Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sibagariang, Renta Nilawati
Abstrak :
ABSTRAK
Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama di Indonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedta untuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yang menggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendenta kusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi dengan menggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnforman kunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantan penderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas dan masyarakat non pcnderita kusta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan dengan pengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwa penyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan mutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan juga berhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihat kecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga bahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwa penderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosial ckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengan demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metode dan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugas kesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini oleh petugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan hal yang esensial.
ABSTRACT
Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regarding to leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regarding to person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social and economic status. Particularly, studies that have explored stigma in community toward people aifected leprosy are rare. The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception, belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrence of stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumi district where data collecting were obtained through document observation, Focus Group Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this study consists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader, people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker at hea.lth center and community (non people affected leprosy). This study shows that the occurrence of stigma are related to lack of knowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy is very contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence of stigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contracted and Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found that people affected with disability get more negative treatment from community compare to people affected without disability. it is highlight further that even with similar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledge of community and health workers through IEC which use appropriate media and method. One most important in preventing of disability is to find and treat patient timely by health worker with community leader participation.
2007
T34519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi
Jakarta: UI Publishing, 2024
616.998 SRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamariah
Abstrak :
Penyakit kusta di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Di samping besamya masalah di bidang rnedis juga masalah sosial yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menghadapi masalah ini, organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan agar pada tahun 2000 penyakit kusta tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan prevalensi rate kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Penurunan prevalensi rate ini dapat dicapai dengan upaya peningkatan proporsi penderita kusta yang herobat taeratur dalaxn periode waktu tertentu. Pencapaian persentase keteraturan berobat atau RPT rate pcnderita kusta di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 1998 (PB: 93,7 %; MB: 91,3 %). Angka ini relatif lebih tinggi dad target RPT rate nasional yaitu 90 % balk untuk penderita ripe PB maupun MIB. Beberapa penelitian, Salah satunya di Tangerang menunjukkan bahwa RFT Rate (1993) mencapai 78,4%, yang berbeda dengan angka keteraturan berobat yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan (RPT Rate : 90%). Prevalensi Rate Kabupaten Aceh Besar cendenmg menunm dari tahun ke tahun, tetapi belum mencapai target Prevalensi Rate yang ditargetkan oleh WHO yaitu kurang dari 1 per 10.000 penduduk. Namun hal ini berbeda dengan penemuan penderita baru yang cenderung meningkat. Berdasarkan kenyataan ini maka dilakukan penelitian yang rnengkaji bagaimana gambaran keteratumn berobat yang sebenamya dari penderita kusta di Kabupaten Aceh Besar dan hubungannya. dengan faktor-faktor yang diasumsikan melatar belakangi keteraturan berobat penderlta kusta, yaitu faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, keyakinan, sikap, jarak, ketersediaan obat, peran petugas, dan peran keluarga.Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Besar dengan desain cross sectional dan menggunakan data primer. Responden berjumlah 134 orang yang merupakan seluruh populasi yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang teratuzr berobat adalah 74,6 % (95 % CI; 67,2 % - 82,0 %)_ Secaxa statistik diperoleh hubungan yang bermakna antara keteraturan berobat dengan faktor pengetahuan (OR: 6,73i6;95 % CI: 2,540 - l7,855), keyakinan (OR: 7,169; 95 % CI: 1,167 - 44,040 ), sikap (OR: 4,481; 95 % CI: 1,458 - 13,773 ), dan peran petugas (OR: 3,325; 95 % CI: 1,195 - 9,248). Dari empat falctor yang berhubungan tersebut, maka faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan keteraturan berobat. Diperlukan pendidikan kesehatan yang persuasif dengan menggunakan orang yang berpengalaman dalam kesembuhan kusta sebagai pendidik ( Imitation by vicarious learning ).Per1u juga peningkatan kemampuan petugas dalam metode pendidikan dan penyuluhan rnelalui program pendidikan kcsehatan, dan melaksanakan studi eksperimental, untuk melakukan uji cuba beberapa. model yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan yang bersifat persuasif, Hasil studi ini dapat digunakan untuk mendukung program intervensi yang akan meningkatkan RFT Rate.
