Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Kumayah
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang masih endemis di Indonesia, khususnya di Jakarta, termasuk Kelurahan Rawasari dan Cempaka Putih Barat. Salah satu faktor yang memengaruhi tingginya angka kejadian DBD adalah keberadaan container di dalam rumah. Container dalam rumah cenderung menjadi tempat perkembangbiakan vektor DBD yang ideal. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kejadiannya, perlu diupayakan pemutusan rantai vektor DBD yang didahului dengan survei entomologi terkait keberadaan larva di container dalam rumah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 200 rumah, 100 dari Kelurahan Cempaka Putih Barat dan 100 dari Kelurahan Rawasari. Penelitian dilakukan pada 28 Maret 2010. Cara yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah single larval method dan data dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil uji Chi-square menunjukkan p=0,950 yang berarti tidak ada perbedaan bermakna antara container di kedua wilayah. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara asal container dengan keberadaan larva.
Dengue Haemorraghic Fever (DHF) is one of endemic diseases in Indonesia, especially in Jakarta including Rawasari and Cempaka Putih Barat villages. One of factors that affect the level of DHF is indoor container existence. Those containers are the ideal places to larval breeding. Entomological survey must be done to cut the chain of DHF vector breeding for decreasing numbers of DHF diseases. The research used analytic description with cross-sectional design and using the total of 200 houses which 100 houses in each village. This research was done at randomly on March 28th 2010. The researcher used single larval method to take the samples and analyzed by Chi-square test. The results showed that there are no signigficance between indoor container and larval existences (p=0,950). In conclusion, there is no relation between indoor container and larval existence.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni R. Kamah
Abstrak :
Nyamuk Aedes aegypLi merupakan vektor demam berdarah yang tersebar luas, terutama di perkptaan n Pengendalian populasi larva /le. aegypti dengan menggunakan ikan predator telah lama diketahui. Suatu penelitian deskriptif eksperimental tentang kemampuan makan ikan ApLocheilus panchax (Cypr inodontidae ) j CoLisa Ictlia ( Anaban t idae ), dan Poecilia. r&ticuLctta (Poecilidae) telah dilakukan di laboratorium. Metode pengamatan adalah pengamatan secara langsung, yaitu melihat jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari selama 4 hari. Banyaknya ulangan untuk setiap jenis ikan adalah 10 kali. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan kemampuan memangsa larva pada ketiga jenis ikan yang diamati; (2) C. Lalia adalah pemangsa larva yang rakus, diikuti oleh A. panchax, dan terakhir P. reticulata; (3) Pada ikan A. panchax dan P- reticulata terdapat korelasi positif antara rata-rata panjang total tubuh dengan jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Kresnadi
Abstrak :
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah yang besar dengan peningkatan jumlah kasus sebesar 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Pemberantasan vektor penyebab DBD sudah dilakukan, termasuk di Indonesia dengan menggunakan Temefos sejak 40 tahun yang lalu. Berbagai faktor terkait penggunaan larvisida Temefos mengakibatkan timbulnya resistensi di beberapa daerah di Indonesia. Desa Pangkah di Kabupaten Tegal merupakan daerah dengan kasus DBD tinggi. Untuk mendukung upaya pemberantasan nyamuk di sana, perlu diadakan evaluasi status resistensi di Desa Pangkah. Penelitian ini menilai status resistensi larva Aedes aegypti Desa Pangkah melalui penentuan lethal concentration (LC) dan rasio resistensi (RR) larva yang dipajankan terhadap Temefos. Pajanan dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan dan dibagi ke dalam 4 konsentrasi tiap pengulangannya yaitu 0,05 ppm, 0,025 ppm, 0,0125 ppm, 0,00625 ppm, dan ditambah dengan satu kontrol. Data yang ada lalu dianalisis menggunakan regresi probit. Kematian pada kelompok uji 0,05 ppm, 0,025 ppm, 0,0125 ppm, dan 0,00625 ppm berturut-turut adalah 91%, 90%, 81%, dan 78%. Hasil regresi probit menunjukkan LC50 berada pada konsentrasi 0,0005 ppm, LC90 pada 0,0349 ppm dan LC99 pada 1,1037 ppm (P<0,05). Nilai ini melebihi ambang WHO untuk LC99 yaitu 0,02 ppm. Dengan demikian, larva Aedes aegypti di Desa Pangkah sudah resisten terhadap Temefos. Hal ini kemungkinan terjadi karena penggunaan di Indonesia yang sudah lama dan tidak teratur di Desa Pangkah. Untuk itu, perlu dipersiapkan pengganti Temefos yang dianjurkan WHO yaitu Permetrin dan tetap melanjutkan pemberantasan larva dengan 3M. Namun, diperlukan penelitian lebih vii Universitas Indonesia lanjut untuk menentukan status resistensi larva Aedes aegypti di Desa Pangkah terhadap Permetrin dan larvisida lain untuk menentukan strategi pemberantasan nyamuk yang tepat.
