Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yefta Moenadjat
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
617.11 YEF l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christantie Effendi
Jakarta: EGC, 1999
617.11 EFF p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
John Karlie
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Luka bakar merupakan suatu trauma yang sampai saat ini masih mempunyai angka kematian yang cukup tinggi di negara berkembang. Sampai saat ini unit luka bakar RSCM belum mempunyai sistem skoring baku yang digunakan sebagai alat bantu prognostik dalam memprediksi kematian secara objektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan suatu validasi eksterna dari skor BOBI yang merupakan salah satu sistem skoring terbaik berdasarkan dari hasil systematic review yang dipublikasikan pada tahun 2013. Metode: Penelitian dilakukan secara kohort retrospektif dengan menganalisa semua pasien yang dirawat di unit luka bakar RSCM pada periode 2012-2013. Skor prediksi yang digunakan yaitu skor BOBI, dimana skor ini dinilai dari tiga kriteria yaitu usia, luas luka bakar, dan trauma inhalasi. Hasil: Rata-rata usia pasien yaitu 28 tahun, rata-rata luas luka bakar sebesar 29 , trauma inhalasi didapatkan sebanyak 15,7 , dan total kematian sebanyak 17,7 . Pasien laki-laki didapatkan sebanyak 67,3 dan perempuan sebanyak 32,7 . Skor prognostik ini memberikan hasil prediksi yang cukup akurat dengan nilai analisis receiver operating characteristic ROC menunjukkan area under curve AUC sebesar 0,96 95 confidence interval : 0,94-0,99 . Konklusi: Angka kematian pasien luka bakar di RSCM masih cukup tinggi. Skor BOBI menunjukkan tingkat prediksi yang cukup akurat. Oleh karena itu, diharapkan skor ini dapat berguna sebagai alat bantu prognostik di unit luka bakar RSCM sehingga standar kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan.
ABSTRACT
Background Burns are an injury that has a high rate of death to nowadays especially in developing countries. Until now Cipto Mangunkusumo Hospital rsquo s Burn Unit does not have a scoring system that is used as a standard prognostic tool in predicting death objectively. This study aims to conduct an external validation of the BOBI score which is one of the best scoring system based on the results of a systematic review published in 2013. Method In a retrospective cohort we analysed all burn patients admitted between 2012 and 2013 to burn unit at Cipto Mangunkusumo Hospital. The prediction model using BOBI score, based on three criteria age, total burned surface area TBSA , and inhalation injury . Results Mean age was 28 years, mean TBSA was 29 , inhalation injury was 15,7 , and overal mortality was 17,7 . The men were 67,3 and the women were 32,7 . The model gave an accurate prediction of mortality. The receiver operating characteristic analysis demonstrated an area under the curve of 0,96 95 confidence interval 0,94 0,99 . Conclusion Overall burn mortality in RSCM was high enough. The mortality prediction model BOBI score demonstrated a good accuracy. This model is a helpful tool for outcome prediction in order to give a better quality of service.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T58730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Laksita Jatismara
Abstrak :
ABSTRAK
Luka bakar kerap menimbulkan pengaruh negatif secara psikologis terhadap diri penderita. Kerusakan fisik yang dialami mengharuskan penderita berhadapan dengan kondisi-kondisi sulit dan menekan dalam kehidupannya. Penderita luka bakar yang mampu mengembangkan kemampuan resiliensinya dengan baik dapat menyesuaikan diri, bangkit, bahkan berhasil menjadi individu yang lebih baik. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan resiliensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi pada penderita luka bakar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan pada tiga orang subjek penderita luka bakar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek berkembang baik dengan gambaran yang bervariasi.
ABSTRACT
Burn injury causes negative psychological effect in burn survivors. Physical disfigurement forces burn survivors to face difficult and stressful situation. Burn survivors who are capable to develop their resiliency abilities can adapt well, bounce back and hold out from the setbacks in their life. The purpose of this research is to give the description about resiliency abilities and factors afFecting resiliency among burn survivors. It uses qualitative approach with interview and observation techniques which are implemented to three people of burn survivors. The result of the research shows that resiliency abilities among three burn survivors have developed well with variation in each ability and factor description.
