Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rismawaty
"Living arrangement atau pengaturan tempat tinggal pada lanjut usia (lansia) menunjukkan ketersediaan sumber dukungan sosial. Pada lansia yang tinggal bersama keluarga kemungkinan memiliki kesehatan yang baik karena ada anggota keluarga yang merawat, mendapat perhatian, serta dukungan sosial lainnya. Sementara lansia yang tidak memiliki ketersediaan dukungan keluarga akan mengalami kesepian yang berdampak pada kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kesulitan fungsional pada lansia, serta untuk mempelajari hubungan living arrangement terhadap gangguan fungsional. Sumber data yang digunakan adalah Susenas September 2018 dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial (Regresi Logistik Ordinal). Hasil skor gangguan fungsional menunjukkan secara rata-rata lansia di Indonesia berada pada kelompok lansia muda yang masih memiliki kemampuan fungsional yang baik. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa lansia yang tinggal sendiri cenderung mengalami gangguan fungsional dalam berjalan/naik tangga, mengingat/berkonsentrasi, maupun perilaku/emosional lebih buruk dibandingkan lansia yang tinggal bersama keluarga. Begitu juga, lansia yang tinggal berdua pasangan cenderung mengalami gangguan fungsional dalam berjalan/naik tangga, mengingat/berkonsentrasi, maupun perilaku/emosional lebih buruk dibandingkan lansia yang tinggal bersama keluarga.

Living arrangements of the elderly indicates the availability social support sources. The elderly who live with family are more likely to be healthier due to the availability of familial care, attention, and other social supports. On the other hand, the elderly who do not have the availability of family support will experience loneliness which will in turn affect their health. This study aims to obtain an overview of the level of functional impairment in the elderly, as well as to study the relationship between living arrangements and functional impairment. The September 2018 National Socio-Economic Survey (Susenas) was used as the data source by using descriptive and inferential analysis (Ordinal Logistic Regression). The functional impairment score results indicated that, on average, the elderly in Indonesia were in young elderly age group who still have the ability to function well. This study also found that the elderly who live alone tend to experience functional impairment in walking/climbing the stairs, remembering/concentrating, and worse behaviours/emotions than the elderly who live with family. Similar tendency was also found in elderly who only live with spouse. They were likely to experience functional impairment in walking/climbing the stairs, remembering/concentrating, and worse behaviours/emotions than the elderly who live with family."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Rodli Putra Hendrawan
"ABSTRACT
Perubahan struktur populasi Indonesia merupakan salah satu fenomena baru yang menarik untuk dibahas, terutama perubahan komposisi populasi yang berubah dari jumlah anak muda yang lebih banyak pada periode hingga 2045 dan bertambahnya usia tua. Peningkatan usia tua menyebabkan masalah baru, yaitu jumlah beban yang ditanggung oleh usia produktif usia anak-anak dan usia tua, sehingga menciptakan trade off untuk merawat anak-anak atau orang tua mereka. Penelitian ini mencoba melihat fenomena merawat orang tua dengan menggunakan pendekatan hidup bersama dan melihat fenomena tersebut dalam hal Islam. Penelitian ini menggunakan data dari IFLS 5, variabel yang digunakan adalah variabel religiusitas diri, yaitu doa, bacaan, kontribusi, dan persepsi kepatuhan diri. Selain itu, variabel lain juga digunakan yang dibagi menjadi karakteristik anak seperti status pekerjaan, status perkawinan, jumlah anak, dan pendapatan dari Muslim dewasa. Kemudian karakteristik orang tua yang terdiri dari pekerjaan dan status kesehatan mereka, ditambah lokasi tempat mereka tinggal bersama. Penelitian ini menggunakan model logistik untuk melihat probabilitas Muslim dewasa hidup dengan orang tua. Hasil yang diperoleh adalah variabel religiusitas menunjukkan signifikansi negatif terhadap kemungkinan tinggal bersama orang tua lanjut usia. Ini menyiratkan bahwa religiositas belum mendorong Muslim dewasa untuk hidup bersama orang tua karena ada banyak cara lain untuk melayani orang tua mereka.

