Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raiford, Morgan B.
Boston: Litle Brown, 1962
617.7523 RAI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Welman
Abstrak :
Bermacam-macam jenis instrumen optik telah banyak diciptakan untuk membantu aktifitas manusia. Teleskop sebagai salah satu instrumen optik berfungsi untuk membantu manusia dalam melihat objek yang berjarak jauh, sedangkan mikroskop berfungsi untuk melihat objek yang berukuran kecil. Ditinjau dari faktor harga, harga teleskop cenderung lebih tinggi dibanding mikroskop, walaupun hal tersebut tergantung pada kemampuan, kualitas, dan faktor lainnya. Perbedaan harga dari kedua instrumen menjadi latar belakang penelitian ini. Melalui penelitian ini akan dibahas mengenai penggunaan instrumen yang lebih murah (mikroskop) agar dapat berfungsi seperti teleskop dengan tujuan efisiensi biaya. Metode yang dilakukan yaitu dengan penambahan lensa tambahan pada mikroskop, dan selanjutnya gambar yang dihasilkan dianalisa dan diperbaiki kualitasnya dengan software Matlab. Dari hasil uji coba diperoleh persentase error rata-rata sebesar 31,21% dengan variasi jarak benda antara 2,10 m hingga 9,70 m. ......The various types of optical instruments have been created to assist human activities. Telescope as one of the optical instruments used to assist people in seeing distant objects, while the microscope used to see small objects. Judging from the price factor, telescope prices tend to be higher than the microscope, although it depends on the ability, quality, and other factors. The difference in price of both instruments becomes the background of this research. Through this research will be discussed regarding the use of cheaper instruments (microscope) in order to function like a telescope with the goal of cost efficiency. The method performed by adding an additional lens in the microscope, and then the resulting image will be analyzed and its quality repaired by Matlab software. From the result of research, average error percentage gained is 31,21% with variety of object distance between 2,10 m until 9,70 m.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S942
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Semayang Muda
Abstrak :
Kopling antara amplifier permukaan miring dan fiber taper lens-ended diselidiki secara teori. Penelitian teori didasarkan pada model gelombang bidang tiga dimensi yang dihitung melalui pergeseran fasa akibat permukaan iring. Kopling diselidiki berkenaan dengan parameter-parameter berkas dari pandu gelombang amplifier lens-ended, dan juga berkenaan dengan posisi fiber. Terjadinya rugi-rugi kopling karena permukaan miring dan karena variasi dari uji lens yang terbaik, rugi untuk permukaan miring 10° ditemukan lebih kecil dari 0.5 dB dibandingkan amplifier permukaan normal.
The coupling between angled-facet amplifiers and tapered lens-ended fibers is investigated theoretically. The theoretical investigation is based on a three-dimensional plane wave model which accounts for the phase differences introduced by the angled facets. The coupling is investigated with respect to the beam parameters of the amplifier wave guids and the tapered lens-ended fiber, and also with respect to the fiber position. For optimized lens radii the excess loss for 0l0° facet angle is found to be less than 0.5 dB compared to a normal facet amplifier.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Vuko Arief Tua
Abstrak :
DPF filter was used at muffler of diesel forklift for filter gas throw away so that make clean emision. After duration 1000 hours usage DPF filter will be dirty and stuff up, and need to be cleaned To make it clean in fact only needed two steps, filter burned at temperature 300 - 600 ?C for I5 minutes and then blown with high pressured air. The problem is the existing process have quite a lot of weakness even there is no standard hence the process become take a time, difficult in handling; and less peaceful to operator and can destroy itself Due to the above condition hence searched the way to improve that process, that is by making appliance sun 's energy used Fresnel lens that the energy more focus, friendlier environment and also operating expenses which is cheap relative. This research conducted in PT TMMlN Karawang Plant.
