Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denpasar : LP-2M University Warmadewa
050 WIC
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Soerjani
"

Sewaktu manusia diciptakan oleh Maha Penciptanya sebagai satu di antara hampir dua juta jenis makhluk hidup lainnya, maka habitat hidupnya bersifat alamiah, sama dengan makhluk hidup lainnya. Seluruh interaksi masih diatur oleh proses-proses homeostasis, sehingga berbagai kegiatan manusia dalam mendinamisasi kesembangan alam masih dapat diabsorbsi oleh sistem kelentingan yang 'fail-safe" (Tisna Amidjaja 1982: 3). Jadi pada saat itu seluruh kehidupan berlangsung secara seimbang dalam habitat alamiah. Seluruh jenis makhluk hidup dari lulu sampai saat ini selalu membina hubungan yang sangat erat dengan habitat: (tempat tinggal) bahkan dengan relungnya (tempat berfungsi). Habitat ikan adalah air, yang dengan insang untuk bernafas dan sirip untuk bergerak, hubungannya dengan air sedemikian erat, sehingga apabila terpisahkan dengan air, ikan akan mati. Rusa mempunyai organ tubuh (gigi dan saluran pencernaan) yang memastikannya hidup di habitat padang rumput. Hal itu diperkuat dengan naluri alaminya yang sangat sempurna, sehingga dapat mengenal perubalian lingkungan dengan cepat. Setiap rangsangan atau informasi yang timbul, berupa warna, bau, angin, arus, dsb. akan memperoleh tanggapan yang pasti dan tidak keliru. Hal ini menyebabkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan yang pasti, bersifat stabil, tetapi juga terikat dan tidak bebas. Seekor rasa tidak bebas untuk memakan sesuatu yang lain kecuali rumput atau daun. Bahkan Koala (beruang pohon Australia: Phascolarctos chinereus) hanya makan daun jenis minyak kayu putih (Eucalyptus sp.) tertentu. Demikian pula Panda (Ailuropoda melanoleuca) yang hanya makan daun bambu (Bainbusa sp. dan sejenisnya). Oleh karena itu apabila habitatnya rusak (baik oleh alam maupun - terutama oleh manusia), maka punahlah makhluk hidup itu.

Sebaliknya secara fisik manusia adalah jenis yang paling lemah dan paling labil dan tidak pasti hubungannya dengan lingkungan. Dengan topangan kemampuan untuk berfikir serta mengembangkan lima pengetahuan dan teknologi, maka keadaan tidak pasti ini memberinya kebebasan untuk menentukan berbagai pilihan. Oleh karena itu terciptalah oleh akal fikiran manusia habitat dan relung yang bersifat buatan (man-made habitat). Jadi dari kehidupan yang bermula di gua-gua, manusia mencatat sejarah sebagai pengubah habitatnya secara drastik dengan habitat pencakar langit, terowongan di bawah laut, satelit di angkasa luar dan seterusnya. Jadi dari sudut lingkungan, kebudayaan manusia adalah latar belakang dan perwujudan dari upayanya untuk mengubah lingkungan alam (ekosistem) menjadi lingkungan buatan atau binaan manusia.

Dalam tata pergaulan sesamanya manusia juga mengembangkan tatanan dan norma-norma sosial yang ikut menentukan tingkah laku dan kegiatan manusia secara keseluruhan. Jadi tercipta pula lingkungan hidup sosial dalam lingkungan hidup manusia. Sesungguhnya Tuhan menciptakan:manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya mereka saling berkenalan (Surat Al- Hujarat 49:13). Jadi agama mewarnai secara pasti masyarakat bangsa dan masyarakat sosial yang diridhoi Tuhan. Oleh karenanya orang-orang yang beriman karena pengaruh aqidahnya akan mempunyai pandangan yang tajam dan benar terhadap makna saling berkenalan dalam kelompok suku dan kelompok bangsa (lihat Soerjani 1984: 11-12). Gambar 1 menunjukan bagaimana bumi (A) sebagai benda ruang angkasa yang harus berinteraksi dengan kehidupan di dalamnya agar memungkinkan berlangsungnya kehidupan itu sendiri secara berlanjut (sustainable), sementara habitat alami (B) dan habitat buatan manusia (C) yang menunjukkan kontras yang tajam serta bagaimana manusia dengan berbagai kegiatannya seringkali dengan sadar atau tidak merusak habitat makhluk hidup lainnya .(D) yang pada hakekatnya secara langsung dan tidak langsung juga menopang eksistensi manusia sendiri. Gambaran tentang hubungan antara lingkungan hidup alam, lingkungan hidup buatan dan lingkungan hidup sosial ditunjukkan oleh Gambar 2. Selama ketiga bagian lingkungan hidup manusia itu berada dalam keseimbangan maka selama itu lingkungan hidup masih baik dan sehat (untuk seluruh kehidupan).

