Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Mario Mega Buana Putra
"ABSTRAK
Meningkatnya kasus ISPA di Indonesia pada bulan agustus 2019 menjadi dua kali lipat dibanding bulan-bulan sebelumnya ternyata sejalan dengan meningkatnya konsentrasi PM10 dan PM2.5. Akibatnya informasi kualitas udara semakin dibutuhkan oleh masyarakat namun keterbatasan alat membuat informasi kualitas udara yang dikeluarkan BMKG maupun Kementerian Lingkungan Hidup hanya meliputi beberapa titik saja. Oleh karena itu dibutuhkan alat pemantau kualitas udara yang low-cost dan dapat dipasang diberbagai titik agar data kualitas udara kedepannya semakin rapat serta menjamin tersedianya back up data saat alat utama mengalami gangguan. Pemanfaatan mikrokontroller arduino mega 2560 dan sensor laser dust ZH03A pembaca PM10 dan PM2.5 outdoor yang dapat diperoleh di pasaran adalah solusi alternatif tersedianya alat pengamatan kualitas udara yang dibutuhkan BMKG dan instansi terkait. Permasalahan selanjutnya mengenai bagaimana mendapatkan data secara online dan real-time diatasi dengan menggunakan prinsip Internet of Things. Alat yang dirancang juga dilengkapi dengan prediksi PM2.5 dan PM10 menggunakan prinsip jaringan syaraf tiruan. Penelitian ini menunjukkan bahwa sensor laser dust ZH03 memiliki korelasi sebesar 0.511 dan 0.877. Prediksi PM2.5 dan PM10 mampu ditampilkan melalui aplikasi dengan akurasi diatas 50%.

ABSTRACT
The increase of ARI cases in Indonesia in August 2019 has doubled compared to the previous months in line with the increasing concentration of PM10 and PM2.5. As a result, air quality information is increasingly needed by the public, but the limited means of making air quality information issued by BMKG and the Ministry of Environment only cover a few points. Therefore, we need a low-cost air quality monitoring tool that can be installed at various points so that air quality data in the future is getting tighter and guarantees the availability of back up data when the main equipment is interrupted. The use of arduino mega 2560 microcontroller and ZH03A laser dust sensor as PM10 and PM2.5 outdoor readers that can be obtained on the market is an alternative solution to the availability of air quality monitoring equipment needed by BMKG and related agencies. The next problem regarding how to get data online and in real-time is overcome by using the principle of the Internet of Things. The designed tool is also equipped with PM2.5 and PM10 predictions using the principle of artificial neural networks. This study shows that the ZH03 laser dust sensor has a correlation of 0.511 and 0.877. Prediction PM2.5 and PM10 can be displayed through the application with an accuracy above 50%."
2020
T55312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banurea, Dedy Swandry
"Polusi udara terjadi ketika campuran gas beserta partikel lainnya mencapai konsentrasi berbahaya baik yang terjadi di dalam maupun luar ruangan. Polusi udara juga menjadi penyebab kematian di beberapa negara dengan tingkat polusi yang parah. Salah satu polutan yang berbahaya adalah Partikulat halus (PM2.5/ Particulate Matter2.5), dimana dengan diameter kurang dari 2,5 μm, kira-kira 3% dari diameter rambut manusia, partikulat halus ini menjadi perhatian utama dalam pengamatan kualitas udara, dikarenakan PM2.5 dianggap sebagai agen pembunuh utama yang menyebabkan penyakit kardiovaskular, pernapasan dan kanker. Jakarta dinyatakan sebagai kota dengan tingkat polusi udara yang sangat signifikan, isu pencemaran udara menjadi topik pembicaraan banyak pihak, terutama kondisi kualitas udara di ibu kota. Dalam pengukuran kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta jaringan pengamatan observasinya masih sangat terbatas. Sehingga dibutuhkan pemodelan dalam andil untuk melakukan pengukuran kualitas udara dalam hal ini adalah PM2.5. Pemodelan menggunakan algoritma pemebelajaran mesin atau machine learning random forest digunakan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan metode regresi spasial. Adapun variabel yang digunakan berupa unsur meteorologi, partikulat dan gas yang diperoleh dengan memanfaatkan penginderaan jauh. Didapatkan variabel yang paling berpengaruh pada pemodelan spatial temporal PM2.5 ini adalah NO2 dan CO serta dengan fungsi berkebalikan pada variabel curah hujan dan Ozon. Dalam pemodelan yang telah dilakukan ini didapatkan nilai 0,90 dalam korelasi hasil prediksi dengan nilai observasi, dengan nilai ini maka prediksi yang dilakukan oleh Machine Learning Random Forest terbilang baik, serta nilai RMSE sebesar 7,83 µg/m3 juga memberikan gambaran yang baik bagi model yang dibentuk, serta nilai R2 sebesar 0,825 mengisyaratkan akurasi variabel yang digunakan mencapai 82,5 persen. Adapun pasial yang terbentuk dalam pemodelan spasial ini mengikuti pola musim hujan dan musim kemarau, dimana nilai tertinggi dari pola spasial parameter PM2.5 berada pada bulan JJA (Juni, Juli dan Agustus), serta mulai menurun di bulan SON (September, Oktober, dan November), dan pada akhirnya berada di nilai terendah pada bulan DJF (Desember, Januari dan Februari).

Air pollution occurs when a mixture of gases and other particles reach dangerous concentrations both indoors and outdoors. Air pollution is also a cause of death in some countries with severe pollution levels. One of the harmful pollutants is fine particulate matter (PM2.5), which is less than 2.5 μm in diameter, approximately 3% of the diameter of a human hair. This fine particulate matter is a major concern in air quality observations, as PM2.5 is considered a major killer agent that causes cardiovascular, respiratory diseases and cancer. Jakarta is declared as a city with a very significant level of air pollution, the issue of air pollution has become a topic of conversation for many parties, especially the condition of air quality in the capital city. In measuring air quality in DKI Jakarta Province, the observation network is still very limited. So that modeling is needed in order to measure air quality, in this case PM2.5. Modeling using machine learning algorithms or machine learning random forest is used in this study by utilizing the spatial regression method. The variables used are meteorological elements, particulates and gases obtained by utilizing remote sensing. It was found that the most influential variables in the spatial temporal modeling of PM2.5 were NO2 and CO and with the opposite function in the rainfall and Ozone variables. In the modeling that has been done, a value of 0.90 is obtained in the correlation of the predicted results with the observed values, with this value, the prediction carried out by Machine Learning Random Forest is fairly good, and the RMSE value of 7.83 µg/m3 also provides a good description of the model formed, and the R2 value of 0.825 implies that the accuracy of the variables used reaches 82.5 percent. The spatial pattern formed in this spatial modeling follows the pattern of the rainy season and dry season, where the highest value of the spatial pattern of the PM2.5 parameter is in the JJA month (June, July and August), and begins to decrease in the SON month (September, October and November), and finally at the lowest value in the DJF month (December, January and February)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library