Leprosy is still a public health problem in Indonesia Besides the medical problems, leprosy disease also gives many social problems. To overcome all those problems ,World Health Organization ( WHO) declared elimination of leprosy by the year 2000,mea.ns leprosy will not be a public health problem anymore when the prevalence rate is less than l per 10.000 population Decreasing prevalence rate could be achieved by increasing the proportion of leprosy patients who could complete the treatment regularly within adequate period of time. The number of patients finished treatment during adequate period of time or RPT rate of leprosy patients in Aceh Besar district in 1998 was relatively high (PB: 93.'7%; MB: 91.3% ). This figure is higher compare to the national target, which is 90 % for both PB and MB types. Several studies, which one of them conducted in Tangerang (1993) showed that RFT Rate was 78,4%, it was different to compliance rate gathered from recording and reporting'(RFl` Rate was 90%). Prevalence Rate in Aceh Besar District tended to decrease from year to year, but it has not reached the Prevalence Rate targeted by WHO, that are less than 1 per 10.000 people. This was different to new cases tinding that tended to increase. Based on this face this study aims to ?rind out the real pictures of the treatment compliance of leprosy patients in Aceh Besar district, and some factors related to the treatment compliance of leprosy patients such as age, sex, education, job, knowledge, confidence, attitude, distance, availability of drugs/MDT, the role of health providers and the role of the patients family. The study was conducted in Aceh Besar district and designed as cross sectional study using primary data. The number of respondents was 134, which was all the population who full [ill the criteria. The study result shows that the proportion of respondent with compliance of treatment was 74.6% (95%CI1 67.2% - 32.0%)_ Statistically the correlation was significant between the compliance of treatment and the knowledge ( OR: 6.736 ; 95%CI 1 2-540 - 17.855 ), the confidence ( OR: 7.169 ; 95%Ci 1 1.167 - 44.040 ), the attitude ( OR 1 4.481 ; 95%CI 1 1.453 - 13-774 ) , and the role of health providers ( OR 1 3.325 ; 95%CI 1 1.195 - 9.243 ). Out of four factors, knowledge is the most factor related to the compliance oftreatment. It is needed to do persuasive health education such as Imitation by Vicarious Leaming using ex leprosy patient. It is also important to improve the capability of health providers in giving health education through formal health school, and conduct an experimental study to try out some models regarding the persuasive health education. The result of the study could be used to support the intervention which could improve RPT Rate.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sukandar
Abstrak :
Kusta adalah penvakit menular yang disebabkan Mycobacterium leprae yang bersifat kronis dan menimbulkan masalah yang sangat komplek. Sampai saat ini mManusia merupakan Satu-satunya yang diketahui berperan sebagai reservoir. Terjadinya penyakit Kusta merupakan hasil interaksi antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi sebagai faktor risiko. Besarnya faktor tisiko berperan dalam timbulny2 kejadian penyakit Kusta. Tuiuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran kejadian penyakit Kusta berdasarkan perbedaan kondisi spasial dan mengetahui bagaimana hubungan kondisi spasial sebagai faktor risiko dengan prevalensi Kusta di wilayah Kabupaten Cirebon tahun 2006. Disain penelitian menggunakan studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cirebon dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa dinas instansi sesuai keperluan penelitian. Variabel bebas yang digunakan adalah kepadatan penduduk, keluarga miskin, luas lantai tanah, ketinggian wilayah dan jenis tanah, sedangkan variabel terikat adalah penyakit Kusta. Uji statistik hanya dilakukan terhadap variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan luas lantaj tanah dengan prevalensi Kusta mengpunakan KruskalWallis, One- way Anova, dan uji beda dua Mean Independent. Sedangkan analisis spasial dilakukan pada semua variabel bebas sebagai kondisi spasial terhadap variabel terikat, Hasil menunjukkan variabel keluarga miskin yang berhubungan secara signifikan dengan prevalensi Kusta p < 0,05. Sedangkan yang tidak berhubungan adalah variabel kepadatan penduduk dan luas lantai tanah. Hasil analisis spasial memperlihatkan bahwa_ pola penyebaran kasus Kusta dengan prevalensi tinggi berdasarkan variabel kepadatan penduduk terdapat pada kategori Rendah (<1646,10 jiwa/km’) dan Sedang (1646,10 — 2667,61 jiwa/km”, yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik. Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel proporsi keluarga miskin berada pada kategori Rendah, Sedang dan Amat Tinggi (< 45,64; 62,92-76,06; dan >76.06), vaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel Proporsi luas lantai tanah berada pada kategori Rendah, Tinggi dan Amat Tinggi (<9,08; 12,17-14,.09; dan 14,09-18.32), yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Crwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel ketinggian wilayah berada pada ketinggian 0-500 meter dpl yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ctwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel jenis tanah berada di Kecamatan Astanajapura dan Kecamatan Gegesik dengan dengan dominasi jenis tanah Giey dan 4ffuviad, scdangkan di Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber mempunyai jenis tanah domian Podsolik dan Latosol. Dalam upaya menurunkan prevalensi kusta, perlu perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terutama pada area yang perpotensi dalam penyebaran penyakit Kusta. Kegiatan penemuan kasus dan pengobatan dini perlu ditingkatkan, kegiatan penyuluhan dan kegiatan yang dapat mengurangi faktor risiko dapat dilakukan hersama dengan sektor lainnya. Penerapan Sistem Informasi Geografis dan analisis spasial perlu terus dikembangkan dalam upaya meneari faktor risiko baru penyakit kusta. ......Leprosy is contagious disease caused. by mycobacterium leprae which chronically infected and generated various and complex problems. Until now the human being known as reservoir. Leprosy infected as result of interaction between human being and its behavior and environment component which own. Potency as risk factor. The level of risk role a play to infected leprosy disease. The objective research is to know the spreading leprosy disease occurrence bases on difference of spatial conditiun and to know how the reiation spatial condition as risk factor with leprosy prevalence at Kabupaten Cirebon Region on 2006, Design research utilized ecology study with spatial analysis approach. Research conducted at Kabupaten Cirebon by using secondary data obtained from some institution in accordance to research need. Free variable utilized is density, poor family, ground floor wide, soil or land type, the regional elevated. Meanwhile constant variable is leprosy disease. Statistically test only conducted on variable of density, poor family dan ground floor wide with leprosy prevalence utilized kruskal-wallis, one-way anova and tested two mean of independent mean while spatial analysis conducted at all free variable as spatial condition on constant variable. The spatial analysis shown that spreading patterns leprosy occurrence case with high prevalence bases on density found on low and medium condition (1186,932667,61 people/km’, there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Berber, variable on poor family as on low, high and very high level (30,52-45,64; 62,92-76,06; and 76,06-94,80), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, variable on proportion of ground floor wide at low and high and very high ccndition (7,79-9,08:9,08-12,17; dan 14,09-18,32), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, the variable of regional elevated be at 0-500 meter dp! there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecametan Beber; variable of type land at Kecamatan astanajapuran and Kecamatan Gegesik with dominated gley and allluvial type of soil. While at Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber has dominant soil type is podsolik and latosol. In this circumstances to degrading leprosy prevalence, need special attention for Dinas Kesehatan Cirebon especially at region which has big potency to spreading leprosy disease. Early medication and identitication activity are require to improve and counseling activities and activity which is reduce a risk factor need to cerducted with other sector. Applying of information system and spatial analysis require to develops in order to search a new risk factor for leprosy disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atika
Abstrak :
Prevalence rate kusta di Kecamatan Talango tergolong tinggi (10,99 per 10000 penduduk tahun 2012). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian kusta di Puskesmas Kecamatan Talango 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit kusta (p=0,000, OR=7,87). Variebel lain yang bermakna secara statistik adalah riwayat kontak serumah, lantai rumah, ventilasi. Sedangkan variabel pendidikan, pekerjaan, penghasilan, sarana air bersih, personal hygiene, dan dinding rumah tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian kusta. Setelah dianalisis lebih lanjut, ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian kusta setelah dikontrol konfounding (pendidikan, lantai rumah, dinding rumah, ventilasi) di Kecamatan Talango 2014.