Khususnya seperti yang ditunjukkan oleh bertambahnya C02 yang dihasilkan oleh kegiatan manusia hendaknya masih dapat diasimilasi oleh pepohonan, sedang pepohonan (termasuk tumbuhan air) masih diharapkan mampu menghasilkan 02 yang dibutuhkan secara meningkat karena meningkatnya kebutuhan manusia akan 02 tersebut untuk berbagai kegiatan.

Lucas (1979: 68) dalam disertasinya di Ohio State University tahun 1972 menulis bahwa eksistensi (sebagian) komponen biotik (makhluk hidup) buaan-manusia adalah untuk menentukankesejahteraan manusia. Saya kurang sependapat dengan pendapat ini. Manusia memang mempunyai hak asasi manusia (human right) sehingga berhak untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Tetapi kehendaknya itu bukan tidak ada batasnya.

"
Jakarta: UI-Press, 1988
PGB 0441
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Karubaba, Jannes Johan
"Penelitian ini adalah studi kasus ekologi pembangunan masyarakat adat Papua dan implikasinya untuk pemekaran provinsi, pembinaan kesadaran nasional dan pengembangan ilmu lingkungan sebagai muitidisiplin ilmu. Nilai-nilai kcarifan karaktelistik masyarakat adat Papua adalah pandangau yang mempertahankan, dan menjaga kelestarian lingkungau Karena itu, revitalisasi nilai-nilai kearifan itu dalam pembangunan berkelanjutan menjamin kelestarian lingkungan.
Studi ini menyediakan 8 teori baru dan sebuah paradigma bam: (1) Teori wawasan Kosmologi Papua, (2) Teori pernbangunan berkelanjutan berbasis revitalisasi nilai-nilai Ibearyizn Iingkungan, (3) Teori Nusaninra sebagai ibunya masyarakat adat Papua; (4) Teori etnogeologi masyarakat adat Papua sebagai penduduk terasli Nusantara sqiak zaman prasejaxah kira-kira 1.5-0.7 juta inhun Ialu; (5) Teori rakyat Papua sebagai pengawal pusaka NKRI S¢C8l?8, ekologis dan kosmologis; (6) Tcori suku Dani sebagai pohon sumber suku besar Papua dan suku tertua di Indonesia yang menerapkan traditional civil society; (7) Teori ekologi pemekaran wilayah; (8) Teori llmu Lingkungan sebagai multidisiplin ilmu; dan (9) Paradigma bam penclitian lingkungan memadukan metode-metode penelitian yang mempergunakan pendelcatau-pendekatan kaulitatif dan kuantitatitl dan berdasarkan nilai-nilai iilosofi ketakhinggam Ini menyediakan suatu model bemlakna dan terukur untuk pengembangan ilmu lingkungan.
Hasil kajian disertasi memiliki tiga implikasi penting. Pertama, memberikan penimbangan untuk pemekaran wilayah provinsi di Papua berdasarkan kajlan ekoiogi Serta sosial budaya. Kedua membuka ruang terhadap pemahaman nilai~ nilai lcearifan lokal Papua yang bukan konsep sempit primordialisme. Ketiga, pemahaman ini didekati dengan ilmu Iingkungan sebagai multidisiplin yang terdiri atas: sub sistem ilmu lingkungan alam, sub sistem ilmu Iingkungan sosial dan sub sistem ilmu iingkungan buatan.
Berdasarkan ekosistem landskap budaya, hukum adat, batas-batas ekoregion, kondisi geografi dan kemeralaan sebaran sumberdaya alam dapat dibentuk enam provinsi baru di Papua: (1) Provinsi Jayapura; (2) Provinsi Teluk Cenderawasih; (3) Provinsi Irian Jaya Barat (Provinsi Papua Barat); (4) Provinsi Fakfak; (5) Provinsi Papua Sclatan; dan (6) Provinsi Pegunungan Tengah. Harapan yang terkandung dalam kajian disermsi ini, ke depan supaya tidak ada lagi pengabaian ekologi dan sosial budaya dalam. kebijakan pembangunan di Papua.

