Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningsih Djaali
"ABSTRAK
Latar belakang: Sebagian besar studi yang meneliti tentang kaki mengklasifikasikan lengkung kaki berdasarkan arcus longitudinal medialnya menjadi tiga tipe normal, datar dan tinggi . Struktur lengkung kaki yang bervariasi ini beberapa di antaranya menyebabkan bentuk alignment yang tidak normal, yang menyebabkan kaki membutuhkan usaha yang lebih besar dalam melakukan fungsinya. Penelitian ini bertujuan melihat perbedaan pemakaian energi selama berjalan pada ketiga tipe lengkung kaki, yang pemakaian energinya dihitung melalui pengukuran jumlah konsumsi oksigen dan nilai PCI.Metode: Subjek penelitian terdiri dari 24 orang, yang terbagi menjadi tiga kelompok lengkung kaki normal, rendah dan tinggi masing-masing 8 orang. Tipe lengkung kaki ditentukan berdasarkan nilai footprint angle dan footprint ratio index. Tiap subjek berjalan selama 6 menit di atas treadmill yang terhubung dengan alat FitmatePRO Cosmed , kemudian dihitung jumlah konsumsi oksigen dan nilai PCI-nya. Kecepatan berjalan yang digunakan adalah kecepatan berjalan yang paling nyaman yang dipilih sendiri oleh subjek. Hasil: Pada tipe lengkung kaki rendah mempunyai kecenderungan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh yang paling besar, dibandingkan dengan kedua tipe lengkung kaki lainnya. Analisis data jumlah konsumsi oksigen selama berjalan pada ketiga tipe lengkung kaki menunjukkan perbedaan yang bermakna p=0,000 . Jumlah konsumsi oksigen paling kecil adalah pada tipe lengkung kaki normal, kemudian lengkung kaki tinggi, dan yang paling besar adalah pada lengkung kaki rendah. Sedangkan pada analisis data nilai PCI selama berjalan pada ketiga tipe lengkung kaki, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna p=0,791 , dan juga tidak didapatkan hubungan antara jumlah konsumsi oksigen dengan nilai PCI. Nilai indeks lengkung kaki dengan pemakaian energi yang paling kecil adalah footprint angle pada sudut 39,5 dan 36 , dan footprint ratio index sebesar 0,54 dan 0,48.Kesimpulan: Tipe lengkung kaki berpengaruh pada pemakaian energi selama berjalan yang diukur melalui jumlah konsumsi oksigen. Pemakaian energi yang paling kecil adalah pada tipe lengkung kaki normal, dan pemakaian energi yang paling besar adalah pada tipe lengkung kaki rendah.Kata kunci: lengkung kaki, arcus longitudinal medial, energi, berjalan.

ABSTRACT
Background Most of the studies about foot, classified the foot arches based on the medial longitudinal arch into three types normal, low arched and high arched . This varied foot arch structure, which some of leads to an abnormal alignment, causes the foot requires greater energy in performing its function. This study aims to see the difference in energy cost during walking on the three types of foot arch, which energy cost is calculated by measuring the oxygen consumption and PCI value. Methods The subjects consisted of 24 people, divided into three groups of foot arch normal, low and high of 8 people each. The foot arch type is determined based on the lsquo footprint angle rsquo and the lsquo footprint ratio index rsquo. Each subject walks without footwear for 6 minutes on a treadmill connected to the FitmatePRO Cosmed device, then the oxygen consumption and PCI value were calculated. The walking speed used was the most comfortable speed chosen by the subject.Results In low arched foot group has the highest tendency of body weight, height and body mass index, compared with the two other groups. Analysis of the oxygen consumption during walking on the three types of foot arch shows a significant difference p 0.000 . The smallest oxygen consumption is the normal foot, then followed by the high arched foot, and the greatest is the low arched foot. While the analysis of PCI value during walking on the three type of foot arch showed no significant difference p 0,791 , and also did not get relation between amount of oxygen consumption and PCI value. The value of the foot arch index with the least energy cost is the footprint angle at 39.5 and 36 , and the footprint ratio index of 0.54 and 0.48.Conclusions The foot arch type affects the energy cost during walking which measured by oxygen consumption. The smallest energy cost is in the normal foot type, and the greatest energy cost is in the low arched foot type."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Aqila
"ABSTRAK
Sebagai sebuah alat elektronik, TV sudah merupakan hal yang wajb untuk dimiliki di tempat tinggal masyarakat Indonesia. Samsung yang sudah dikenal sebagai produsen barang elektronik yang inovatif dan berteknologi tinggi, juga bersaing di pasar televisi. Perkembangan teknologi yang pesat membuat Samsung harus selalu menciptakan teknologi yang baru dengan cepat dan televisi dengan teknologi paling tinggi sendiri sudah diproduksi oleh Samsung, yaitu TV dengan layar lengkung Samsung Curved TV. Perkembangan teknologi pada TV menciptakan pasar dengan persaingan yang sangat ketat, apalagi dengan harganya yang mahal. Samsung Curved TV juga sudah mengalami penurunan, karena trennya yang mulai pudar. Oleh karena itu, dengan menyasar khalayak sasaran baru dengan populasi terbanyak di dunia ini ndash; millennials, diharapkan dapat mengembalikan tren TV layar lengkung. Strategi program pemasaran Samsung Curved TV ini dibuat dalam rangka menciptakan khalayak sasaran baru dan mengembalikan tren TV layar lengkung. Total biaya dari program ini adalah sebesar Rp 1,798,927,750.

