung menjadi penting karena mempengaruhi kualitas pertunjukan tari dan membangun pengalaman intersubjektif.

Dance performances build a space for direct interaction between dancers and audiences that involves kinesthetic reactions. Kinesthetic reactions are bodily reactions experienced by dancers and audiences when in the dance space, not only forming aesthetic experiences but also connecting the body with meanings that trigger their respective subjective experiences. Dancers express meaning through dance movements, while the audience interprets meaning based on their perspective so that there is direct interaction that forms an intersubjective experience. This research uses Maxine Sheets-Johnstone's phenomenological theory as the main theory to reveal how the dancer's body becomes a communication medium that conveys meaning through movement, while the audience perceives the experience pre-reflectively. Then supported by several other theories, such as Ariana Maiorani's kinesemiotic theory, Martha Graham's freedom of expression, and Peggy Phelan's Ephemeral Problem, this writing uses these theories to complement each other and understand how intersubjective experience relations between dancers and audiences can be formed. The research methods used include literature data collection and the author's reflection based on personal experience as a dancer. The results of this study show that kinesthetic reactions in dance spaces are unique, ephemeral, and cannot be documented, which implies that direct presence is important because it affects the quality of dance performances and builds intersubjective experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library