Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sugiat
"Tujuan program intervensi ini untuk meningkatkan efikasi kolektif melalui peningkatan kohesi sosial kelompok tani di Desa Lemahabang, Karawang. Intervensi dilakukan menggunakan metode Appreciative Inquiry. Partisipan dalam intervensi ini sejumlah 24 orang petani yang tergabung dalam Gapoktan Sri Rejeki. Intervensi dilakukan selama dua hari pada 21-22 April 2017. Pengukuran dampak intervensi dilihat dari selisih nilai mean pada pre-test dan post-test melalui uji paired samples t test. Nilai mean pre-test kohesi sosial M=18,04, SD=2,386 dan nilai mean post-test M=20,42, SD=2,430 dengan signifikansi p.

The purpose of this intervention program is to increase collective efficacy through an increase of social cohesion from farmer groups in Desa Lemahabang, Karawang. This Intervention are using Appreciative Inquiry method. Participants in this intervention are 24 farmers who are the members of Gapoktan Sri Rejeki. Intervention was conducted for two days on April 21st 22nd 2017. Measurement of the impact of intervention is seen from the difference between mean values in pre test and post test through paired samples t test. The mean value of pre test social cohesion M 18.04, SD 2.386 and the mean post test M 20.42, SD 2,430 with significance p."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48199
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Pricilla Adiputra
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kohesi sosial di antara penderita kanker dalam menghadapi depresi, melalui studi kasus terhadap anggota support group Goodnews Lifestyle. Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa kohesi sosial yang terbangun di antara individu dapat membantu dalam menghadapi depresi. Namun, studi-studi tersebut belum melihat mekanisme yang menghubungkan kohesi sosial dengan depresi. Penelitian ini mengidentifikasi dukungan sosial yang dirasakan, persepsi terhadap efikasi kolektif yang tersedia, dan spiritualitas sebagai tiga mekanisme yang memungkinkan kohesi sosial yang terbangun di antara anggota support group untuk membantu penderita kanker menghadapi depresi. Penelitian ini selanjutnya menunjukkan bahwa anggota support group sebagai similar others menyumbang dukungan emosional yang besar, terutama karena mereka mempunyai pemahaman yang mendalam tentang situasi stres yang sedang dihadapi oleh sesamanya, yang dalam konteks penelitian ini adalah penderita kanker. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa mereka pernah atau sedang berbagi ketakutan dan penderitaan yang sama, yang mengkondisikan ikatan yang kuat antar anggota. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dan wawancara mendalam dengan support group Goodnews Lifestyle untuk memperoleh data. Sementara itu, hasil kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II), yang menilai sentimen peserta selama dua minggu terakhir, digunakan untuk menentukan tingkat keparahan gejala depresi yang ditunjukkan oleh pasien kanker.