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a big problem with a 30-fold increase in the number of cases in the last 50 years. The eradication of the vector causing DHF has been done, including in Indonesia by using Temefos since 40 years ago. Various factors related to Temefos larvicide use resulted in resistance in several regions in Indonesia. Pangkah Village in Tegal Regency is an area with high DHF cases. To support efforts to eradicate mosquitoes there, an evaluation of resistance status in Pangkah Village needs to be carried out. This study assessed the resistance status of Aedes aegypti larvae in Pangkah Village by determining the lethal concentration (LC) and larval resistance ratio (RR) exposed to Temefos. The exposure was carried out 4 times and repeated into 4 concentrations per repetition, namely 0.05 ppm, 0.025 ppm, 0.0125 ppm, 0.00625 ppm, and added with one control. Existing data were then analyzed using probit regression. Deaths in the test groups were 0.05 ppm, 0.025 ppm, 0.0125 ppm, and 0.00625 ppm respectively 91%, 90%, 81%, and 78%. Probit regression results showed LC50 at a concentration of 0.0005 ppm, LC90 at 0.0349 ppm and LC99 at 1.1037 ppm (P <0.05). This value exceeds the WHO threshold for LC99 which is 0.02 ppm. Thus, the Aedes aegypti larvae in Pangkah Village are already resistant to Temefos. This is likely due to the longstanding and irregular use in Indonesia in Pangkah Village. For this reason, it is necessary to prepare a Temefos replacement recommended by WHO, Permethrin and to continue the eradication of larvae with 3M. However, more research is needed vii Universitas Indonesia continued to determine the status of resistance of Aedes aegypti larvae in the Pangkah Village against Permethrin and other larvicides to determine the right mosquito eradication strategy.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danya Philanodia D.
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tropik infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan jakarta, termasuk Kelurahan Cempaka Putih Barat (daerah kontrol) dan Rawasari (daerah intervensi). Agen biologis Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberantas vektor DBD. Tujuan Penelitian ini adalah diketahui informasi mengenai efektivitas penggunaan Bti sebagai data untuk upaya pemberantasan DBD di Indonesia. Kuasi eksperimental merupakan desain penelitian yg digunakan pada penelitian ini. Survei entomologi dilakukan pada 120 rumah di masing-masing daerah pada tanggal 28 Maret 2010. Sampel diambil dengan menggunakan single larval method dan dianalisis dengan Mc-nemar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat penurunan proporsi kepositivan larva Aedes aegypti yang bermakna secara statistik sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan sebab akibat antara penggunaan Bti terhadap kepositivan larva Aedes aegypti pada TPA di kedua daerah. ...... Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious tropical disease that remains a public health problem in Indonesia and Jakarta, including West Cempaka Putih (control region) and Rawasari (intervention region). Biological agent Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) is one way that can be used to combat the DHF vector. The purpose of this study is get the information regarding the effectiveness of using of Bti as a data to eradicate DHF in Indonesia. However, quasi-experiment is the research design used in this study. Entomology survey conducted on 120 houses in each region on March 28, 2010. The samples were taken by using a single larval method and analyzed by Mc-nemar. The results showed that there was no statistically significant reduction of the positivitity of Aedes aegypti larvae, so that it can be concluded that there is no causal relationship between the use of Bti against Aedes aegypti larvae positivity on water shelter in the two regions.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Adena
Abstrak :
