Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jordan, Roy E.
Leiden: Vakgroep Talen en Culturen Zuidoost-Azie en Oceanie Rijksuniversiteit te Leiden, 1993
726.143 JOR i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Adninta
"Kuil Yasukuni merupakan kuil Shinto yang terletak di Tokyo. Dalam Perang Dunia II, dipercaya bahwa kuil Yasukuni memiliki peran penting dalam membangun moral baik kaum militer, maupun sipil. Kuil ini juga dipercaya sebagai simbol pengabdian kepada Kaisar. Berkaitan dengan perannya sebagai simbol pengabdian pada kaisar, kuil ini dianggap kontroversial karena dipercaya sebagi representasi ideologi Shinto Negara (Kokka Shinto). Mengunjungi dan berziarah di kuil Yasukuni dianggap melegitimasi sejarah militer Jepang karena di kuil Yasukuni disemayamkan 14 penjahat perang kelas A. Melegitimasi sejarah dan mangabaikan kejahatan yang pernah militer Jepang lakukan adalah aksi merevisi sejarah atau historical revisionism. Kunjungan Perdana Menteri ke kuil Yasukuni selalu menuai kritikan dan kecaman dari negara lain, terutama Cina dan Korea, dua negara yang pernah diokupasi oleh Jepang. Meskipun kuil ini memiliki banyak kontroversi, beberapa Perdana Menteri Jepang tetap mengunjungi kuil ini, termasuk Shinzo Abe yang memang dikenal memiliki pandangan revisionis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan Abe mengunjungi Yasukuni dan mengungkapkan implikasi yang diterima oleh Jepang karena sikap revisionis Abe. Teori Historical Revisionism digunakan untuk mengungkapkan sikap-sikap politik Abe. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif anailtis yang menggunakan prosedur studi pustaka. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa Abe memiliki stabilitas politik yang baik dan pemikiran revisionis sehingga dia mengunjungi kuil tersebut. Faktor kunjungan Abe ke Yasukuni menyebabkan ruang diplomatik Jepang dengan Cina dan Korea menjadi terbatas sepanjang tahun 2014.

Yasukuni Shrine is a Shinto shrine located in Tokyo. In World War II, it was believed that Yasukuni shrine had an important role in building morale both military and civilian. This shrine is also believed as a symbol of devotion to the Emperor. Regarding its role as a symbol of devotion to the emperor, this shrine is considered controversial because it is believed as a representation of Shinto State ideology (Kokka Shinto). Visiting the shrine is considered glorifying Japanese military history  because in Yasukuni shrine there’s 14 class A war criminals enshrined. Legitimizing history and ignoring the crimes that the Japanese military had committed was an act of revising history or historical revisionism. The Prime Minister's visit to Yasukuni shrine has always drawn criticism from other countries, especially China and South Korea, the two countries that have been occupied by Japan. Although this shrine has a lot of controversy, some Japanese Prime Ministers still visit this shrine, including Shinzo Abe who is known as a revisionist. This research aims to find out the reason Abe visited Yasukuni and revealed the implications received by Japan because of Abe's revisionist attitude. Historical Revisionism theory is used to express Abe's political attitudes. This research is an analytical descriptive study that uses a literature study procedure. Through this research it was found that Abe had good political stability and revisionist thoughts so he visited the shrine. The factor of Abe's visit to Yasukuni caused Japan's diplomatic space with China and Korea to be limited throughout 2014.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Artiana Krestianti
"ABSTRAK
Pembahasan mengenai kebudayaan Jepang dari segi sistem religinya yang dibatasi pada masalah ibadat di kuil Ise dari buku karya Nishigaki Seiji yang berjudul Oise Mairi. Tujuannya ialah untuk mengetahui fungsi kuil Ise khususnya pada zaman kuna, kemudian pada zaman pertengahan, dan zaman Meiji. Selain itu juga untuk mengetahui status Kaisar dalam kuil Ise.
Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian ke_pustakaan, yaitu dengan menelusuri bahan-bahan rujukan yang diperoleh dari koleksi pembimbing serta bahan-bahan yang terdapat di perpustakaan Jurusan Jepang Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Juga perpustakaan Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta.
Kesimpulannya menunjukkan bahwa fungsi kuil Ise pada zaman kuna sebagai Dewa Negara, kemudian pada zaman pertengahan sebagai Dewa Pribadi, dan pada zaman Meiji sebagai Dewa Leluhur Keluarga Kaisar. Sedangkan status Kaisar dalam kuil Ise pada zaman kuna sebagai penguasa negara di mana hanya Kaisar dan para utusannya yang dapat beribadat ke kuil Ise, kemudian pada zaman pertengahan status Kaisar sama halnya dengan shogun, kaum bangsawan maupun rakyat jelata di mana semua orang dapat beribadat ke kuil Ise, dan pada zaman Meiji status Kaisar sebagai penguasa tertinggi negara di mana Kaisar sungguh-sungguh datang beribadat ke kuil lse sedangkan rakyat yang secara langsung maupun tidak langsung dianggap sebagai keturunan Kaisar diwajibkan untuk beribadat ke kuil Ise.
Fungsi kuil Ise dan status Kaisar dalam kuil Ise sudah diketahui dari uraian di atas, sehingga penulis berpendapat sejak awal zaman Meij,.kuil Ise menjadi salah satu tempat peribadatan orang Jepang, mulai dari Kaisar hingga rakyat jelata. Kenyataan ini menunjukkan sifat universal yang dimiliki oleh kuil Ise, sebagaimana tempat-tempat peribadatan lainnya.