This study aims to explain the social cohesion among cancer patients in dealing with depression through a study case on the Goodnews Lifestyle support group. Previous studies show that social cohesion built among individuals can help them deal with depression. However, those studies did not observe the mechanisms that connect social cohesion with depression. This study identifies perceived social support, perception of available collective efficacy, and spirituality as the three mechanisms enabling social cohesion to help cancer patients deal with depression. Furthermore, this study shows that support group members as “similar others” contribute significant emotional support, primarily because they have a profound understanding of the stress that their fellow cancer patients are experiencing. It can be explained by how they share the same fears and sufferings, which condition a strong bond between members. This study uses a qualitative approach and in-depth interview data collection technique with the support group of Goodnews Lifestyle’s members. While data on the severity of the cancer patient's depression symptoms is obtained from the results of the Beck Depression Inventory-II (BDI-II), a questionnaire used to evaluate the emotional state of the patient within the most recent two-week period."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fasikha
"Definisi tempat ketiga membedakan penggunaan suatu tempat dengan melihat tujuan domain yang terletak di luar domain pertama, rumah, dan domain kedua, tempat kerja. Tempat ketiga digunakan sebagai tempat di mana orang dapat menikmati waktu luang mereka di area terbuka di mana mereka bertemu banyak orang, baik orang yang sudah mereka kenal maupun orang belum mereka kenal dan baru pertama kali bertemu. Pada era dimana terjadi penurunan partisipasi masyarakat dalam penggunaan tempat ketiga yang menyebabkan rendahnya kohesi sosial di masyarakat, terdapat pengaruh yang berbeda dari keberadaan tempat ketiga pada kohesi sosial yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan. Meskipun tempat komersial atau ritel dan tempat hiburan sama-sama memiliki karakteristik yang bersifat menarik orang luar, dampak keduanya saling berkebalikan terhadap kedekatan sosial di masyarakat. Keberadaan tempat komersial memiliki dampak yang negatif terhadap sebagian besar bentuk modal sosial sedangkan keberadaan tempat hiburan memberikan dampak yang positif terhadap sebagian besar modal sosial. Namun, perubahan perilaku menghabiskan waktu luang untuk hiburan di mana hampir tempat-tempat hiburan tersebut berbentuk modern terlihat dapat memperlebar kesenjangan antara warga sekitar dengan orang luar karena tempat ini dibangun dengan kurang mengadaptasi karakteristik lingkungan asalnya. Dengan demikian, keberadaan tempat hiburan dapat menurunkan kepercayaan antara penduduk lokal dan orang luar pada penduduk pedesaan.

The definition of third place differ the usage of a place by the purpose of a domain which out from the first domain, home, and the second domain, workplace. A third place purposely used as a place where people can enjoy their free time in open area where they meet many people, whether someone they used to know or even someone new. In this era where there is shown a declining public participation on third place usage which causing lower social cohesion in community, there is exists different effect of the existence of third place on social cohesion occurred between urban and rural area. Although both commercials and recreational spaces attract outsiders, the impact of commercials on most of social capital form is negative while recreational space mostly gives positive impact. However, a changing behavior on spending leisure time on recreational where almost places are modern also could widen the gap between its residents with outsiders because this space built with lack of adapting the neighborhood characteristic. Thus, recreational space could lower the trust between locals and outsiders in rural residents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Dyah Ayu Chandrika
"Kemanjuran kolektif dari aspek konstruksinya adalah perbaikan pada langkah-langkah intervensi mekanisme sosial di suatu komunitas dibandingkan dengan yang digunakan dalam usaha untuk mengukur disorganisasi sosial. Artinya, ukuran ini menangkap dan menggabungkan tindakan dan hubungan spesifik yang mencerminkan kohesi (kepercayaan, kedekatan, menolong dan nilai bersama) dengan keterlibatan aktif dalam kontrol sosial informal. Tulisan ini akan memberikan kontribusi terhadap penelitian, kebijakan dan praktik berkenaan dengan teori kemanjuran kolektif dan relevansinya untuk pencegahan kejahatan berbasis komunitas. Tulisan ini juga akan berkontribusi pada pengetahuan dan menghasilkan area untuk penelitian lebih lanjut dengan memeriksa bagaimana kemanjuran kolektif bekerja di komunitas dengan berfokus pada kohesi sosial dan kontrol sosial. Untuk tujuan ini, maka tulisan ini dibuat untuk memahami (i) norma, proses dan hubungan yang mendefinisikan kontrol sosial dan kohesi di masyarakat terpilih, (ii) hubungan antara kohesi sosial dan kontrol sosial, dan (iii) faktor-faktor yang bertanggung jawab atas menghasilkan kohesi sosial dan kontrol sosial di komunitas terpilih.