Dewasa ini pemberantasan vektor ditekankan pada agent yang bersifat ramah lingkungan yaitu menggunakan pemberantasan biologis misalnya Bacillus thuringiensis israellensis (Bti). Saat ini penggunaan Bti masih dalam taraf laboratorium sehingga perlu dilakukan peneltian lapangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Bti dalam memberantas Ae. aegypti di container luar rumah di Kelurahan Cempaka Putih Barat. Penelitian menggunakan desain eksperimental dengan intervensi Bti. Data pretest diambil pada tanggal - tanggal 28 Maret 2010 dan postest pada tanggal 25 April 2010. Survei dilakukan dengan single larva method terhadap semua container di luar rumah. Hasilnya menunjukkan didapatkan 12 container positif larva dari 37 container. Setelah pemberian Bti jumlah container positif larva menurun menjadi 1 container positif larva. Pada penelitian ini tidak dapat dilakukan uji McNemar karena container tidak diperlakukan sama yaitu container TPA diberikan Bti sedangkan pada container non-TPA tidak dan data pada container TPA saja tidak memenuhi syarat uji McNemar. Kesimpulan yang didapatkan Bti bentuk cair tidak efektif menurunkan keberadaan larva Ae. aegypti di luar rumah di Kelurahan Cempaka Putih Barat. Nowadays, the control of the vector agent is emphasized to the environmental friendly agent for example uses biological control Bacillus thuringiensis israellensis (Bti). Today the use of Bti is still in its early stages of a laboratorium study so we need to do field study. The purpose of this study was to examine the effectiveness of Bti in control Aedes aegypti in containers outside the house in Cempaka Putih Barat Village. The study uses an experimental design with Bti intervention. Pretest data were taken on March 28, 2010 and posttest on April 25, 2010. The survey was conducted with a single method larva of all containers outside the home. The results founded 12 positive larva containers from 37 containers. After Bti application, numbers of positive containers decreased become 1 positive larva container. McNemar test could not be done because all of containers were not treated the same. TPA container was given Bti while non-TPA container was not given Bti. TPA container alone does not qualify for McNemar test. In conclude, liquid form Bti is not effective to reduce the presence of larvae of Ae. aegypty outside the house in the Village of Cempaka Putih Barat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Varalisa Rahmawati
Abstrak :

Pendahuluan: Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan masih menjadi perhatian di Indonesia. Sampai saat ini, pengendalian vektor menjadi upaya pencegahan utama karena belum adanya vaksin DBD di Indonesia. Akan tetapi, tidak ada penelitian terkait aktivitas insektisida deltametrin dan malation terhadap morfologi dan histologi midgut Ae.aegypti. Objektif: Studi ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas larvisidal deltametrin dan malation terhadap morfologi dan histopatologi midgut larva Ae.aegypti. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Sampel penelitian ini berupa larva instar III-IV Ae. aegypti. Aktivitas larvasidal deltametrin dan malation diketahui dengan bioassay sesuai protocol WHO selama 24 jam pada lima konsentrasi berbeda dari tiap insektisida dan lima kali ulangan. Larva yang mati akan diamati dengan mikroskop diseksi untuk mengetahui morfologinya. Selain itu, larva yang mati akan dibuat potongan sediaan patologi anatomi dengan pewarnaan hematoksilin-eosin. Data mortalitas larva selanjutnya akan diolah dengan SPSS untuk menganalisis korelasi konsentrasi dengan mortalitas larva serta menentukan konsentrasi letal insektisida (LC50 dan LC99). Hasil: Larva pada kontrol tidak ada yang mati dan tidak ditemukan adanya perubahan morfologi maupun histologi. Persentase mortalitas larva Ae.aegypti setelah paparan deltametrin dan malation selama 24 jam, secara berurutan, 15,2-100% dan 4,8-100%. LC50 dan LC99 deltametrin dan malation selama 24 jam, secara berurutan adalah 0,007 ppm (95% Cl=0,006-0,009) dan 0,312 ppm (95% Cl=0,203-0,529); serta 0,053 ppm (95% Cl=0,045-0,062) dan 0,915 ppm (95% Cl=0,652-1,398). Deltametrin menyebabkan terjadinya kerusakan di toraks, abdomen, sifon, dan insang anal, serta terlepasnya setae, dan penipisan kutikula.   Sedangkan, malation menyebabkan terjadinya kerusakan di kepala, toraks, abdomen, sifon, insang anal, dan kutikula serta terlepasnya setae. Nekrosis sel epitel gastrointestinal adalah perubahan histopatologis midgut utama yang ditemukan pada larva Ae.aegypti baik setelah paparan deltametrin maupun malation. Kesimpulan: Deltametrin dan malation efektif membunuh larva Ae.aegypti dengan efektivitas deltametrin yang lebih tinggi dibandingkan malation. Aktivitas larvisidal deltametrin dan malation menyebabkan perubahan morfologi dan histopatologi midgut larva melalui mekanisme yang berbeda. Sasaran kerja deltametrin dan malation untuk kerusakan morfologis meliputi kutikula, setae, segmen anal, saluran pencernaan dan pernapasan. Malation juga menyebabkan kerusakan di kepala larva. Sedangkan sasaran kerusakan histopatologisnya pada struktur midgut oleh deltametrin dan malation adalah lapisan epitel gastrointestinalnya, sel epitel, dan mikrovili.