"
1990
S13501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Ratih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cummings, Joe
Melbourne: Lonely Planet, 2001
726.143 095 CUM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Koritelu, Gracelia Apriela
"Budaya ziarah lekat dengan kehidupan masyarakat Jepang sejak zaman dahulu, terkhususnya ziarah yang dilakukan dengan tujuan Kuil Ise yang merupakan salah satu tempat yang paling sakral di Jepang. Seiring perkembangannya, terutama selama periode pemerintahan Tokugawa atas Jepang yang dikenal dengan zaman Edo, banyak hal yang terjadi dan menimbulkan peningkatan yang drastis akan tingkat wisata terkhususnya wisata ziarah. Hal ini menimbulkan perubahan atas motivasi dan tujuan orang-orang yang melakukan ziarah, yang semula bertujuan murni sebagai bentuk kegiatan spiritual, mulai berubah menjadi kegiatan wisata yang lebih didasarkan atas motivasi-motivasi wisataseperti, rekreasi, bisnis, prestise, dan lainnya. Penelitian ini merupakan kajian pustaka dengan metode deskritiptif-analisis.

Pilgrimage have been a part of Japanese people life since ancient time, especially Ise Shrine pilgrimage. Ise Shrine have been known as one of the most sacred place in Japan. As time past, especially during Tokugawa period (Edo period), there are various things happened and became a major factor of drastic increasing of tourism, especially pilgrimage tourism. These also indirectly affected the motivation of the pilgrimage tourists. The spiritual motive as the main motive of someone doing pilgrim, slowly changed into tourism motives such as pleasure, business, prestige, etc. This study is review of literature with descriptive analysis method."
2014
S61735
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadilah Putri
"Skripsi ini membahas mengenai sebuah gerakan sosial sebagai politik perlawanan. Gerakan sosial yang dimaksud dalam skripsi ini adalah Peoples Alliance for Democracy PAD atau yang biasa disebut dengan Kaus Kuning. Fokus penelitian ini adalah upaya dari PAD yang berusaha untuk menjatuhkan Perdana Menteri Samak Sundaravej di Thailand. Dalam upayanya untuk menjatuhkan perdana menteri, PAD menggunakan konflik Kuil Preah Vihear sebagai isu politik. Hal ini tidak terlepas dari strategi PAD yang menggunakan isu sebagai alat politiknya. Melalui teori gerakan sosialyang diajukan oleh Sidney Tarrow 1998, penulis mencoba menganalisis upaya yang dilakukan PAD yang menggunakan konflik Kuil Preah Vihear untuk menjatuhkan Perdana Menteri Samak Sundaravej di Thailand. Selain itu, melalui teori gerakan sosial yang diajukan oleh Tarrow, peneliti juga akan menganalisis Mahkamah Konstitusi sebagai jaringan elite yang membantu PAD dalam menjatuhkan Perdana Menteri Samak Sundaravej.

This bachelor thesis discusses about one of social movements as a contentious politics. This social movement is called People rsquo s Alliance for Democracy PAD or commonly addressed as yellow shirt. This research focuses on the effort of PAD that attempts to overthrow Prime Minister Samak Sundaravej in Thailand. In an effort to overthrow the prime minister, PAD uses Preah Vihear Temple conflict as a political issue to mobilize Thai society. This cannot be separated from the PAD strategy that uses the issue as a political tool. Through the social movement theory proposed by Sidney Tarrow 1998 , the author tries to analyze the effort of PAD using the Preah Vihear Temple conflict to overthrow Prime Minister Samak Sundaravej in Thailand. In addition, through the social movements theory proposed by Tarrow, researchers will also analyze the Contitutional Court as an elite network that assist PAD to overthrow Prime Minister Samak Sundaravej."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dafin Delian
"Penelitian ini membahas mengenai komodifikasi agama melalui goshuin dan pengaruhnya pada pariwisata religi di Jepang. Komodifikasi goshuin menunjukkan bahwa agama dapat mengubah bentuknya menyesuaikan masyarakat untuk dapat bertahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan alasan seseorang mengunjungi kuil, menjelaskan bagaimana goshuin mampu menggerakkan pariwisata religi kuil di Jepang, dan menjelaskan bagaimana dukungan kuil dalam menjaga keberlangsungan fenomena goshuin boom. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Komodifikasi oleh Christoph Hermann. Metode analisis menggunakan kualitatif dan dijelaskan secara deskriptif. Teknik mengumpulkan data adalah dengan wawancara. Data dijabarkan dalam bentuk narasi sebanyak 10 responden dan data wawancara kuil dimasukkan ke dalam pembahasan. Hasil yang didapatkan adalah goshuin menjadi faktor penarik seseorang saat mengunjungi kuil karena dianggap sebagai penanda bahwa seseorang pernah pergi ke suatu tempat. Kemudian, goshuin memiliki potensi untuk memajukan pariwisata religi di Jepang dengan memasukkan daftar goshuin di dalam peta pariwisata. Terakhir, kuil mendukung adanya fenomena goshuin boom dengan menyediakan desain-desain terbatas yang baru setiap bulannya, di samping munculnya dampak negatif dari tren, yaitu kemunculan tenbaiyā.