ABSTRACT
As an electronic product, for Indonesians, TV is now considered as a must have item in a house. Samsung has been known as a high technology and innovative brand that is also competing in television market. The fast development of technology has made Samsung inventing new technology within years and the newest TV technology that Samsung invented was the TV with curved panel, Samsung Curved TV. The fast development in TV technology has created a tight competition, moreover with the premium price, Samsung Curved TV has also encountered a decline, due to the faded trend of Curved TV. By then, targeting Samsung rsquo s potential market, which is millennials, is a way to bring back the trend of Curved TV. Marketing program strategy of Samsung Curved TV is made in order to create new target audience and to bring back the trend of TV with curved panel. The total budget of this program is Rp 1,798,927,750."
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Maharddhika
"Latar Belakang: Labioplasti dan palatoplasti merupakan tindakan definitif dalam tatalaksana celah bibir dan langit-langit. Pasca tindakan pembedahan, rata-rata ditemukan konstriksi lengkung gigi dalam arah antero-posterior dan lateral. Tujuan: Mengevaluasi dimensi lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti menggunakan model studi pada usia 5 tahun. Metode: Dilakukan pencetakan model studi rahang atas dan bawah pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti, kemudian dilakukan pengukuran lebar lengkung gigi anterior dan posterior serta panjang lengkung gigi rahang atas dan bawah. Hasil perbandingan antar kelompok dan dengan kelompok kontrol dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi rahang atas antara kelompok kontrol, UCLP dan BCLP. Kesimpulan: Gangguan tumbuh kembang lengkung gigi pada pasien UCLP dan BCLP pasca labioplasti dan palatoplasti tercermin pada model studi saat pasien berusia 5 tahun
......Background: Labioplasty and palatoplasty has been becoming the mainstay of treatment in cleft patients. Dental arch constriction in lateral and antero-posterior direction was among the most frequently encountered feature in the operated cases. Purpose: To evaluate the dental arch dimension of operated UCLP and BCLP cases by using dental cast at five years of age Method: dental arch dimensions were measured from the dental cast of the operated UCLP and BCLP cases. The results were compared between both group and a control group consisted of normal subjects. The statistical analysis was performed with Mann-Whitney and Kruskall-Wallis test. Results: There were statistically significant differences on the upper dental arch dimensions between those groups. The differences were also observed at the lower dental arch but not statistically significant. Conclusion: Dental arch constriction of the operated cases of UCLP and BCLP could be observed from the dental cast at five years of age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muslita Rizky Wahyuni
"Studi mengenai pengukuran dental cast telah beberapa kali dilakukan namun sedikit sekali yang terkait dengan Celah Bibir dan Langit-langit Bilateral karena jumlah kasus yang sangat jarang. Tujuan dari studi ini untuk mengevaluasi pertumbuhan maksila pasien Celah Bibir dan Langit-langit Bilateral menggunakan beberapa perlengkapan alat dan software menggunakan landmark yang sama dengan studi pengukuran lengkung maksila dan sudut palatal shelves. Penelitian Retrospektif ini diselenggarakan di RS Harapan Kita Cleft Center Jakarta, Indonesia. 35 dental cast sebelum labioplasti dan 35 dental cast setelah labioplasti dari pasienyang sama didigitisasi menggunakan scanner desktop 3D E4 dari 3shape. Lebar lengkung maksila dengan pengukuran linear dan palatal shelve dilakukan pada penelitian ini. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali oleh orang yang sama (intra observer) dan measurement error dihitung menggunakan dahlberg test. Laju pertumbuhan linear pada pasien ini baik, 45,1% pasien mengalami laju pertumbuhan positif setelah pembedahan, 34,3% laju pertumbuhan positif antar kaninus, dan 14,3% pasien mengalami laju pertumbuhan negatif pada interkaninus maksila dan intertuberositas. Laju pertumbuhan angular 22,9% mengalami hasil negatif dan 5,7% mengalami laju pertumbuhan positif. Laju pertumbuhan relatif normal pada penelitian ini. Palatal shelve mengalami pendangkalan pada penelitian ini namun pada tuber maksila kiri ada peninggian.