Collective efficacy as a construct is an improvement on the measure of intervening social mechanisms in communities compared with those used in attempts to measure social disorganization. That is, this measure captures and combines specific actions and relationships that reflect cohesion (trust, closeness, helpfulness and shared values) with the active engagement in informal social control. This paper will contribute to research, policy and practice related to the theory of collective efficacy and its relevance for community based crime prevention. This paper will also contribute to knowledge and generate areas for further research by examining how collective efficacy works in communities with focus on social cohesion and social control. In the end, this paper try to understand (i) the norms, processes and relationships that define social control and cohesion in selected communities, (ii) the relationship between social cohesion and social control, and (iii) the factors responsible for generating social cohesion and social control in selected communities."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cristina Ayu Rumondang S.
"Parmalim merupakan sebuah agama asli Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Parmalim cabang Tangerang sudah berdiri sejak tahun 2001. Salah satu hal yang penting dimiliki dalam Parmalim untuk mencapai suatu tujuannya adalah terciptanya kohesi sosial melalui interaksi dan aktivitas sosial. Kohesi sosial merupakan karakteristik masyarakat yang menunjukkan ketergantungan antar- individu. Penelitian ini membahas tentang ikatan sosial yang terjadi pada anggota Parmalim Tangerang dikaitkan dengan ruang terjadinya interaksi dan aktivitas sosial. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa studi literatur, observasi, dan wawancara mendalam. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan keruangan. Hasil tipologi kohesi sosial yang terbentuk yaitu bonding social untuk hubungan internal anggota Parmalim atas dasar kepentingan kekerabatan & ibadah, bridging social untuk hubungan eksternal Parmalim Tangerang dengan dasar kepentingan organisasi Parmalim dan kehidupan bermasyarakat, serta linking social dengan dasar kepentingan kehidupan bermasyarakat. Pola spasial kohesivitas sosial yang dihasilkan oleh ketua cabang (Ulu Punguan) Parmalim Tangerang berbeda dengan anggota Parmalim (orangtua dan anak muda/naposo). Perbedaan tersebut terlihat pada ruang sosial didasarkan pada aktivitas sosial yang terjadi.

Parmalim is a native Batak religion originating from North Sumatra. The Tangerang branch of Parmalim has been established since 2001. One of the important things in Parmalim to achieve its goals is the creation of social cohesion through social interactions and activities. Social cohesion is a characteristic of society that shows inter-individual dependence. This study discusses the social ties that occur in members of Parmalim Tangerang associated with the space for interaction and social activities. The data used in this research are qualitative data in the form of literature studies, observations, and in-depth interviews. The method used is a qualitative descriptive method using a spatial approach. The results of the typology of social cohesion that are formed are social bonding for internal relations of Parmalim members on the basis of kinship & worship interests, social bridging for external relations of Parmalim Tangerang on the basis of Parmalim organizational interests and community life, and social linking on the basis of the interests of social life. The spatial pattern of social cohesiveness produced by the branch chairman (Ulu Punguan) of Parmalim Tangerang is different from that of Parmalim members (parents and youth /naposo). This difference can be seen in the social space based on the social activities that occur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fasikha
"Definisi tempat ketiga membedakan penggunaan suatu tempat dengan melihat tujuan domain yang terletak di luar domain pertama, rumah, dan domain kedua, tempat kerja. Tempat ketiga digunakan sebagai tempat di mana orang dapat menikmati waktu luang mereka di area terbuka di mana mereka bertemu banyak orang, baik orang yang sudah mereka kenal maupun orang belum mereka kenal dan baru pertama kali bertemu. Pada era dimana terjadi penurunan partisipasi masyarakat dalam penggunaan tempat ketiga yang menyebabkan rendahnya kohesi sosial di masyarakat, terdapat pengaruh yang berbeda dari keberadaan tempat ketiga pada kohesi sosial yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan. Meskipun tempat komersial atau ritel dan tempat hiburan sama-sama memiliki karakteristik yang bersifat menarik orang luar, dampak keduanya saling berkebalikan terhadap kedekatan sosial di masyarakat. Keberadaan tempat komersial memiliki dampak yang negatif terhadap sebagian besar bentuk modal sosial sedangkan keberadaan tempat hiburan memberikan dampak yang positif terhadap sebagian besar modal sosial. Namun, perubahan perilaku menghabiskan waktu luang untuk hiburan di mana hampir tempat-tempat hiburan tersebut berbentuk modern terlihat dapat memperlebar kesenjangan antara warga sekitar dengan orang luar karena tempat ini dibangun dengan kurang mengadaptasi karakteristik lingkungan asalnya. Dengan demikian, keberadaan tempat hiburan dapat menurunkan kepercayaan antara penduduk lokal dan orang luar pada penduduk pedesaan.