Prevalence rate of leprosy in the Talango Subdistrict is high (10.99 per 10,000 population in 2012). This study aimed to analyze the relation between residential density and leprosy occurrence in Talango Subdistrict 2014. Study design used is case control. The results showed that there is a relationship between dwelling density and the occurrence of leprosy (p Value =0.000, OR=7.87). Another variebel that statistically significant is the history of household contact, the floor of house, and ventilation. While the variable of education, occupation, social economy, clean water resource, personal hygiene, and the walls of the house do not have a significant relationship to the occurrence of leprosy. Upon further analysis, there is relation of dwelling density with the occurence of leprosy after controlled by confounder factors (namely: education, floor of house, wall of house, and ventilation) in District Talango 2014.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Nurahma
Abstrak :
Latar Belakang Penyakit kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta menyebabkan gangguan fisik, psikologik, dan sosial, yang menurunkan kualitas hidup penderita. Deformitas yang terlihat pada pasien kusta adalah salah satu penyebab utama stigma yang mempengaruhi perilaku pencarian kesehatan dan inklusi sosial. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil bentuk dan derajat kecacatan pada pasien kusta di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi. Metode Penelitian dilakukan secara retrospektif terhadap data pasien kusta di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Januari 2022 - September 2023 dengan variabel penelitian, yaitu usia, jenis kelamin, klasifikasi, bentuk dan derajat cacat, serta tindak lanjut pengobatan cacat kusta. Hasil Pada 83 subjek penelitian, didapatkan paling banyak pasien pada kelompok usia dewasa dengan jenis kelamin laki-laki dan tipe multi basiler. Ditemukan paling banyak pasien dengan cacat kusta dengan didominasi pasien cacat tingkat 1. Frekuensi paling banyak cacat pada ekstermitas atas dan/atau bawah. Tindak lanjut pengobatan pasien cacat kusta menunjukan paling banyak pasien yang tidak dirujuk balik. Kesimpulan Didapatkan profil pasien kusta terkait bentuk dan derajat kecacatan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Terdapat rekam medis yang tidak lengkap terhadap pemeriksaan cacat pada pasien kusta. ......Introduction Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. Leprosy causes physical, psychological and social disorders, which reduce the quality of life. The deformities seen in leprosy patients are one of the main causes of stigma that influences health-seeking behavior and social inclusion. This research was conducted to determine the profile of the shape and degree of disability in leprosy patients at the Dermatology and Venereology Polyclinic. Method This research was conducted retrospectively on data from leprosy patients at Dr. Cipto Mangunkusumo during the period January 2022 - September 2023 with research variables, namely age, gender, classification, shape and degree of disability, and the follow-up treatment. Results In the 83 research subjects, the majority of patients were in the adult age group with male gender and multi bacillary type. The highest number of patients with leprosy defects were found, with the majority being patients with grade 1 defects. The highest frequency of defects was in the upper and/or lower extremities. Follow-up treatment of disabled leprosy patients showed that most patients were not referred back. Conclusion Profiles of leprosy patients were obtained regarding the form and degree of disability at Dr. Cipto Mangunkusumo. There are incomplete medical records regarding examinations of defects in leprosy patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1990
616.998 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tangerang: Yayasan Bina Sehat, 1993
616.998 TAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Wahyuni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26635
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>