......There were several studies regarding to measure the growth from dental cast, but it is severely limited study which is related to Bilateral Cleft Lip and Palate (BCLP) since the case is quite rare. The aim of this study is to evaluate the maxillary growth of BCLP patients using different tools and software with the same landmark to the previous methods for dental arch width and palatal shelves angle. This retrospective study was held in Children and Maternal Cleft Center Harapan Kita Hospital, Jakarta, Indonesia. 35 dental casts before labioplasty and 35 dental casts before palatoplasty from the same patients were digitized using 3D desktop scanner E4 from 3shape. Dental arch width of BCLP maxillary growth rate with linear measurement and palatal shelf angle were conducted in this study. The measurements were performing twice by same person (intra observer) and the measurement error was calculated by Dahlberg test. The growth rate linear in this patients results are good, 45.1% of patients experiencing positive growth rate post surgery, 34.3% positive growth surgery intercanine, but negative growth rate on intertuberosity, 14.3% patients have negative maxillary intercanine results and positive intertuberosity growth rate, and finally 14,3% patients experiencing negative growth rate in both maxillary intercanine and intertuberosity . Angular growth rate 22.9% have negative results and 5.7% have positive growth rate results. The dental arch linear growth rate relatively normal in this research. The palatal shelves were elevated in this research but in left tuber maxillary the degree is increasing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angelitha Shavira
"Latar Belakang: Gigi berjejal seperti yang dijelaskan oleh Nance, adalah perbedaan antara ruang yang diperlukan di dalam lengkung gigi dengan ruang yang ada di dalam lengkung gigi. Banyak faktor telah dievaluasi dan ditemukan terkait dengan gigi berjejal, termasuk perbedaan antara ukuran gigi, lebar lengkung dan panjang lengkung gigi. Penelitian ini dilakukan pada usia remaja karena sebagian besar anak usia pertumbuhan khususnya remaja di Indonesia mengalami gigi berjejal. Tujuan: Mengetahui korelasi antara Lebar Lengkung gigi dengan Panjang Lengkung gigi permanen rahang atas pada remaja dengan gigi berjejal. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan desain potong lintang. Dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah pada 52 subjek penelitian sesuai kriteria inklusi untuk menghitung Lebar Lengkung yaitu Lebar Interkaninus dan Lebar Intermolar dan Panjang Lengkung yaitu Panjang Lengkung Gigi Anterior dan Panjang Lengkung Gigi Total rahang atas. Digunakan uji
korelasi Pearson untuk analisis korelasi antara Lebar Lengkung dan Panjang Lengkung gigi. Hasil: Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat korelasi linier positif lemah yang bermakna secara statistik antara Lebar Interkaninus dengan Panjang Lengkung Gigi Anterior (r = 0,28, p=0,04). Sedangkan pada hasil uji korelasi Lebar Intermolar dan
Panjang Lengkung Gigi Total, tidak terdapat korelasi linier yang bermakna secara statistik (r=0,13, p=0,36). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara Lebar Interkaninus dan Panjang Lengkung Gigi Anterior, namun tidak terdapat hubungan antara Lebar Intermolar dan Panjang Lengkung Gigi Total.
