Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Setiawan Budihardja
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2018
617.520 59 AND t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Benny S. Latief
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0276
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Tofani
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0269
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Agoes Pribadi
"ABSTRAK
Penulis mencoba melakukan penelitian tentang hubungan klasifikasi
M3 bawah infeksi dengan terjadinya komplikasi infeksi. Disamping itu
dari tinjauan kepustakaan tidak dijumpai data mengenai hubungan
antara klasifikasi M3 bawah impaksi dengan terjadinya komplikasi
infeksi. Penelitian ini juga merupakan pedoman untuk melakukan
tindakan preventif terhadap kasus-kasus M3 bawah impaksi agar ti-
dak mengakibatkan resiko yang lebih buruk
Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang perlunya tindakan preventif dalam menangani kasus kasus M3
bawah impaksi. Tujuan khusus adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara klasifikasi M3 bawah impaksi dengan komplikasi infeksi
yang sering terjadi.

"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raedi Mahardika
"Latar Belakang: Komplikasi edema pascaodontektomi merupakan komplikasi yang sering terjadi. Evaluasi terhadap proses penyembuhan luka yang ditandai dengan edema pascaodontektomi perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu agar dapat memberikan edukasi yang lengkap dan tepat sehingga pasien mendapatkan informasi yang jelas mengenai waktu penyembuhan dan kemungkinan komplikasi yang umum terjadi pascaodontektomi. Pada penelitian ini digunakan 3D Scanner ekstraoral untuk mengevaluaasi edema maksilofasial yang terjadi pada pasien pascaodontektomi gigi molar tiga mandibula dengan anastesi lokal Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi edema pascaodontektomi molar tiga bawah dengan anestesi lokal menggunakan teknologi 3D scanner esktra oral dalam pengukuran linear, ketebalan dan volumetrik. Metode: Sejumlah 55 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan pengukuran dalam aspek aksial, koronal, sagital menggunakan pemindaian 3D scanner ekstraoral pada wajah. File diubah dalam format .Stl menggunakan software einstar 3D. Pengukuran edema dilakukan dalam aspek sagital, axial, dan koronal pada pasien pada hari ke-0 sebelum tindakan odontektomi, hari kedua dan ketujuh pascaodontektomi secara tiga dimensi menggunakan software 3D builder dan mesh lab. Kemudian data dianalisis secara statistic menggunakan IBM SPSS 26 Hasil: Pola perubahan edema pascaodontektomi gigi molar tiga mandibula dari perhitungan linear, ketebalan, dan volumetrik dari gambar 3D yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu menunjukkan perubahan nilai yang cukup besar terjadi pada hari kedua. Dari hasil uji statistik dan grafik menunjukkan bahwa edema maksilofasial yang terjadi pada H2 mengalami kenaikan nilai secara linear dan volumetrik yang signifikan kemudian pada H7 mengalami penurunan secara signifikan. Namun pada H0 dan H7 masih terlihat adanya perbedaan sehingga kondisi edema maksilofasial tersebut masih belum mencapai nilai yang sama pada H0 atau sebelum tindakan odontektomi Kesimpulan :Terdapat perbedaan edema pada wajah pascaodontektomi gigi molar tiga mandibula dengan lokal anastesi pada hari ke-0, ke-2, ke-7 diukur secara linear, ketebalan dan volumetrik dengan nilai edema maksimal terjadi pada saat hari ke-2