2008
JUTE-22-3-Sep2008-187
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syska Widyawati
Abstrak :
Tujuan: Membandingkan kualitas fungsi penglihatan berupa tajam penglihatan, sensitivitas kontras dengan dan tanpa adanya glare pada pemakaian lensa intraokular (LIO) jenis rigid PM1i/LI dengan jenis lensa lipat (LLIO) dari bahan acrylic hyrophilic. Tempat: Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Metoda: Prospektif, randomisasi pada 40 mata katarak senilis imatur derajat 1-3. Dua puluh pasien menggunakan LIO PMMA dan 20 lainnya menggunakan LLIO acrylic hydrophilic. Pengukuran kualitas fungsi penglihatan ditakukan pada hari ke-28, parameter yang diukur adalah tajam penglihatan dengan koreksi terbaik, sensitivitas kontras dengan dan tanpa adanya glare menggunakan alat Takagi contrast glare tester. Hasil: Karakteristik pasien pra operasi antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna, kecuali pada nilai astigmatisme kornea (p 0,023) namun seluruh nilai astigmatisme kornea kurang dan 3 dioptri sesuai kriteria inklusi. Seluruh pasien mencapai tajam penglihatan maksimal dengan koreksi pada hari ke-28 (rerata - 0.075±0.044) dengan koreksi yang diberikan pada kedua kelompok tidak berbeda bermakna, demikian pula dengan nilai astigmatisme kornea pasca operasi. Pengukuran sensitivitas kontras dengan dan tanpa glare kelompok acrylic lebih rendah daripada kelompok PMMA, namun pada uji statistik tidak didapat perbedaan bermakana (p0,05). Simpulan: Tajam penglihatan dengan koreksi, sensitivitas kontras dengan tanpa adanya glare pada pemakaian LIO jenis PMMA dan LLIO jenis acrylic sama baik. ......Purpose: To compare the quality of visual function by means of best corrected visual acuity, and contrast sensitivity with and without glare in pseudophakic patients using PMMA rigid intraocular lens and foldable acrylic hydrophilic. Place: Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Method: A prospective, randomized study was performed on 40 patients with immature senile cataract grade 1-3. All the patients underwent phacoemulsification, with 20 patients receiving rigid PMMA and the other 20 foldable hydrophilic acrylic. The quality of visual function was measured as best corrected visual acuity and contrast sensitivity with and without glare using the Takagi contrast glare tester 28 days after surgery. Result: Patient characteristics before surgery in both group showed no significant difference, except for corneal astigmatism (p=0.023), however the amount of astigmatism in all patients were not more than 3 diopter, meeting the inclusion criteria. All patients achieved maximal visual acuity in day-28 after surgery (mean - 0.075+ 0.044) with best spectacle correction. The mean of correction given and the corneal astigmatism after surgery in both groups were not significantly different. The measurement of contrast sensitivity with and without glare condition were lower in acrylic group but showed no statistically significant difference (p>0.05) compared to the PMMA group. Conclusion: Best corrected visual acuity and contrast sensitivity with and without glare in pseudophakics using rigid PMMA intraocular lenses were comparable to hydrophilic acrylic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Juliati Adji
Abstrak :
ABSTRAK Masalah kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatikan penanggulangannya, oleh karena dapat merupakan serta merupakan beban bagi penderita dan keluarganya, apalagi bila penderita adalah pencari nafkah. Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 %. Penyebab kebutaan menurut survei morbiditas DepKes 1982, 0,76 % disebabkan oleh katarak. Jumlah penderita katarak di Poliklinik Mata R.S.C.M. yang dikumpulkan penulis dari tahun 1987-1988, ada 670 penderita 8,9% dari seluruh penderita penyakit mata baru 60,7 % penderita adalah wanita. Jumlah penderita katarak pada usia angkatan kerja /produktif (20 - 60 tahun) laki-laki dan perempuan ada 41 % .Data ini diambil penulis dari data komputer Poliklinik Mata RSCM . Melihat data di atas, kiranya kita perlu memberikan perhatian terhadap penderita katarak, terlebih bila sipenderita adalah pencari nafkah dan termasuk golongan produktif. Katarak ialah kelainan patologik pada lensa berupa kekeruhan lensa, yang dapat digolongkan ke dalam : katarak clever lopmental misalnya, katarak kongenital atau juvenil; katarak degeneratif misalnya katarak senil; katarak komplikata dan traumatika. Yang sering kita jumpai dalam praktek sehari-hari adalah katarak senil. Menurut penelitian data. Framingham, 87,2 % kekeruhan lensa disebabkan oleh katarak senil. Katarak tersebut berhubungan dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi di dalam lensa. Secara klinis proses penuaan lensa sudah tampak pada dekade 4 yang dimanifestasikan dalam bentuk pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerose lensa yang disebut sebagai presbiopia. Pada umumnya katarak senil dapat digolongkan menurut lokasi kekeruhan di dalam lensa dan stadium perkembangannya. Klasifikasi menurut lokasi kekeruhan lensa : nuklear, kortikal dan subkapsular. Pada stadium yang dini bentuk bentuk tersebut dapat terlihat jelas, pada stadium lanjut terdapat campuran dari bentuk bentuk tersebut. Katarak nuklear dibagi menurut stadium