2010
S3545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djohansjah Marzoeki
Surabaya: Airlangga University Press, 1991
617.11 DJO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yefta Moenadjat
Jakarta: Sagung Seto, 2016
617.11 YEF l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Afriyanti Sandhi
Abstrak :
[ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Erythropoetin (EPO) sebagai hematopoietic growth factor, menarik perhatian para peneliti akibat efeknya dalam melindungi jaringan. EPO berinteraksi dengan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan menstimulasi mitosis dan motilitas sel endotel dalam proses neo-angiogenesis; dan hal ini penting dalam fenomena kompleks penyembuhan luka, Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki efek pemberian EPO pada penyembuhan luka bakar eksperimental di hewan coba. METODE: Lima belas ekor tikus Sprague-Dawley, strain dari Rattus Novergicus dengan berat antara 300-350 gram yang merupakan subjek hewan coba pada penelitian ini dibuat perlakuan eksperimental luka bakar grade 2B (dermis dalam). Lalu hewan coba akan dibagi ke dalam tiga grup secara acak dan mendapatkan terapi injeksi EPO dosis rendah (600 IU/mL), injeksi EPO dosis tinggi (3000 IU/mL) dan tidak mendapatkan perlakuan terapi apapun (grup kontrol). Setelah 14 hari observasi, dilakukan penilaian secara kuantitatif dari proses penyembuhan luka dengan menghitung persentasi epitelialisasi menggunakan perangkat lunak Analyzing Digital Images®. Dilakukan pula penilaian secara kualitatif dengan menghitung skor perubahan histopatologis pada penyembuhan luka. HASIL: Ukuran luka dan percepatan epitelialisasi dihitung pada hari ke-0, hari ke-5, hari ke-10 dan hari ke-14. Didapatkan bahwa hasil rerata ukuran raw surface (p value: 0.012 pada hari ke-5; 0.009 pada hari ke-10 and 0.000 pada hari ke-14) dan persentase penyembuhan luka (p value: 0.011 pada hari ke-5; 0.016 pada hari ke-10 and 0.010 pada hari ke-14), nilai terbaik dicapai oleh grup injeksi EPO dosis rendah. Evaluasi histopatologis menunjukkan bahwa skor tertinggi untuk re-epitelialisasi, jaringan granulasi dan neo-angiogenesis juga didapatkan pada grup injeksi EPO dosis rendah. SIMPULAN: Pada studi hewan coba menggunakan tikus Sprague-Dawley ini, didapatkan bahwa injeksi Recombinant Human EPO (rHuEPO) dapat mempercepat proses re-epitelialisasi dan penyembuhan luka yang disebabkan oleh luka bakar grade 2B (dermis dalam). Temuan ini diharapkan akan membuka pengetahuan baru dalam peningkatan kualitas terapi pada penyembuhan luka bakar.
ABSTRACT
BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing. METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing. RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups. CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing., BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing. METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing. RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups. CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing.]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ro Shinta Christina Solin
Abstrak :
ABSTRAK
Luka bakar merupakan salah satu bentuk trauma tersering dan infeksi luka bakar merupakan masalah serius yang menyebabkan hambatan pada maturasi epidermal dan penambahan pembentukan jaringan parut. Pada tahun terkahir berbagai penelitian menemukan patogen yang resisten terhadap terapi antibiotik. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran profil bakteri dan antibiogram pada infeksi luka bakar serta mortalitas di Unit Luka Bakar ULB Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo RSUPNCM periode Januari-Desember 2015. Penelitian ini dilaksanakan secara retrospektif dan didapatkan 214 isolat dari spesimen pus, swab, dan jaringan luka bakar yang berasal dari 89 pasien yang dirawat di ULB RSUPNCM. Isolat bakteri terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan Acinetobacter baumannii. Proporsi mortalitas didapatkan sebesar 32.5
ABSTRACT
Burns is one of the most common forms of trauma and burn wound infection is a serious problem that causes a drag on epidermal maturation and addition of scar tissue formation. In recent years various studies finding pathogens that are resistant to antibiotic therapy. This study aims to get an overview of bacteria and antibiogram profile in infections and mortality burns in the Burn Unit dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital in the period from January to December 2015. In this study, 214 isolates from pus specimens, swabs, and tissue burns derived from 89 patients treated at Burn Unit dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Most bacterial isolates is Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, and Acinetobacter baumannii. The proportion of mortality obtained amounted to 32.5 .
2016
T55643
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Putu Agus Mahendra
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Luka bakar merupakan suatu trauma yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan jaringan karena kontak dengan objek bersuhu tinggi. Kondisi tersebut memicu respons inflamasi lokal dan sistemik yang memicu komplikasi. Hipermetabolisme dan hiperkatabolisme yang terjadi memerlukan tatalaksana nutrisi adekuat untuk menurunkan respons inflamasi, mencegah wasting otot, meningkatkan imunitas, dan mempercepat penyembuhan luka. Metode: Empat pasien dalam serial kasus ini mengalami luka bakar berat karena api dengan berbagai pencetus. Dua pasien dalam serial kasus ini masuk perawatan lebih dari 24 jam pasca kejadian. Status nutrisi pasien obes derajat II 1 pasien dan obes derajat I 3 pasien . Target energi menggunakan metode Xie dan Harris ndash;Benedict dengan berat badan sebelum sakit. Pemberian nutrisi diberikan sesuai dengan rekomendasi untuk sakit kritis fase akut 20 ndash;25 kkal/kg BB. Nutrisi dini dilakukan pada dua pasien yang datang kurang dari 24 jam pasca kejadian. Nutrisi diberikan melalui jalur enteral dengan metode drip intermittent. Tatalaksana nutrisi selanjutnya disesuaikan dengan toleransi dan kondisi klinis yang dialami pasien. Hasil: Tiga pasien meninggal selama perawatan karena komplikasi sepsis Tatalaksana nutrisi dinaikkan bertahap sesuai kondisi klinis pasien. Pasien kasus keempat mengalami perbaikan dengan luas luka bakar 48,5 menjadi 11,5 dan peningkatan kapasitas fungsional, walaupun terjadi penurunan berat badan hingga 12 kg selama perawatan. Kesimpulan: Tatalaksana nutrisi yang adekuat dengan memperhatikan kondisi klinis serta parameter penunjang lainnya dapat menunjang proses penyembuhan luka serta menurunkan laju morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar. Kata kunci: luka bakar berat, tatalaksana nutrisi.