.ABSTRACT
Changes in Indonesia's population structure is one interesting new phenomenon to be discussed, especially changes in the composition of the population that changes from the number of young people who are more in the period until 2045 and increasing old age. The increase in old age causes a new problem, namely the amount of burden borne by the productive age of the age of children and old age, thus creating a trade off to take care of their children or parents. This study tries to look at the phenomenon of taking care of parents by using the approach of living together and looking at the phenomenon in terms of Islam. This study uses data from IFLS 5, the variable used is the variable of self religiosity, namely prayer, recitation, contribution, and perception of self-obedience. In addition, other variables are also used that are divided into child characteristics such as employment status, marital status, number of children, and income from adult Muslims. Then the characteristics of parents consisting of their work and health status, plus the location where they live together. This study uses a logistic model to see the probability of adult Muslims living with parents. The results obtained are the variable religiosity shows a negative significance towards the possibility of their stay with elderly parents. This implies that religiosity does not yet encourage adult Muslims to live with parents because there are many other ways to serve their parents."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathimah Hafizhoh Karimah
"ABSTRAK
Artikel ini membahas tentang preferensi tempat tinggal lansia di Panti Werdha. Studi sebelumnya memperlihatkan bahwa lansia lebih memilih untuk tinggal bersama anggota keluarga mereka untuk mendapatkan dukungan sosial dan kualitas hidup yang baik. Padahal, Panti Werdha sebenarnya juga dapat menyediakan hal-hal tersebut dengan lebih baik melalui fasilitas-fasilitas yang dimilikinya. Dari kondisi tersebut, artikel ini kemudian akan melihat alasan lansia yang tinggal di Panti Werdha karena preferensi untuk tinggal disana yang masih jarang. Studi-studi sebelumnya menjelaskan bahwa preferensi tempat tinggal lansia dapat dilihat dari aspek internal dan eksternal pada lansia. Namun, studi-studi sebelumnya memiliki kelemahan karena hanya berfokus menjelaskan pada satu aspek tersebut. Artikel ini melihat bahwa preferensi tempat tinggal lansia di Panti Werdha dapat dijelaskan melalui berbagai aspek pada lansia. Artikel ini kemudian berargumen bahwa proses pemilihan tempat tinggal lansia secara mendalam dapat dilihat melalui pemaknaan mereka terhadap Panti Werdha ketika memutuskan untuk tinggal disana. Pemaknaan lansia penting untuk dilihat sebagai dasar rasionalitas mereka dalam berpikir ketika memutuskan dan memilih tinggal di Panti Werdha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecocokan rasionalitas yang dibangun oleh Panti Werdha dengan tujuan yang dimiliki oleh lansia ketika memutuskan untuk tinggal disana. Melalui studi kasus pada tujuh lansia di Panti Werdha, penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

ABSTRACT
AbstractThis article discusses the elderly 39 s living arrangement preference at Panti Werdha. Previous studies showed that the elderly prefered to live with members of their families in order to get social supports and better quality of life although Panti Werdha can actually provide better social supports and better quality of life through facilities that it owns. Referrring to that situation, this article is concerned about the reasons why the elderly choose to live at Panti Werdha since the preference to live there is still rare. Previous studies explained that the preference of living arrangements of the elderly can be seen from the internal and external aspects of the elderly. However, previous studies have weaknesses because it only focuses explain on one particular aspect. Moreover,this article argues that the elderly 39 s residential preference can profoundly be observed through their sensing on Panti Werdha once they decide to live there. This elderly 39 s sensing is essential in observing their logical rationality when they decide and choose to live at Panti Werdha. The research findings show that rationality developed by Panti Werdha match the elderly 39 s objectives when they decide to live there. Through case studies on seven elderlies at Panti Werdha, this research employs qualitative methods."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Semitta Bungamega
"Populasi yang menua diperkirakan memiliki dampak yang besar di Indonesia. Pada sensus populasi 2010, Indonesia menjadi masyarakat yang menua dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2050 dengan lansia perempuan sebagai bagian terbesar dari kelompok usia termiskin di Indonesia. Studi ini menganalisis konsep kehadiran balas-jasa dalam rumah tangga Indonesia yang dianalisis dengan melihat kecenderungan tinggal bersama dengan anak mereka untuk membantu ibu mereka keluar dari kemiskinan relatif usia tua. Dengan data dari IFLS 5 menggunakan model regresi "ordered logit". Dengan menggunakan proksi pengeluaran untuk menghitung kemiskinan relatif sebagai variable dependent makan menyimpulkan bahwa ada hubungan positif jika lansia tinggal dengan orang lain, lokasi hidup, lama bersekolah mereka sendiri dan anak mereka, dan aset rumah tangga, untuk membatu mereka keluar dari yang kuintil kemiskinan yang paling rendah ke kuintil tengah. Didapati juga hubungan negatif dengan status perkawinan anak mereka, usia anak mereka. Implikasi dari penelitian ini akan membantu pemerintah dalam meningkatkan peraturan tentang bantuan sosial hari tua atau pensiun yang layak di usia senja.