dini dan lanjut. Stadium katarak subkapsular: dini, moderat dan lanjut. Stadium katarak kortikal : insipien ,imatur / intumesen, matur dan hipermatur. Gejala dini pada katarak senil ialah penurunan tajam penglihatan, lentikular miopia, diplopia monokular dan adanya kesilauan (glare). Kesilauan ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya, serta dirasakan sebagai penurunan tajam penglihatan yang menyolok, misalnya : bila penderita sedang mengendarai mobil, bekerja di lapangan pada waktu siang hari, melihat sinar lampu mobil dari arah berlawanan di malam hari. Keluhan ini sangat menonjol pada penderita katarak subkapsular posterior. Bila dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan penderita ini di kamar periksa umumnya baik misalnya 6/10, jadi tajam penglihatan yang dilakukan di kamar periksa tidak cukup menggambarkan tajam pengelihatan yang sesungguhnya.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inneke Kusumawati Susanto
Abstrak :
ABSTRAK
Acanthamoeba keratitis (AK) merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan infeksi kornea dikarenakan terkontaminasinya lensa kontak dan air oleh organisme yang disebut Acanthamoeba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi transmisi Acanthamoeba sp dari larutan perawatan lensa kontak dan sumber air rumah tangga pengguna lensa kontak. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2019. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan terhadap 53 mahasiswa kedokteran di salah satu FK di Jakarta yang menggunakan lensa kontak dan air bekas rendamannya serta air yang digunakan di rumah. Pemeriksaan Acanthamoeba dilakukan di Laboratorium Parasitologi FK Universitas Indonesia menggunakan media kultur page-salt agar. Dari 53 sampel lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak didapatkan dua sampel kultur positif Acanthamoeba sp dan tiga sampel, positif free living amoeba (5.6%). Dari hasil kultur 53 sampel air kran rumah tangga didapatkan hasil 5 kultur positif Acanthamoeba sp (9.4%) dan 34 kultur positif free living amoeba (64.1%). Hanya satu sampel yang menunjukkan hasil positif dari lensa kontak dan larutan perawatan lensa kontak dan air kran rumah tangga dengan hasil subtipe yang sama yaitu T4. Adanya potensi transmisi Acanthamoeba sp yang diisolasi dari sumber air kran pengguna lensa kontak ke lensa kontak yang digunakan.
ABSTRACT
Acanthamoeba keratitis (AK) is one of the diseases that cause corneal infections due to contamination of contact lenses and water by an organism called Acanthamoeba. This study aims to determine the transmission potential of Acanthamoeba sp from contact lens treatment solutions and household water sources of contact lens users. The study was conducted in January-May 2019. An examination of Acanthamoeba was carried out on 53 medical students in one of the FK in Jakarta who used contact lenses and their used water and water used at home. Acanthamoeba examination was carried out in the Parasitology Laboratory of the University of Indonesia FK using page-salt agar culture media. From 53 contact lens samples and treatment solution of contact lens samples, there were two positive samples of Acanthamoeba sp and three samples positive free living ameba (5.6%). From the culture results of 53 household tap water samples, 5 positive cultures of Acanthamoeba sp (9.4%) and 34 positive cultures free living ameba (64.1%) were obtained. There is only one sample showed positif of from contact lenses and household tap water with the same subtype result T4. The presence of potential transmission of Acanthamoeba isolated from household tap water users to contact lens that has been use.
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar Arif Wicaksono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara SDE dengan analisis ImageJ dalam menilai hiperemia konjungtiva pada pemakaian LKL dalam 2 minggu. Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif berpasangan dengan 100 subjek mata dari 50 orang dengan miopia yang belum pernah menggunakan LKL sebelumnya. Penilaian hiperemia konjungtiva dengan SDE dan imageJ dengan mengevaluasi foto konjungtiva yang diambil pada sebelum, hari ketujuh, dan keempat belas penggunaan LKL. Subjek terdiri dari 80,8% (n=42) perempuan dengan rerata usia 22,12±1,79 tahun. Awal evaluasi didapatkan terbanyak hiperemia trace (49%) dan ringan (51%) pada konjungtiva bulbar dan hiperemia trace (92%) pada limbus. Evaluasi imageJ didapatkan median densitas vaskular 11,80 (4,56-17,61) %area dan rerata diameter vaskular 85,81±4,07 μm. Terdapat peningkatan hiperemia konjungtiva tingkat ringan sebesar 19% dan sedang 6% antara setelah 2 minggu penggunaan LKL. Terdapat perbedaan diameter (p<0,05) dan densitas vaskular (p=0,000) yang bermakna secara statistik setelah pemakaian LKL selama 2 minggu. Pada hari keempatbelas, persentase terbanyak yaitu hiperemia menetap (59%) dan meningkat sebesar 35% pada konjungtiva bulbar keseluruhan. Didapatkan peningkatan 1 tingkat SDE sebesar 33% dan peningkatan 2 tingkat SDE sebesar 2% setelah pemakaian LKL 2 minggu. Terdapat kesesuaian pada penilaian hiperemia konjungtiva bulbar dan limbus antara SDE dengan densitas dan diameter vaskular dengan perbedaan antar masing-masing kelompok SDE yang bermakna (p<0,05).