 


Introduction: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-borne disease that is still a concern in Indonesia. Until now, vector control has become the main prevention effort because there is no dengue vaccine in Indonesia. However, there are no studies that discuss the insecticidal activity of deltamethrin and malathion on the morphology and histology of Ae.aegypti midgut. Objective: This study aims to determine the larvicidal activity of deltamethrin and malathion on the morphology and histopathology of midgut larvae of Ae.aegypti. Method: The design used in this study is experimental. The sample of this research is larvae instar III-IV Ae. aegypti. The larvicidal activity of deltamethrin and malathion was determined by the bioassay technique according to WHO protocol for 24 hours at five different concentrations of each insecticide and five replications. The dead larvae was observed under a dissecting microscope to find out their morphology. Also, the dead larvae was made into pieces of anatomical pathology with hematoxylin-eosin staining. The larval mortality data was processed with SPSS to analyze the correlation between concentration and larval mortality and to determine the lethal concentration of insecticides (LC50 and LC99). Results: None of the larvae in the control died and no morphological or histological changes were found. The mortality percentage of Ae.aegypti larvae after 24 hours of deltamethrin and malathion exposure was 15.2-100% and 4.8-100%. LC50 and LC99 deltamethrin and malathion for 24 hours, respectively 0.007 ppm (95% Cl = 0.006-0.009) and 0.312 ppm (95% Cl = 0.203-0.529); and 0.053 ppm (95% Cl = 0.045-0.062) and 0.915 ppm (95% Cl = 0.652-1.398). Deltamethrin causes damage to the thorax, abdomen, siphons, and anal gills, as well as detachment of setae, and thinning of the cuticles. Meanwhile, malathion causes damage to the head, thorax, abdomen, siphons, anal gills, and cuticles as well as detachment of the setae. Gastrointestinal epithelial cell necrosis is the main midgut histopathological change found in Ae.aegypti larvae either after exposure to deltamethrin or malathion. Conclusion: Deltamethrin and malathion were effective in killing Ae.aegypti larvae with higher effectiveness of deltamethrin than malathion. The larvicidal activities of deltamethrin and malathion cause morphological and histopathological effects in the midgut larvae through different mechanisms. The targets of action of deltamethrin and malathion for morphological damage include cuticles, setae, anal segment, gastrointestinal and respiratory tract. Malathion also causes damage to the head of the larva. Meanwhile, the targets of histopathological damage to the midgut structure by deltamethrin and malathion are the gastrointestinal epithelial layer, epithelial cells, and microvilli.