This study discusses religion commodification through goshuin and its influence on religious tourism in Japan. The commodification of goshuin shows that religion can change its form to adapt to society in order to survive. The purpose of this study is to explain why people visit shrines, explain how goshuin can drive shrine religious tourism in Japan, and explain how shrines support the sustainability of the goshuin boom phenomenon. The theory used in this research is Christoph Hermann’s Commodification Theory. The analytical method used is qualitative and described descriptively. The technique of collecting data is by interview. The data is described in the form of a narrative of 10 respondents and the interview with monk and priest in the temple are included in the discussion. The result obtained is that goshuin is an attractive factor for someone when visiting a shrine because it is considered a marker that someone has gone to a place. Furthermore, goshuin has the potential to promote religious tourism in Japan by listing goshuin on tourism maps. Lastly, the temple supports the goshuin boom phenomenon by providing new limited designs every month, beside the negative impact of the trend, namely the emergence of tenbaiyā."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chika Asri Oktaviyanti
"Kuil Yasukuni merupakan sumber konflik antara bangsa Cina dan Korea Selatan terhadap Jepang karena adanya kunjungan yang selalu dilakukan oleh petinggi pemerintah Jepang setiap tahun sejak akhir Perang Dunia Kedua. Kunjungan petinggi ke kuil Yasukuni mengawali proses ritual pemujaan leluhur prajurit sebagai pahlawan Jepang, namun bagi masyarakat Cina dan Korea Selatan merupakan bentuk tindakan kejahatan dan agresi Jepang. Tujuan penelitian ini menganalisis kesenjangan antara kedua pihak yang merupakan reproduksi memori budaya melalui shift dari tindakan ritual kepada speech di TV dan media World Wide Web setiap tahunmya. Hal ini turut menunjukkan kebenaran di dalam koneksi antara bentuk pernyataan dan ritual kuil Yasukuni. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis isi. Data dikumpulkan dari buku, jurnal, serta media massa di internet terkait ritual kuil Yasukuni oleh petinggi pemerintah Jepang dan pernyataan kecaman dari masyarakat Cina dan Korea Selatan terhadap ritual tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual kuil Yasukuni dalam tindakan dan pernyataan kecaman di media massa dari masyarakat Cina dan Korea Selatan merupakan shift reproduksi memori budaya dari kata-kata ke realitas dan sebaliknya. Ritual kuil Yasukuni merupakan wacana penegasan kembali golongan prajurit dalam struktur masyarakat Jepang vs kejahatan perang dalam pandangan masyarakat Cina dan Korea Selatan; sistem pengendalian kebiadaban sekaligus mensakralkan golongan prajurit melalui pandangan mengenai bahaya pada pihak lain sebagai pihak yang membuat batasan dan mengubah wacana mutakhir.

Yasukuni Shrine is a source of conflict between China and South Korea towards Japan because of visits made by Japanese government officials every year since the end of Second World War. The visit of Japanese government officials to the Yasukuni shrine began the ritual process of worshiping warrior ancestors as Japanese heroes, for the people of China and South Korea it was a form of Japanese crime and aggression. This research aims to analyze the gap between the two parties, which is the reproduction of cultural memory through shifts from ritual actions to speeches on TV and World Wide Web media every year. This also shows the truth in the connection between the forms of statements and the rituals of the Yasukuni shrine. This research was conducted using the content analysis method. Data was collected from books, journals, and mass media on the internet regarding the Yasukuni shrine ritual by Japanese government officials and statements of condemnation from the people of China and South Korea regarding this ritual. The research results show that the Yasukuni shrine ritual in actions and statements of condemnation in the mass media from Chinese and South Korean society is a shift in the reproduction of cultural memory from words to reality and vice versa. The Yasukuni shrine ritual is a discourse of reaffirmation of the warrior class in the structure of Japanese society vs war crimes in the eyes of Chinese and South Korean society; a system of controlling barbarity while also sacralizing the warrior class through the view of danger to other parties as the party that creates boundaries and changes the latest discourse."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Ambar Muslihatin
"Korea Selatan memperlihatkan kematangan dalam pengelolaan perlindungan warisan budaya melalui pengesahan perundang-undangan perlindungan kekayaan budaya dan struktur administrasi pemrintah yang berorientasi jangka panjang, serta keaktipan di dunia internasional demi misi menguatkan kepribadian bangsa.

That Korea shows the maturity of the cultural heritage protection through the enactment act and the structure of goverment administration for long-term purpose, and also the particiption in international level for mission to affirm the national identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15983
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>