This study aimed to evaluate the conformity of EGS with ImageJ analysis in assessing conjunctival hyperemia in SCL use within 2 weeks. This is a paired prospective analytic study which included 100 eyes from 50 subjects with myopia who have not used SCL routinely before. Conjunctival hyperemia assessments were done with EGS and ImageJ with evaluating conjunctival images taken at before, day 7, and day 14 of using SCL. Subjects were 80,8% (n=42) female with mean age of 22,12±1,79 years old. At initial evaluation, there were trace (49%) and mild (51%) grade hyperemia in bulbar conjunctiva and trace hyperemia (92%) in limbus. ImageJ evaluation found medial vascular density of 11.80 (4.56-17.61)% area and mean vascular diameter of 85,81±4,07 μm. There was an increase of mild grade conjunctiva hyperemia of 19% and moderate grade of 6% between before and after 2 weeks of using SCL. There was a significant difference of vascular diameter (p<0.05) and density (p=0.000) after using SCL for 2 weeks. At day 14 evaluation, most percentage was found persistent grade (59%) and increasing grade (35%) in overall bulbar conjunctiva. There were 1 EGS grade increase of 33% and 2 grades increase of 2% after using SCL for 2 weeks. Good conformity was found in bulbar conjunctiva and limbal hyperemia evaluation between EGS and vascular density and diameter with significant difference between each EGS group (p<0.05)
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59130
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Hidayat Prasetyo
Abstrak :
Antena dengan banyak berkas pancar (multibeam) banyak dibutuhkan untuk berbagai keperluan seperti radar, pencitraan, sensor, komunikasi satelit, dan komunikasi 5G. Dalam rangka mewujudkan multibeam diperlukanlah jaringan pembentuk beam (beamforming network/ BFN). Salah satu BFN yang mempunyai banyak keunggulan adalah Rotman lens. Namun Rotman lens konvensional pada umumnya beukuran agak besar, salah satunya akibat ukuran kaki-kaki transisi antara cavity dan port transmission line yang cukup panjang. Pada penelitian ini dilakukan riset untuk mereduksi ukuran Rotman Lens pada frekuensi 2,4 GHz ISM Band dengan jumlah kaki beam port sebanyak 5 dan kaki array sebanyak 6. Ada dua metode yang diusulkan dalam penelitian ini. Metode tersebut adalah dengan menggunakan teknik Defected ground structure (DGS) dan slot dengan struktur yang sederhana dan ukuran yang sama/ seragam untuk semua port guna memangkas panjang kaki transisi Rotman lens dan meminimalkan jumlah iterasi. Hasil simulasi menunjukkan bahwa baik teknik DGS rectangular ganda maupun slot rectangular ganda berukuran sama di semua port mampu mereduksi ukuran Rotman lens. Ukuran Rotman lens dapat tereduksi menjadi 15.78 persen dibanding yang dibuat dengan metode konvensional tanpa penurunan kinerja yang berarti. Validasi dilakukan dengan memfabrikasi Rotman lens yang direduksi dengan teknik slot rectangular ganda yang terintegrasi dengan antenna array dengan elemen mikrostrip rectangular. Hasil pengukuran menunjukkan hasil yang cukup mirip dengan simulasi. Struktur yang dibuat mampu membentuk lima arah beam, yaitu main beam berada di arah ±33, ±18, dan 0 derajat dengan beda maksimal 3 derajat jika dibandingkan hasil simulasi dan maksimal 6 derajat jika dibandingkan perancangan. Bandwidth bisa mencapai lebih dari 800 MHz untuk sebagian besar port kecuali port yang paling tengah. ......Antennas with multibeam capability are needed for various purposes such as radar, imaging, sensors, satellite communications, and 5G communications. In order to realize multibeam, a beamforming network (BFN) is needed. One of the BFN that has many advantages is the Rotman lens. However, conventional Rotman lenses are generally rather large in size, one of which is due to the length of the transition legs between the cavity and the transmission line port. In this study, research was conducted to reduce the size of the Rotman Lens at the 2,4 GHz ISM Band with 5 beam ports and 6 array ports. There are two methods proposed in this research. They are to use the Defected ground structure (DGS) technique and slots with a simple structure and the same size/uniform for all ports in order to reduce the length of the Rotman lens transition leg and to minimize iteration process. The simulation results show that both the same double rectangular DGS technique and the same double rectangular slots in all ports are able to reduce the size of the Rotman lens. The size of the Rotman lens can be reduced to 15.78 percent compared to those made by conventional methods without significant performance degradation. Validation is done by fabricating a reduced Rotman lens with a double rectangular slot technique which is integrated with array antennas whose elements are rectangular microstrips. The measurement results are quite similar to the simulations. The structure made is able to form five beam directions. The directions of the main beams are ±33, ±18, and 0 degrees with a maximum difference of 3 degrees when compared to the simulation results and a maximum of 6 degrees when compared to the design calculation. Bandwidths are more than 800 MHz for most ports except the middle port.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentus Prima Hardyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25587
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>