This research is a case study about the ecological based development of Papuan indigenous people and its implication for the formation of. multiple provinces in Papua, building national unity awareness, and developing environmental science as a multi-discipline science. The ecological wisdom values of the Papuan indigenous people are views that defend and protect environmental sustainability. Therefore, revitalization of the ecological wisdom values within sustainable development guarantees the environmental sustainability in Papua.
This study provides 8 new theories and one new paradigm: (1) Theory of cosmology view of Papua, (2) Theory of sustainable development based on revitalization ecological wisdom values; (3) Theory of Nusantara as the mother of the Papua indigenous people; (4) Ethno-Geology Theory of the Papuan indigenous people as original resident of Nusantara since prehistoric epoch about 1.5-0.7 million year ago; (5) Theory of the Papuan people as ecologic and cosmologic patrimony guard ofNKRI; (6) Theory of Dani tribe as the source tree of the big tribe of Papua and the eldest tribe in Indonesia applying society civil traditional; (7) Theory of Ecological Multiplication Number of Provinces, (8) Theory of Environmental science as a rnultldiscipline science; and (9) The new paradigm of environmental research combines research methods using quantitative and qualitative approaches and is based on the unlimited values? philosophy. This provides a measurable and meaningful model for the development of environmental science.
This study provides three important implications. Firstly, the ecological, social-cultural values and traditional systems must become the basis for plans on incrementing the number of provinces in Papua Secondly, wider access must be made in order to understand local values and principles, which should not be interpreted as equal to narrow concept of pre-mordialism. Thirdly, this understanding must be approached through environmental science as a multidiscipline science that consists of three sub-system of environmental science, namely: (a) sub system of natural environmental science, (b) sub system of social environmental science; and (c) sub system of constructed environmental science.
Based on cultural landscape ecosystem, customary law, borders of eco-region, geographic setting and equal distribution of natural resources can formed six new provinces in Papua: (1) Province of Jayapura; (2) Province of Cenderawasih Bay; (3) Province of Westem lrian Jaya (Papua); (4) Province of Falcfak; (5) Province of Southem Papua; and (6) Province of Centra] Range of Papua. There is a hope of this study, is that in the future ecological and social-cultural values will no longer be neglected in the development policies in Papua Author Keywords: Values, Wisdom, Environment, Development, Sustainability.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
D744
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chafid Fandeli, 1944-
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 2017
333.7 CHA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Brown, Lester R.
New York: W.W.Norton, 1995
303.49 BRO v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Rahayu
"ABSTRAK
Kualitas lingkungan hidup di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Penurunan kualitas lingkungan hidup di Indonesia karena kegiatan manunia tidak dapat dihindarkan. Namu keadaan ini semakin diperparah dengan rendahnya penegakkan hukum lingkungan. Hingga saat ini, efektifitas penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi masih diragukan. Walaupun berhasil memenangkan sengketa, baik melalui jalur litigasi maupun nonlitigasi, masyarakat menikmati ganti rugi dan rehabilitasi lingkungan karena pelaku usaha seringkah mangkir dari pelaksanaan kesepakatan. Selain, minimnya pengawasan terhadap implementasi kesepakatan, pelaku usaha tidak melaksanakan kesepakatan karena ketidakmampuan secara finansial untuk memperbaiki keadaan seperti sebelum terjadinya pencemaran. Ekspektasi kerugian lebih besar daripada aset yang dimiliki oleh pelaku usaha. Sehingga korban tidak bisa mendapatkan ganti rugi secara penuh atas kerugian yang dialaminya dan biaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan dibebankan kepada masyarakat.Keadaan ini dapat diatasi dengan memberlakukan asuransi wajib oleh pemerintah. Apabila pelaku usaha dibebankan kewajiban untuk memiliki asuransi, serta dihadapkan pada kemungkinan untuk bertanggung jawab atas kerugiaan akibat aktivitasnya, maka perusahaan asuransi akan memiliki insentif untuk mengawasi perilaku pelaku usaha. Berangkat dari uraian diatas, wacana asuransi lingkungan sebagai asuransi wajib menjadi relevan untuk dikaji, terutama mengenai urgensi dan konsep idealnya mengingat permasalahan lingkungan sudah sangat mengkhawatirkan sehingga perlu ditangani dengan khusus dan serius"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0409
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Vivien Christianti
"Tesis ini mengevaluasi kebijakan penyusunan kajian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam mengatasi dampak pembangunan tata ruang Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode Regulatory Impact Analysis (RIA) dengan menggunakan kuesioner dan checklist untuk mengevaluasi dampak kebijakan tersebut dalam mengelola permasalahan lingkungan. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa dalam pelaksanaan kebijakan, pemerintah perlu menyiapkan personil ahli dan prasarana terkait dengan pengelolaan lingkungan, memperkuat koordinasi antar pemerintah daerah sekitar Kota Surakarta dalam mengelola dampak lingkungan, pendefinisianan masyarakat yang boleh berpartisipasi dalam penyusunan kajian AMDAL, pelaksanaan pengawasan dan pemantauan yang berkesinambungan, serta perlu dilakukannya sosialisasi dan pendampingan pemerintah daerah dalam pelaksanaan penyusunan kajian AMDAL.