An aging population is expected to have a considerable impact on life of Indonesian. On the 2010 population census, Indonesia becomes an aging society and predicted to keep increasing by 2050 with female elderly as the biggest part of the poorest age group in Indonesia. This study analyses the whether the concept of "balas-jasa" presence in Indonesian household which analysed by seeing the tendency of co-reside with their children in order to help their elderly mother escaping from old-age relative poverty. With data from IFLS 5 using ordered logit regression model. The dependent variable uses the proxy of expenditure to calculate the relative poverty concludes that there is a positive relationship if elderly lives with other, location of living, years of schooling of their own and their child, and household assets, to make them escaping from the lowest quintile to the middle quintile. Also a negative relationship with marital status of their child, age of their child. The implication of this study would help the government in improving the regulations on old age social aids or pension decent life during aging."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Maylasari
"Tujuan penelitian mempelajari pengaruh pengaturan tempat tinggal, yaitu tinggal sendiri, berdua dengan pasangan dan bersama terhadap perilaku pencarian pengobatan lansia dengan memperhitungkan variabel jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, status ekonomi dan akses pelayanan kesehatan dengan menggunakan data Susenas 2012 dan Podes 2011. Hasil regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa pengaturan tempat tinggal secara signifikan memengaruhi perilaku pencarian pengobatan lansia, baik mengobati sendiri maupun berobat jalan. Setelah memperhitungkan faktor klasifikasi, ketika tidak tinggal sendiri, lansia laki-laki memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengobati sendiri maupun berobat jalan, dan sebaliknya pada lansia perempuan. Setelah memperhitungkan pengaturan tempat tinggal dan jenis kelamin, faktor terkuat dalam menentukan perilaku pencarian pengobatan lansia adalah umur dan status ekonomi, terutama untuk berobat jalan.

This study examines the effect of living arrangement, which are living alone, couple and with others on health seeking behavior of elderly, both self-treatment and outpatient treatment by controlling variables such as sex, age group, education level, rural urban, economic status and access to health services. Results of multinomial logistic regression analysis using Susenas 2012 and Podes 2011 data show that living arrangement affect health seeking behavior of elderly, both self-treatment and outpatient treatment. According control variables, if the elderly not living alone, men more likely than women to has self-treatment and outpatient treatment, and vice versa if they living alone. According to living arrangement and sex, the strongest determinants of health seeking behavior of elderly, are age group and economic status, especially for outpatient treatment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uray Naviandi
"Obesitas telah ditetapkan sebagai epidemi global dengan berbagai dampak bagi kehidupan sosial, ekonomi, psikologi, serta kesehatan tidak hanya pada individu namun juga keluarga. Bahkan pada wanita, obesitas mempengaruhi siklus hidup (life cycle). Prevalensi overweight dan obesitas dewasa di Indonesia terus meningkat terutama pada wanita (32,9 persen) pada tahun 2013. Ini menjadi tantangan dalam menghadapi bonus demografi mengingat jumlah populasi wanita akan meningkat menjadi 152,6 juta pada tahun 2035 dengan populasi wanita usia produktif (15-54 tahun) diperkirakan mencapai 85,86 juta (56,2 persen dari total populasi perempuan). Tingginya obesitas wanita usia produktif mengindikasikan terdapat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi peningkatan obesitas.
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menganalisis faktor sosio-demografi yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada wanita usia produktif dengan menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistik multinomial. Secara khusus, penelitian ini mempelajari pengaruh living arrangement dan status kawin (sebagai variabel utama) terhadap obesitas wanita dengan menggunakan data 301.119 wanita usia 15-54 tahun yang tercakup dalan Riskesdas 2013.
Adapun model regresi dikontrol oleh karakteristik sosio-ekonomi dan demografi seperti umur, tempat tinggal, pendidikan, status kerja, status ekonomi, kesehatan mental; dan gaya hidup wanita seperti merokok, konsumsi beresiko dan aktifitas fisik. Wanita yang tinggal bersama pasangan ditambah anggota rumahtangga lainnya adalah lebih berpeluang untuk obesitas dibandingkan wanita yang tinggal sendiri atau kategori living arrangement lainnya. Selain itu, status perkawinan juga berpengaruh signifikan terhadap obesitas. Wanita kawin lebih cenderung untuk obesitas dibandingkan yang cerai maupun belum kawin.