Background: Post odontectomy edema is a frequent complication. Evaluation of the wound healing process characterized by post odontectomy edema needs to be carried out within a certain period of time in order to provide complete and appropriate education so that patients receive clear information regarding healing time and possible complications that commonly occur after odontectomy. In this study, an extra-oral 3D scanner was used to evaluate maxillofacial edema that occurred in post-odontectomy patients with mandibular third molars under local anesthesia. Objective: This study aims to evaluate post-odontectomy edema of lower third molars under local anesthesia using extra-oral 3D scanner technology in linear, thickness and volumetric measurements. Methods: A total of 55 patients who met the inclusion criteria had measurements taken in the axial, coronal and sagittal aspects using an extra-oral 3D scanner on the face. Files were converted in .Stl format using einstar 3D software. Edema measurements were carried out in the sagittal, axial and coronal aspects on patients on day 0 before odontectomy, the second and seventh days after odontectomy in three dimensions using 3D builder and mesh lab software. Then the data was analyzed statistically using IBM SPSS 26. Results: The pattern of changes in postodontectomy edema of the mandibular third molar from linear, thickness and volumetric calculations from 3D images carried out over a certain period of time shows that quite large changes in values occurred on the second day. From the results of statistical tests and graphs, it shows that the maxillofacial edema that occurred in H2 experienced a significant increase in linear and volumetric values, then in H7 it decreased significantly. However, at H0 and H7 there are still visible differences so that the condition of maxillofacial edema still has not reached the same value as at H0 or before the odontectomy. Conclusion : There are differences in edema on the face after odontectomy of mandibular third molars with local anesthesia on days 0, 2, 7, measured linearly, thickness and volumetrically with the maximum edema value occurring on day 2"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lilies Dwi Sulistyani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Oditya
"Insidensi trauma maksilofasial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: budaya, latar belakang penduduk, ekonomi, dan kepadatan penduduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi kasus trauma maksilofasial yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta RSUD Tarakan, RSUD Koja, RSUD Cengkareng, RSUD Budhi Asih, RSUD Pasar Rebo, RSKD Duren Sawit, RSUD Kepulauan Seribu. Ditemukan 957 pasien trauma maksilofasial dan 138 fraktur maksilofasial yang dikelompokkan berdasarkan usia, jenis kelamin, penyebab dan lokasi fraktur. Kelompok usia 21-27 tahun adalah kelompok usia tertinggi dari trauma maksilofasial, jenis kelamin laki-laki 74,82, Perempuan 25,18 dengan perbandingan 3:1. Penyebab trauma maksilofasial yang tertinggi adalah kecelakaan lalu lintas.

Incidence of maxillofacial trauma affected by several factors culture, population background, economical status, and population density. This study aimed to determine the incidence of maxillofacial trauma occured in the General Hospital of DKI Jakarta RSUD Tarakan, RSUD Koja, RSUD Cengkareng, RSUD Budhi Asih, RSUD Pasar Rebo, RSKD Duren Sawit, RSUD Kepulauan Seribu. There is 957 patient with maxillofacial trauma cases and 138 patients with maxillofacial fractures cases by age, sex, cause and location of fracture. The age group of 21 27 years old is the highest group of maxillofacial trauma found, male 74.82, 25.18 women with a ratio of 3 1. The cause of maxillofacial trauma were highest traffic accident.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indriati
"Pendahuluan: Trauma maksilofasial dapat terjadi karena beberapa etiologi dan yang paling sering terjadi ialah trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien dengan trauma maksilofasial biasanya akan menjalani perawatan rawat inap dengan durasi yang lama berkaitan dengan rangkaian perawatan yang harus dilakukan. Terdapat beberapa sistem penilaian tingkat keparahan dari trauma yang terjadi yang sudah diperkenalkan dan digunakan, dan sistem penilaian Facial Injury Severity Scale (FISS) oleh Bagheri et al telah digunakan secara luas untuk menilai derajat keparahan cedera maksilofasial. Trauma maksilofasial dapat menjadi salah satu kondisi yang dapat berhubungan dengan cedera kranial, sehingga penilaian kesadaran perlu dilakukan. Glasgow Coma Scale (GCS) adalah sistem penilaian kesadaran pasien pasca trauma yang telah digunakan secara luas selama empat dekade terakhir. Namun, kemampuan kedua sistem penilaian tersebut dalam menunjukkan hubungan tingkat keparahan trauma dan tingkat kesadaran dengan lama rawat inap masih jarang digunakan dalam penelitian. Tujuan: Untuk mengevaluasi indeks keparahan trauma maksilofasial menggunakan (FISS) dan tingkat kesadaran (GCS) dengan lama rawat inap pada pasien trauma maksilofasial di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2019 hingga Desember 2022. Metode: Studi restrospektif, menggunakan data sekunder dengan menganalisis rekam medis trauma maksilofasial semua rentang usia di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada periode Januari 2019 hingga Desember 2022. Hasil dan pembahasan: Sebanyak 346 pasien yang memenuhi kriteria inklusi diikutkan dalam studi ini. Analisis multivariat menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna tiap kelompok secara statistik (p>0,05) antara skor FISS dengan lama rawat inap dan didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara lama rawat inap dengan skor FISS (p > 0,05). Hubungan lama rawat inap dengan skor FISS menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola positif, di mana semakin bertambah skor FISS, akan menambah lama rawat inap. Analisis multivariat juga menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna tiap kelompok secara statistik (p>0,05) antara skor FISS dengan lama rawat inap dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama rawat inap dengan Nilai GCS (p > 0,05). Hubungan lama rawat inap dengan nilai GCS menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola negatif di mana semakin berkurang nilai GCS, akan menambah lama rawat inap.Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna dari skor FISS dan GCS terhadap lama rawat inap pasien.