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Ulya
Abstrak :
DBD merupakan penyakit yang tergolong endemis di Indonesia. Salah satu metode untuk menurunkan tranmisi DBD adalah dengan cara pengendalian vektor. Ekstrak rimpang Zingiber purpureum Roxb dan nanokomposit Ag-TiO2 masing-masing memiliki efek larvasida terhadap larva Ae.aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas penggunaan ekstrak Zingiber purpureum Roxb yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 terhadap larva Aedes aegypti. Rancangan penelititan ini bersifat eksperimental dengan 3 kelompok perlakukan, yaitu kelompok Ekstrak Z. purpureum dengan nanokomposit Ag-TiO2, kelompok nanokomposit Ag-TiO2 dan kelompok kontrol, yaitu Ekstrak Z. purpureum. Konsentrasi Ekstrak Z. purpureum yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm, dan 400 ppm. Konsentrasi nanokomposit Ag-TiO2 yaitu 1 ppm ,2 ppm, dan 8 ppm. Sesuai dengan panduan WHO, setiap konsentrasi sediaan dilakukan 4 kali pengulangan. Korelasi signifikan antara konsentrasi dengan kematian larva Ae.aegypti terlihat pada ekstrak Z. Purpureum dan campuran ekstrak Z. purpureum dengan nanokomposit Ag-TiO2. ......DHF is an endemic disease in Indonesia. One method to reduce DBD transmission is by vector control. Zingiber purpureum Roxb rhizome extract and Ag TiO2 nanocomposite has a larvicidal effect agains Ae.aegypti larvae. This study is aim to evaluate the effectiveness of the use of Zingiber purpureum Roxb extract with Ag TiO2 nanocomposite against Aedes aegypti larvae. This study design was experimental design. There were 3 groups, first group is Z. purpureum extract group with Ag TiO2 nanocomposite, second is Ag TiO2 nanocomposite group and Z. purpureum extract as the control group. Concentration of Z. purpureum extract were 50 ppm, 100 ppm, and 400 ppm. Concentration of Ag TiO2 nanocomposite were 1 ppm, 2 ppm, and 8 ppm. Based on WHO guidelines, each concentration of preparation is performed in four replicated. A significant correlation between concentration and death of Ae.aegypti larvae was seen in the Zingiber purpureum Roxb rhizome extract and mixture of Z. purpureum extract with Ag TiO2 nanocomposite p.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Steffi Andyani
Abstrak :
ABSTRAK
Angka kejadian dan mortalitas DBD di Indonesia terus meningkat dan pengendalian vektor DBD, Aedes aegypti, dengan insektisida kimia menimbulkan resistensi. Alternatif, optimalisasi pengendalian vektor tersebut dengan fitokimia dari tanaman dan nanokomposit Ag-TiO2 . Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi pengaruh nanokomposit Ag-TiO2 dan ekstrak biji Carica papaya terhadap larva Ae. aegypti. Penelitian eksperimen ini terbagi menjadi kelompok kontrol dan 3 kelompok intervensi; 1 ekstrak biji pepaya dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, 2 Ag-TiO2 dengan konsentrasi 5,10,15, 20, dan 25 ppm, dan 3 campuran Ag-TiO2 dan ekstrak biji C. papaya . Setelah 24 jam didapatkan konsentrasi letal 50 LC50 dan 90 LC90 dari ekstrak biji C. papaya 25,98 ppm dan 44,30 ppm dan Ag-TiO2 5,19 ppm dan 10,87 ppm . Secara statistik ditemukan perbedaan bermakna pada kelompok Ag-TiO2 dan campuran p.