Background: Dental crowding as described by Nance is the difference between the space needed in the arch and the space available in that arch that is the space discrepancy. Many factors have been evaluated and found to be related to dental crowding, including discrepancy between tooth size, arch width, and arch length. This research was conducted in adolescence because most growing age in Indonesia,
especially adolescents have dental crowding. Objective: To determine the correlation between maxillary arch width and length of crowded permanent dentition in the adolescent. Methods: This research was an analytic correlation study with crosssectional design. Study model of 52 selected sample based on inclusion criteria were used to measure the arch widths are calculated by measuring Intercanine Width and Intermolar Width and arch lengths are calculated by measuring Anterior and Total Arch Length. The Pearson correlation was used to analyse the correlation between the arch widths and arch lengths. Result: Pearson correlation test showed that there was statistically significant with weak positive liniear correlation (r=0,28, p=0,04) between the Intercanine Width and the Anterior Arch Length. Whereas there was no statistically
significant (r=0,13, p=0,36) between the Intermolar Width and Total Arch Length. Conclusion: There was correlation between Intercanine Width and Anterior Arch Length, but there was no correlation between Intermolar Width and Total Arch Length."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Chotimah
"ABSTRACT
Salah satu kriteria penilaian terhadap hasil perawatan ortodontik adalah estetika senyum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi estetika terhadap lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor antara remaja pria dan wanita di SMAN 4 Bekasi. Gambar ketiga variabel tersebut dimodifikasi secara digital menjadi masing - masing tiga gambar yang berbeda. Penelitian ini diujikan kepada 35 orang remaja pria dan 35 orang remaja wanita dengan menggunakan Skala Likert pada gambaran sirkumoral. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada persepsi estetika antara remaja pria dan wanita di SMAN 4 Bekasi terhadap lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor. Lengkung senyum, gingival display, dan buccal corridor yang paling estetik menurut kedua kelompok subjek adalah lengkung senyum konsonan, gingival display rendah, dan buccal corridor sedang.

ABSTRACT
One of criteria to evaluate the orthodontic treatment is smile esthetics. The purpose of this study was to assess the difference of smile esthetics perception on smile arch, gingival display, and buccal corridor between male and female adolescence at a high school. Photograph of selected object was modified digitally into three different picture for each variables. Smile esthetic perception were assessed by 35 male adolescence and 35 female adolescence by means of Likert Scale on circumoral view. There were no significant differences between male and female adolescence at SMAN 4 Bekasi on smile arch, gingival display, and buccal corridor esthetics perception. Smile arch, gingival display, and buccal corridor that considered as the most esthetic smile are consonant smile arch, low gingival display, and medium buccal corridor. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaiby
"Nanokomposit polipropilena PP /clay biasanya diproses dengan melt mixing. Melalui metode ini, kondisi pencampuran merupakan variabel penting untuk memperbaiki sifat nanokomposit. Beberapa penelitian melaporkan dampak proses pencampuran pada sifat mekanik PP/clay, namun demikian belum ada penjelasan tuntas mengenai kondisi optimum. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal nanokomposit PP/clay yang diproses dengan teknik internal mixer dengan bantuan menggunakan metodologi Design of Experiments DoE response surface. Pengaruh variasi kecepatan putar, waktu pencampuran dan suhu terhadap modulus lengkung dianalisis, didukung dengan hasil X-ray Diffraction XRD dan uji flammability. Untuk meningkatkan ikatan antar muka, PP grafted maleic anhydride PP-g-MA ditambahkan sebagai compatibilizer. Komposisi komposit ditetapkan sebesar 88 wt PP, 9 wt PP-g-MA, dan 3 wt clay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modulus optimum dipenuhi pada 222 C, 83 rpm dan 5 menit, memberikan nilai 2085 MPa atau 18 lebih tinggi dibandingkan sampel kontrol. Difraktogram menunjukkan bahwa puncak [001] clay bergeser ke sudut yang lebih rendah, menunjukkan adanya struktur interkalasi yang didukung oleh hasil modulus. Hasil uji flammability menunjukkan komposit hasil optimasi memiliki nilai cepat rambat 0.0944 s/mm3.
