Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bimo Aulia Rasyid
"ABSTRAK
Penyelenggaraan pemerintahan yang otonom, seorang kepala daerah memiliki serangkaian tugas dan wewenang. Otonomi daerah dalam konteks manajemen perubahan ini telah dilakukan dengan sangat baik di beberapa daerah. Beberapa daerah yang dipimpin oleh Kepala Daerah telah berhasil mencuri perhatian sebagian besar masyarakat di Indonesia dan menjadi menarik untuk diamati. Salah satunya Kota Bogor, yang dimpimpin oleh Bima Arya Sugiarto. Kota Bogor yang selama ini dikenal dengan kota sejuta angkot dan kota hujan, kini mengenalkan identitas baru. Kini Kota Bogor dikenal dengan istilah The City Of Runners. Namun keinginan Bima Arya untuk mewujudkan kota Bogor sebagai kota wisata olahraga tidak tercantum secara eksplisit di Visi Misi Kota Bogor dan turunannya. RPJMD sebagai dasar pembangunan Kota Bogor juga tidak menjelaskan konsep tersebut. Meskipun terdapat peluang untuk mewujudkan konsep ini jika dilihat dari tujuan RTRW Kota Bogor. Terdapat kesenjangan antara visi Bima Arya yang dengan peraturan yang ada di Kota Bogor dalam mewujudkan Kota Bogor sebagai Kota Tujuan Wisata Olahraga. Melalui analisis Soft System Method SSM penelitian ini ingin melihat bagaimana gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan, melihat gap visi dan misi serta RPJMD RTRW Kota Bogor dengan kinerja Bima Arya dalam mengelola perubahan menuju kota tujuan wisata olahraga. Selain itu juga untuk memberikan alternative strategi yang akan diambil Bima Arya dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process. Narasumber pada penelitian ini ialah Bima Arya sebagai kepala daerah klien, anggota legislative Kota Bogor dan komunitas olahraga atau runners sebagai user pada konteks ini. Tergambar Gaya kepemimpinan Bima Arya dalam mengelola perubahan dan 5 rekomendasi alternatif untuk menuju Kota Tujuan Wisata Olahraga

ABSTRACT
The conduct of an autonomous government, a regional head has a series of duties and powers. Regional autonomy in the context of change management has been done very well in some areas. Several areas led by the Head of Region have managed to steal the attention of most people in Indonesia and become interesting to observe. One of them is Bogor City, led by Bima Arya Sugiarto. Bogor city which is known as the city of a million angkot and the rain city, is now introducing a new identity. Now the city of Bogor known as The City Of Runners. But Bima Arya desire to realize the city of Bogor as a sports tourism city is not listed explicitly in the Vision mission of Bogor City its derivatives. RPJMD as the basis for the development of Bogor City also does not explain the concept. Although there are opportunities to realize this concept when viewed from the purpose of RTRW Bogor City. There is a gap between the vision of Bima Arya with the existing regulations in the city of Bogor in realizing the city of Bogor as the City of Sport Tourism Destination. Through Soft System Method SSM analysis, this research wants to see how the leadership style of Bima Arya in managing change, to see the vision and mission gap and RPJMD RTRW Bogor City with Bima Arya performance in managing the change to sports destination city. In addition, to provide alternative strategies to be taken Bima Arya by using the method of Analytical Hierarchy Process. Resource persons in this study are Bima Arya as the head of the region client, legislative members of Bogor City and sports community or runners as users in this context. Bima Arya's leadership style in managing change and 5 alternative recommendations to get to the Sports Tourism Destination City."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjanah Yunus
"ABSTRAK
Geografis Kota Langgur sangat strategis, berpeluang mendukung hinterland yang memiliki potensi pariwisata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi perkotaannya. Diperlukan strategi city branding dalam mengoptimalkan perannya. Penelitian ini menggunakan mix method yang menganalisis kesenjangan supply demand sektor pariwisata Maluku Tenggara, kebutuhan Langgur sebagai kota wisata menurut perspektif wisatawan, perkembangan identitas Langgur, keterkaitan dan komparatif Langgur dengan hinterland serta kota-kota sekitarnya, analisis komunikasi dan image. Membangun Langgur menjadi kota wisata dimulai dari strategi penguatan identitas, wisata dapat menguatkan Langgur sebagai kota wisata. Gerbang merupakan identitas baru Langgur, melalui penguatan identitas dapat menjadikan Langgur sebagai kota wisata yang memiliki daya saing.