Obesity has been defined as a global epidemic with various impacts on social, economic, psychological, and health not only on individuals but also on families. It affects life cycle. The prevalence of overweight and obese adults in Indonesia was quite high, especially among women (32,9 percent) in 2013. It was a challenge for the demographic dividend considering the number of female population will reach 152,6 million in 2035 with the productive female population (age 15-54) is expected to be 85,86 millions (56,2 percent of total female population). This indicates that there are certain factors that affect the increase of obesity in women of productive age.
The primary objective of this study is to analyze the socio-demographic of obesity in women of productive age. It uses descriptive analysis and multinomial logistic regression. Specifically, the paper examined the effects of living arrangement and marital status (as the main independent wariables) on women obesity status by analysing the data of 301.119 women aged 15-54 included in Indonesia Basic Health Research 2013.
The regression is controlled for socio-economy and demography characteristics such as age, living area, education, working status, economic status, mental health; and women life style such as smoking, consumption risk, and physical activity. The preliminary results suggest that women living with a spouse plus others are more likely to be obese than women living alone or in other living arrangement. In addition, "marital status" is a significant predictor of obesity. Married woman are more likely to be obese than divorced nor single woman.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nuraini
"Gangguan kesehatan mental merupakan salah satu gangguan kesehatan tidak menular yang banyak diderita oleh lansia, namun hal ini belum mendapat perhatian besar dibandingkan gangguan kesehatan lainnya. Gangguan mental-emosional berhubungan dengan berbagai macam faktor antara lain pengaturan tempat tinggal living arrangement. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menganalisis hubungan antara pengaturan tempat tinggal dengan gangguan mental-emosional di kalangan lanjut usia dengan dikontrol oleh karakteristik sosio-demografi jenis kelamin, status kawin, umur, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan rumah dan wilayah tempat tinggal; dan status kesehatan lansia self-rated health, disabilitas sosial dan fisik serta aktivitas fisik. Data yang digunakan yaitu data Riskesdas Tahun 2013 dengan metode analisis gabungan antara analisis deskriptif dengan analisis inferensial regresi logistik.
Hasil studi ini memperlihatkan bahwa ada 11 lansia di Indonesia mengalami gangguan mental emosional. Pengaturan tempat tinggal berasosiasi secara signifikan dengan gangguan mental-emosional lansia. Lansia tanpa pasangan yang tinggal bersama anggota rumah tangga lainnya merupakan kelompok dengan kecenderungan tertinggi mengalami gangguan mental-emosional, sedangkan lansia yang tinggal bersama pasangan dan anggota rumah tangga lainnya adalah kelompok dengan kecenderungan terendah.

Common Mental Disorders CMDs are one of non communicable diseases and are common among older persons aged 60 years old and above, but often neglected than other diseases. CMDs can be associated with factors including living arrangement. This study mainly aims to examine the relationship between living arrangement and CMDs, taking into account socio demographic characteristics sex, marital status, age, education, occupation, home ownership and residence and health status of the elderly self rated health, social and physical disability and physical activity using the 2013 Basic Health Research Riskesdas data. The analysis employs descriptive analysis and inferential such as logistic regression models.
The study finds 11 of older person experience CMDs. Controlling for another variables, living arrangement is significantly associated with CMDs. Older persons without spouses living with other household members are the most likely to suffer from CMDs and those living with spouse and other household members are least likely to have CMDs.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48269
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library