......Polypropylene PP clay nanocomposites are usually processed by melt mixing. In this method, mixing conditions are important variables to improve nanocomposite properties. Some studies reported the effects of processing on mechanical properties of PP clay, but there is unclear explanation on optimum conditions. This study aims to predict the optimum conditions of PP clay nanocomposite prepared by an internal mixer using Design of Experiments DoE response surface methodology. The effect of rotation speed, mixing time and temperature variation toward flexural modulus were analyzed, supported by X ray Diffraction XRD and flammability test results. To improve interfacial bonding, PP grafting maleic anhydride PP g MA was added as a compatibilizer. Composites formulation was fixed at 88wt of PP, 9 wt of PP g MA, and 3 wt of clay. The results show that the optimum modulus was fulfilled at 222 C, 83 rpm and 5 minutes, giving 2085 MPa or 18 improvement compared to control sample. XRD diffractograms showed that 001 clay peaks shifted to lower angle suggested some intercalated structures that supported to modulus results. The flammability test result show that optimized composite has the highest burn rate 0.0944 s mm3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adika Resmana
"Komposit dengan penguat serat alam sedang popular saat ini sebagai pengganti serat sintesis. Serat alam memiliki keunggalan harga yang relatif murah, jumlah yang banyak dan ramah lingkungan, salah satunya adalah serat bambu. Pada penelitian ini komposit tersusun dari epoksi sebagai matriks dan serat Bambu Tali sebagai penguat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan sifat mekanik dari komposit yang memenuhi standar SNI 01-4449-2006. Bambu Tali diberi perlakuan alkali menggunakan larutan NaOH dengan menggunakan autoclave. Komposit difrabrikasi dengan memvariasikan fraksi berat serat. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini uji tarik, uji lengkung dan pengamatan permukaan pada komposit setelah pengujian mekanik. Komposit epoksi/serat Bambu tali yang dihasilkan tergolong papan serat kerapatan tinggi (PSKT). Komposit dengan fraksi berat serat 10% memiliki kuat tarik, modulus tarik, kuat lengung dan modulus lengkung tertinggi, dengan nilai masing-masing (25,8 ± 1,8) MPa, (303 ± 23,5) MPa, (48 ± 3) MPa dan (2862,33 ± 94,23) MPa. Dari hasil pengamatan permukaan komposit didapat adanya void yang menyebabkan penurunan kuat tarik dan lengkung komposit epoksi/serat Bambu tali dengan fraksi berat serat besar dari 10%.

Composites with natural fiber reinforcement are popular nowadays instead of synthetic fibers. Natural fiber has a relatively cheap price, a large amount and is environmentally friendly, one of which is bamboo fiber. In this study composites are composed of epoxy as a matrix and Tali Bamboo fiber as a reinforcement. The purpose of this study is to determine the mechanical properties of composites that meet SNI 01-4449-2006 standards. Tali Tali was treated alkaline using a NaOH solution using an autoclave. Composites are fabricated by varying the fiber weight fraction. Tests carried out in this study were tensile tests, curvature tests and surface observations on composites after mechanical testing. The composite epoxy / bamboo fiber rope produced is classified as a high density fiber board (PSKT). Composites with 10% fiber weight fraction have the highest tensile strength, tensile modulus, flexural strength and modulus, with values ​​of each (25.8 ± 1.8) MPa, (303 ± 23.5) MPa, (48 ± 3 ) MPa and (2862.33 ± 94.23) MPa. From the results of observations of the composite surface obtained the presence of voids which causes a decrease in tensile strength and curvature of epoxy / bamboo fiber composite ropes with a large fiber weight fraction of 10%."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hindun Saadah
"ABSTRAK
Latar belakang : Aktifitas dengan posisi berdiri lama merupakan salah satu penyebab terjadinya kelainan pada tungkai bawah dan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penyangga lengkung longitudinal medial terhadap distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan, kekuatan otot triceps surae dan tinggi lengkung longitudinal medial setelah berdiri lama.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan desain penelitian sebelum dan setelah dalam satu kelompok, yang masing-masing unit eksperimennya berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri . Subjek penelitian sebanyak 16 orang satuan pengaman yang sebelumnya diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi . Pada penelitian ini dilakukan pengukuran tekanan plantar dengan variabel yang diukur adalah kontak area dan puncak tekanan dengan menggunakan alat Mat-scan, pengukuran dilakukan pada saat berdiri dan berjalan. Kedua dilakukan pengukuran kekuatan otot triceps surae dengan menggunakan hand held dynamometer, sebelum dan setelah menggunakan penyangga lengkung longitudinal medial, serta pengukuran tinggi lengkung longitudinal medial dengan menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah bekerja dengan posisi berdiri lama dengan waktu berdiri sekitar 7 jam menggunakan penyangga lengkung longitudinal medial yang disisipkan pada sepatu.