The definition of third place differ the usage of a place by the purpose of a domain which out from the first domain, home, and the second domain, workplace. A third place purposely used as a place where people can enjoy their free time in open area where they meet many people, whether someone they used to know or even someone new. In this era where there is shown a declining public participation on third place usage which causing lower social cohesion in community, there is exists different effect of the existence of third place on social cohesion occurred between urban and rural area. Although both commercials and recreational spaces attract outsiders, the impact of commercials on most of social capital form is negative while recreational space mostly gives positive impact. However, a changing behavior on spending leisure time on recreational where almost places are modern also could widen the gap between its residents with outsiders because this space built with lack of adapting the neighborhood characteristic. Thus, recreational space could lower the trust between locals and outsiders in rural residents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Ciska Mariko
"Studi ini meneliti strategi keberlanjutan bisnis (business sustainability strategy), yaitu strategi yang mengintegrasikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan di perusahaan hulu migas di Indonesia. Kegiatan di industri minyak dan gas mencakup eksplorasi dan produksi yang berdampak langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, perusahaan terkait perlu memasukkan konsep keberlanjutan dalam merumuskan strategi mereka. Penelitian ini menggunakan metode SEM PLS yang melibatkan 124 responden dari 72 KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama). Pengujian hipotesis menjelaskan bahwa sumber daya internal (internal resources) dan orientasi CSR (CSR orientation) berpengaruh positif terhadap strategi keberlanjutan bisnis, akan tetapi tekanan pemangku kepentingan (perceived stakeholder pressure) tidak menunjukkan hubungan signifikan terhadap strategi keberlanjutan usaha. Temuan juga menunjukkan bahwa strategi keberlanjutan bisnis secara positif mempengaruhi perlindungan lingkungan (environmental protection), kohesi sosial (social cohesion) dan kinerja keberlanjutan bisnis (business sustainability performance). Akan tetapi hasil penelitian tidak menunjukkan dampak signifikan antara perlindungan lingkungan dan kinerja keberlanjutan bisnis. Hal ini mungkin disebabkan oleh persepsi bahwa perlindungan lingkungan tidak secara langsung dapat memberikan dampak pada segi finansial. Penelitian juga menjelaskan pentingnya kohesi sosial serta kerja sama pada rantai usaha dalam mencapai kinerja keberlanjutan bisnis.

This study investigates business sustainability strategy, i.e. strategy that integrates economic, social and environmental dimensions (ESE), in upstream oil and gas companies in Indonesia. Activities in upstream oil and gas industry include exploration and production that directly impact natural environment and local community. Thus, these companies are required to incorporate ESE in formulating their strategy. The study uses SEM PLS method involving 124 respondents from 72 production sharing contract (PSC) contractors in. The findings explicate that internal resources and CSR orientation positively influence business sustainability strategy, while perceived stakeholder pressure does not. The results also suggest that business sustainability strategy positively affects environmental protection, social cohesion and business sustainability performance. The findings, however, do not show significant direct impact between environmental protection and business sustainability performance. This may be caused by perception that environmental protection is not directly beneficial for the bottom line. Lastly, the study explains the importance of social cohesion as well as cooperation in supply chains in seeking business sustainability performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library