ABSTRACT
Incidence and mortality rate of dengue hemorrhagic fever case in Indonesia kept on increased and vector control of DHF, Aedes aegypti, using chemical insecticide have developed resistance. Alternatively, optimalization of vector control using phytochemical from plants and nanocomposite Ag TiO2 . The aim of this study is to evaluate effect of nanocomposite Ag TiO2 added to C. papaya seed extract on Ae. aegypti larvae. This experiment study divided into control and 3 intervention groups 1 papaya seed extract with concentration 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm, 2 Ag TiO2 with concentration 5,10,15, 20, dan 25 ppm, dan 3 mixed Ag TiO2 dan C. papaya seed extract . After 24 hours exposures, gotten lethal concentration 50 LC50 and 90 LC90 of C. papaya seed extract 25,98 ppm dan 44,30 ppm and Ag TiO2 5,19 ppm dan 10,87 ppm . Statistically, found significantly difference on Ag TiO2 and mixed groups p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsya Maryami N
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan di DKI Jakarta, salah satunya di kelurahan Paseban. Pemberantasan DBD hanya dapat dilakukan dengan memberantas vektornya. Oleh karena itu, untuk merencanakan pemberantasan vektor DBD, maka diadakan penyuluhan kepada masyarakat. Setelah diadakan penyuluhan, dilakukan lagi survei untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberadaan larva Aedes aegypti berdasarkan volume air container setelah penyuluhan demam berdarah dengue. Survei dilakukan pada tanggal 21 Juni 2009 di Paseban Barat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan single-larval method, yaitu mengambil satu larva di setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Container kemudian dikategorikan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok container dengan volume air < 1 liter dan container dengan volume air > 1 liter. Data container yang terkumpul dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan volume air container dengan keberadaan larva Aedes aegypti. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 11%, container index 4,3%, dan breteau index 14. Tingkat penyebaran DBD di Kelurahan Paseban termasuk tinggi, dilihat dari angka house index yang lebih tinggi dari 10%. Sebagian besar larva ditemukan pada container dengan volume air < 1 liter yaitu 9 container, sedangkan container dengan volume air > 1 liter 5 container. Dari uji chi-square, didapat nilai p sebesar 0,046, yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva dengan volume air container. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes aegypti berhubungan dengan volume air container. ......Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is considered as one of major public health problem in DKI Jakarta, including Paseban village. The control of dengue can only be done by eradicating the vector, Aedes aegypti. Therefore, to plan the eradication of dengue vector, the health education is required. After the health education, the survey should be conducted to determine the presence or larvae Aedes aegypti. The purpose of this study was to determine the presence of Aedes larvae aegypti according to the water volume of the container based on a survey conducted on 21 June 2009 in West Paseban which is one of the areas with high dengue cases in Central Jakarta. The data carried in 100 homes with a single-larval method, which took a larva in each container and then identified them using a microscope. Container then categorized into 2 groups, container with water volume ≤ 1 litre and container with water volume > 1 litre. Data were collected and analyzed using chi-square test to determine the association between the existence of Aedes aegypti larvae and the water volume of container. From the surveyed house, the house index was 11%, container index was 4,3%, and breateu index was 14. The DHF spread in Paseban village is considered high because the house index exceed 10%. Most of the larvaes were found in container with water volume < 1 litre 9 container, compared to container with water volume > 1 litre only 5 container. From the chi-square test analysis, we found that p count is 0,046, which means there is meaningful association. We conclude that there is association between the existence of Aedes aegypti larvae with the water volume of container.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinthya Yuanita
Abstrak :
Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Kelurahan Rawasari merupakan daerah yang termasuk ke dalam zona merah Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam rangka mengurangi angka kejadian DBD di kedua daerah, dilakukanlah penelitian pengendalian larva Ae. aegypti menggunakan agen biologis bernama Bacillus thuringensis israelensis (Bti). Penelitian berdesain kuasi eksperimental ini menggunakan Bti cair dengan konsentrasi 4 mL/m2. Penelitian dilakukan pada 120 rumah di masing-masing kelurahan, Kelurahan Cempaka Putih Barat sebagai daerah kontrol dan Kelurahan Rawasari sebagai daerah intervensi. Pengambilan data berlangsung sebanyak dua kali, yaitu pada 28 Maret dan 25 April 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah single larvae method. Melalui uji kemaknaan McNemar, tidak ditemukan adanya penurunan proporsi kepositifan larva yang bermakna antara kunjungan I dan II (p = 0,424). Dengan demikian, belum disimpulkan bahwa Bti efektif dalam mengendalikan larva Ae. aegypti di Kelurahan Rawasari, Jakarta Pusat. ...... West Cempaka Putih Subdistrict and Rawasari Subdistrict belong to the Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) red zone areas. In order to reduce the incidence of DHF in these two areas, a research to control Ae. aegypti larvae using a biological agent called Bacillus thuringensis israelensis (Bti) was undertaken. This quasiexperimental research used 4 mL/ m2 of liquid Bti. The study was conducted on 120 houses in each subdistrict, West Cempaka Putih as the control area and Rawasari as the intervention area. Data collection was perfomed twice, on March 28th and April 25th 2010. The sampling technique used was single larvae method. Through the McNemar significance test, there was no significant decrease of larvae?s positivity proportion between the first and the second visit (p = 0.424). Thus, it can?t be concluded yet that the Bti is effective in controlling Ae. aegypti larvae in Rawasari Subdistrict, Central Jakarta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>