ABSTRACT Background Burn injury is a trauma that caused damage and tissue loss due to contact with high temperature objects. That conditions will initiated local and systemic inflammatory reaction, which trigger complications after burn injury. Adequate nutrition management is needed in hypermetabolic and hypercatabolic condition to decrease the inflammatory response, prevents muscle wasting, improve immunity and wound healing. Methods Four patients in this case series suffered from burn injury by fire with various origins. Two patients in this case series were treated more than 24 hours after trauma. Patients nutritional status were obese grade II 1 patient and grade I 3 patients. Energy requirement was measured by using Xie and Harris Benedict equations, with usual body weight. Nutrition was given base on recommendation for critically ill in acute phase, 20 ndash 25 kcal kg BW. Enteral nutrition was initiated for two patients who came less than 24 hours post burn, using intermittent drip method. The nutrition was adjusted daily depend on their clinical condition. Results Three patients died during treatments for septic complications. Nutrients management gradually increase in accordance to clinical conditions. Patient in 4th cases experienced improvement with burn area decreased from 48,5 to 11,5 , also increasing on functional capacity, despite of weight loss up to 12 kg during treatment. Conclusion Adequate nutritional management based on clinical conditions not only to reduce morbidity and mortality in burn patients, but also lead to improve healing process.. Keywords severe burn, nutrition management.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55615
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Yusuf Bertua
Abstrak :
Latar Belakang: Kematian akibat luka bakar di RSCM masih tinggi yaitu berkisar 34%. Data menunjukkan sebagian besar pasien yang dirawat di unit luka bakar (ULB) mengalami disfungsi organ. Skor SOFA merupakan salah satu skor yang menilai disfungsi organ, namun hingga saat ini belum ada penelitian tentang kesahihan skor SOFA pada pasien kritis luka bakar di Indonesia. Penelitian ini ingin menguji kesahihan skor SOFA untuk memprediksi mortalitas pada pasien kritis akibat luka bakar di HCU dan ICU ULB RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan total subjek yang dianalisis sebanyak 169 subjek. Kesahihan skor SOFA dinilai menggunakan Area Under Curve, Hosmer Lemeshow goodness of fit dan regresi logistik multivariat. Hasil: Mortalitas pasien luka bakar pada penelitian ini adalah 32,5%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa skor SOFA memiliki diskriminasi yang sangat baik (AUC 96,4%, IK 95% 0,933-0,995) dan kalibrasi yang baik (Hosmer-Lemeshow p=0,561). Variabel SOFA yang secara statistik mempunyai pengaruh signifikan terhadap mortalitas 30 hari di ULB adalah rasio PaO2/FiO2< 400, PaO2/FiO2 < 300, PaO2/FiO2 < 200 dengan ventilasi mekanik dan jumlah trombosit < 150,000/mm3. Simpulan: Skor SOFA sahih dalam memprediksi mortalitas 30 hari pasien kritis luka bakar di HCU dan ICU ULB RSCM. ......Background: Mortality rate of burn in Ciptomangunkusumo Hospital is around 34%. Data shows that most patient in burn units experience organ dysfunction. SOFA score assesses organ dysfunction and frequently used in ICU, but there is no research about this score in burn unit especially in Indonesia. This study wants to assess validity of SOFA score in predicting mortality of critical burn patients in HCU and ICU Ciptomangunkusumo Hospital. Methods: This study was a retrospective cohort study and analized 169 total subjects. SOFA score validity was assessed using Area Under Curve, Hosmer-Lemeshow goodness of fit and multivariate logistic regression. Result: The mortality rate of burn patients is 32,5%. SOFA score had very good discrimination (AUC 96.4%, CI 95% 0.933-0.995) and good calibration (Hosmer-Lemeshow p=0.561). SOFA variables which statistically have significant effect on 30-day mortality in Burn Unit is ratio of PaO2/FiO2 < 400, PaO2/FiO2 < 300, PaO2/FiO2 < 200 with mechanical ventilation and platelet count < 150,000/mm3. Conclusion: SOFA score is valid in predicting 30 days mortality of critically ill burn patients in HCU and ICU RSCM.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>