This thesis evaluates policy on Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) in addressing the impact of spatial development Surakarta. This study uses Regulatory Impact Analysis (RIA) using a questionnaire and checklist to evaluate the impact of these policies to manage environmental problems. The results of this study suggest that in implementing policies, governments need to prepare expert personnel and infrastructure related to environmental management, strengthening coordination among local governments around Surakarta in managing environmental impacts, definition of society who may participate in the preparation of AMDAL studies, implementation supervision and monitoring of sustainable, as well as socialization and assistance needed to do local governments in the implementation of the preparation of the AMDAL study."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T 27641
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aca Sugandhy
"ABSTRAK
Pelestarian dan pemanfaatan kekayaan hayati kawasan fungsi lindung diperlukan bagi keseimbangan Iingkungan dan keberlanjutan pembangunan dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara pengelolaannya adalah dengan penetapan Taman Nasional.
Indonesia adalah negara kepulauan yang dinilai mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) baik di ekosistem daratan maupun lautan. Potensi kaanekaragaman hayati tersebut termasuk yang ada di kawasan taman nasional sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan obat-obatan dan ekowisata (ecotourism). Segara bioregional Indonesia terbagi dalam tujuh biogeografik region yaitu bio-regional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Dalam Setiap bio-regional tersebut telah ditetapkan sejumlah taman nastonal.
Taman nasional adalah satu kawasan nasional yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi fungsi ekosistem dan keanekaragaman hayati. Sebagai salah satu dari kawasan fungsi lindung yang merupakan subsistem dari suatu ruang wilayah mempunyal peran yang sangat strategis bagi pembangunan berkelanjutan.
Obyek penelitian adalah Taman Nasional menurut UU No. 5 tahun 1990 yaitu kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dlkembangkan sebagal pariwisata alam; merupakan kawasan yang dapat dibagl ke dalam zona Inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lainnya.

ABSTRACT
The conservation and utilization of biodiversity in the preservation area are needed for the environmental balance and sustainable development to meet the basic need and society welfare. One of the management effort is to designate the national park.
Indonesia is an archipelagic country which has domain the most richness of the biodiversity resources (mega biodiversity country) not only in the terrestrial ecosystem but also in the marine environment. The biodiversity potential includes those in the national park, is not USBU yet in an optimal way not only in direct use but also in an indirect way for meeting the need such as foods, clothes, shelters, medicines and ecotorism. Indonesia bio-region consist of seven biogeography region l.e. bioregional Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Maluku, dan lrian Jaya. In each bioregion consist of numbers of national park.
National park is a national area designated as an ecosystem and biodiversity conservation area. As one of the preservation area in a subsystem of the regional spatial structure it has a very strategic role for sustainable development.
As an object chosen for this study, a national park according to the Government of Indonesia Law Number 5 year 1990 is ah area which meet the criteria interalia as follows: appropriate size of land to maintain the sustainability of the natural ecological process; it has a unique and specific natural resources; it has one or more untouched ecosystem; it has an original natural conditions which are potential for developing the ecotourism. Internally national park area can be divided into various zone based on the function and it's structure of the ecosystem."
Depok: 2006
D720
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>