ABSTRACT
City Langgur very strategic geographic, may support the hinterland that has the potential of tourism in promoting urban economic growth. City branding strategy is needed in order to optimize its role. This study uses a mix method that analyzes the supply and demand gap of Southeast Maluku tourism sector, needs Langgur as a city traveler 39 s perspective, identity development Langgur, correlations and comparative Langgur with the hinterland and the surrounding towns, communication and image analysis. Build Langgur to tour the city starting from the strategy of strengthening the identity, can strengthen Langgur travel as a tourist town. Langgur gate is a new identity, through the strengthening of identity can make Langgur as a tourist city with competitiveness."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Toman Sony
"ABSTRAK
Kabupaten Tapanuli Utara adalah daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota wisata melalui pemanfaatan berbagai potensi keindahan alam dan kearifan lokal, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan perekonomian masyarakat, menumbuhkan sektor usaha, serta memperkenalkan nilai budaya lokal."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 45 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
BRA. Baskoro
"Fokus tesis ini adalah membahas pembangunan kota Jakarta Pusat sebagai kota wisata, dengan strategi memberdayakan komunitas lokal (host) yang tinggal di sekitar Objek dan Daya Tarik Wisata yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta Pusat. Berdasarkan hasil penelitian di Objek dan Daya Tarik Jalan Jaksa, dapat disimpulkan bahwa komunitas mempunyai peranan penting dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata. Keberadaan komunitas, jika diberdayakan secara optimal, akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Setidaknya ada lima modal sosial yang ditemukan di Komunitas lokal Jalan Jaksa yang berguna bagi pengembangan objek dan daya tarik wisata pada khususnya dan pengembangan kota wisata pada umumnya.
Berdasarkan hasil temuan ada lima modal sosial yang dominan, yakni : 1) Kepercayaan terhadap Figur; 2) Aktivitas Ekonomi; 3) Jaringan Sosial; 4) Penerimaan Masyarakat; dan terakhir 5) Organisasi komunitas. Lima modal sosial tersebut yang kemudian harus dapat dijadikan alat pemersatu dan pemobilisasi anggota-anggota komunitas untuk membentuk sebuah industri pariwisata komunitas skala kecil menengah sebagai pelaku utama aktivitas ekonomi pariwisata. Industri tersebut harus mampu mengoptimalkan produk wisata sebagaimana layaknya unit bisnis. Pengembangan industri pariwisata komunitas yang menyediakan berbagai produk dan jasa wisata di sekitar objek dan daya tarik wisata kepada wisatawan akan mampu meningkatkan taraf kehidupan komunitas di sekitar objek dan daya tarik wisata.
Tujuan ini hanya bisa dicapai apabila kebijakan, program, dan strategi pemerintahan serta dunia usaha mendukung pembangunan pariwisata berbasis komunitas. Sehingga, fungsi pemerintah dan swasta kedepannya lebih diposisikan sebagai pendukung dari keberadaan industri pariwisata komunitas. Dimana, peranan utama akan lebih ditekankan kepada komunitas lokal, agar komunitas tersebut mendapat manfaat langsung dari aktivitas pariwisata yang terjadi antara wisatawan (guest) dengan komunitas lokal (host).
Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa rencana pengembangan kota wisata tersebut tidak bisa terbatas kepada pengembangan spasial tertentu, melainkan harus pengembangan wilayah Jakarta Pusat secara keseluruhan. Proses perencanaan tersebut harus mengabungkan beberapa kawasan wisata yang ada di Jakarta Pusat sebagai sebuah kesatuan untuk mewujudkan Jakarta Pusat sebagai kota wisata. Oleh karena itu berbagai kebijakan dan peraturan baik ditingkat popinsi DKI Jakarta dan kotamadaya Jakarta Pusat haruslah dibenahi dan diselarasakan untuk mendukung tumbuhnya sentral-sentral aktivitas pariwisata yang akan menjadi magnet bagi aktivitas ekonomi masyarakat.
Sebagai kesimpulan dapatlah dikemukakan bahwa secara konseptual dan empirik pendekatan pembangunan kota pariwisata berbasis komunitas perlu dijadikan sebagai mainframe utama dalam pembangunan kota di Indonesia. Karena, secara teoritis, pembangunan kota pariwisata akan mampu meningkatkan taraf kehidupan komunitas di sekitar objek dan daya tarik wisata. Pada akhirnya dampak ekonomi dari pariwisata akan lebih terdistribusikan secara merata di masyarakat dan tidak lagi dimonopoli oleh segelintir orang.

This thesis focuses on the development of a district area in Central Jakarta toward a Tourism City, in which the development strategy is the empowerment of the local community living around the tourism objects and touristical areas throughout the distict. This study finds out that the role of the local community is significant in maintaining the area as a tourism destination. The community themselves, if developed well, will be a distinct asset to the attracti tourists. This study identified that the Jalan Jaksa community possesses at least five social capitals useful to the development of the area as a tourism object and attraction more specifically, and Jakarta as a tourism destinantion in general.
Those five most dominant social capitals identified are: 1) Trust in Indivual Figures, 2) Economic Activites, 3) Social Networks, 4) Community Acceptance of Tourists, and 5) The Local Organizations. Those five social capitals function both to unify the community and to mobilize the community members in establishing a small-to-medium scale, community based, tourism industry. This industry should be able to optimize its tourism products to resemble a normal operation of a business unit. The development of the community-based tourism industry providing diversified products and services in the neighborhood to the visitors will help improve the standards of living of the target community.
This aim can only be achieved if the policies, programs, and strategies made by the government and the business world can hand in hand support this community-based tourism development. Therefore, government and non-government functions in the future should be geared towards assisting this community-based tourism to flourish. The main role is place don the local community so that the local community will take the most benefit out of the engagements between the guests or tourists and the local community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T 26177
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library