Hasil :Hasil penelitian pada puncak tekanan saat berdiri dan berjalan menunjukan adanya perbedaan bermakna dengan p value <0.05 yang ditunjukan dengan penurunan nilai puncak tekanan. Sementara pada kontak area menunjukan adanya perbedaan bermakna saat berdiri dengan p value < 0.05 yang ditunjukan dengan penurunan luas kontak area. Pada tinggi lengkung longitudinal medial menunjukan perbedaan bermakna dengan p value <0.05 ditunjukan dengan peningkatan tinggi lengkung longitudinal medial. Sementara pada kekuatan otot triceps surae tidak didapatkan perbedaan bermakna.
Kesimpulan :Terdapat pengaruh penyangga lengkung longitudinal medial terhadap distribusi tekanan plantar dengan adanya penurunan puncak tekanan saat berdiri dan berjalan dan penurunan luas kontak area pada saat berdiri serta meningkatkan tinggi lengkung longitudinal medial setelah berdiri lama.

ABSTRACT
Background :Activity of prolonged standing position is one of the cause abnormalities in the lower leg and foot. This study to indicate the influence of the medial longitudinal arch support to the plantar pressure distribution, triceps surae muscle strenght, and height arch when standing and walking activity after prolonged standing.
Methode :The research methode use was a quasi experimental with research design pre and post in one group, participant as many as 16 poeple were selected in inclusion criteria. The first step is to measure plantar pressure distribution in peak pressure and contact area . Measurement were taken while standing and walking. The second step is to measure the strenght of triceps surae muscle using hand held dynamometer before and after using arch support, and the last measure height of medial longitudinal arch. Measurement techniques performed when the participant going to work with prolonged standing and after work as well as using the medial longitudinal arch support in their shoes.
Result :The result of the research showed that can decrease of peak pressure when standing and walking with statistically significant difference with p value<0.05, and decrease of area contact o when s with p value <0.05. Meanwhile height of medial longitudinal medial showed increase and statistically significant difference with p value <0.05. Meanwhile on triceps surae muscle strenght no statistically difference.
Conclusion :Influence of the medial longitudinal arch support to decrease the peak pressure during standing and walking and decrease contact area when standing in distribution of plantar pressure and significant in increase the height medial longitudinal arch."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hafidz Hidayat
"Di daerah perkotaan, peran modern jembatan adalah untuk menghubungkan dua lokasi atau lebih. Di daerah persimpangan sering dibangun jembatan gelagar melengkung melintasi jalan dan jembatan eksisting dibawahnya yang terdiri dari beberapa bentang. Pada penelitian ini, jenis jembatan yang sama yang terletak di persimpangan jalan eksisting dan jalan tol layang di Jakarta menunjukkan adanya retakan pada salah satu pilar selama konstruksi ruas jembatan. Waktu pengerjaan dimulai dari awal tahun 2016 hingga akhir tahun 2018. Pengamatan dilakukan setelah terjadinya retakan dengan memasang strain gauge pada bagian bawah kolom. Regangan dari strain gauge tidak hanya dipengaruhi oleh kegiatan konstruksi tetapi juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar. Analisis tahapan konstruksi menggunakan perangkat lunak MIDAS Civil dilakukan untuk mengevaluasi efek kelengkungan terhadap respon struktur jembatan. Evaluasi regangan numerik dilakukan dengan memodelkan elemen kolom jembatan dengan model solid elemen. Kedua tegangan yang dihitung dari regangan yang diperoleh dari pengukuran dan analisis tahapan konstruksi berada dalam kesesuaian yang baik. Dengan menggunakan batas tegangan yang diijinkan untuk kedua tegangan yang diperoleh, kondisi sebenarnya di kolom diverifikasi.
......In urban area, modern role of bridges is to connect two or more locations. In that area, it is often to construct long span road crossing curved integral bridges consisting of several spans. In this study, the same type of bridge which is located at the intersection of an existing road and an elevated toll road in Jakarta showed cracks at one of the piers during construction of bridge segments. Construction time started from the beginning of 2016 until the end of  2018. Observations were done after the occurrence of cracks by installing strain gauge sensor at the lower part of the pier. Strain from the strain gauge is not only influenced by the construction activities but it is also influenced by the temperature of the surrounding environment. Construction staging analysis using MIDAS Civil software was conducted to evaluate respon structure of bridge. Numerical strain evaluation was done by considering the temperature effect taken from the measurement. Both stress which is calculated from the strain obtained by the measurement and construction staging analysis are in good concordance. Using the allowable stress limit for both obtained stress, the actual condition at the pier were verified."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>