Introduction: Maxillofacial trauma can occur due to several etiologies and the most common is trauma due to traffic accidents. Patients with maxillofacial trauma will usually undergo inpatient treatment with a long duration due to the series of treatments. There are several trauma severity rating systems that have been introduced and used, and the Facial Injury Severity Scale (FISS) rating system by Bagheri et al has been widely used to assess the severity of maxillofacial injuries. Maxillofacial trauma can be one of the conditions that can be associated with cranial injuries, so an assessment of consciousness needs to be done. The Glasgow Coma Scale (GCS) is a system for assessing the consciousness of posttraumatic patients that has been widely used over the past four decades. However, the ability of the two scoring systems to show the relationship between trauma severity and level of consciousness with length of hospitalization is rarely used in research, Objective: To evaluate the index of severity of maxillofacial trauma using FISS and level of consciousness (GCS) with length of hospitalization in maxillofacial trauma patients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from January 2019 to December 2022. Metode: Retrospective study, using secondary data by analyzing Maxillofacial Trauma medical records for all age ranges in the emergency room at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo from January 2019 to December 2022. Result and Discussion: A total of 346 patients who met the inclusion criteria were included in this study. Multivariate analysis showed that there was no statistically significant difference between each group (p>0.05) between the FISS Score and length of hospitalization and there was no significant relationship between length of hospitalization and FISS Score (p>0.05). The relationship between length of hospitalization and FISS score shows a weak relationship and has a positive pattern, where the increasing FISS score will increase the length of hospitalization. Multivariate analysis also showed that there was no statistically significant difference between each group (p>0.05) between the FISS score and length of hospitalization and there was no significant relationship between length of hospitalization and GCS score (p>0.05). The relationship between the length of hospitalization and the GCS score shows a weak relationship and has a negative pattern, where the decreasing the GCS score, the longer the length of hospitalization. Conclusion: There was no significant difference between the FISS and GCS scores on the patient's length of hospitalization."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Rizky Ramadhan
"Saat ini sebagian besar produk implan yang beredar di Indonesia adalah produk impor. Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset,Teknologi,dan Pendidikan Tinggi mendorong produksi produk implan dalam negeri supaya bisa menjadi alternatif produk implan yang selama ini didominasi oleh produk impor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pullout dan torsi dari screw domestik yang telah dibuat dengan mengacu kepada STM F-543 tentang metode pengetesan untuk screw tulang. Spesifikasi screw yang digunakan dalam penelitian ini adalah screw titanium berukuran M1.5 yang digunakan untuk fiksasi pada area maksilofasial. Performa pullout dicari dengan menggunakan cara eksperimen, finite elemen, dan matematikal. Performa pullout screw domestik kemudian dibandingkan dengan performa screw impor. Sedangkan untuk performa torsi hanya dilakukan dengan cara eksperimen kemudian dibandingkan dengan performa dari screw impor.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai pull out screw domestik adalah 10,02 N dan screw impor 11,88 N. Nilai screw domestik dibandingkan dengan hasil finite elemen menunjukkan bahwa terjadi error sebesar 10,30. Sedangkan dengan menggunakan analitikal menggunakan chapman yang dimodifikasi didapat nilai sebesar 10,12 N atau error sebesar 1 Dari nilai yang didapat menunjukkan bahwa performa pullout screw domestik lebih buruk dari screw impor. Untuk performa torsi kedua screw menunjukkan performa yang sama baiknya yaitu 0,029 Nm untuk screw domestic dan 0,028 Nm untuk screw impor. Akan tetapi screw domestik membutuhkan gaya yang lebih besar untuk dipasang karena memiliki ujung yang lebih tumpul dari screw impor.

Currently, the most of implant products that sold at Indonesia are imported product. The Ministry of Health and the Ministry of Research, Technology and Higher Education stimulate domestic implant production as an alternative for imported products that have been dominating domestic market. This study aims to observe domestic titanium screw performance especially from torque and pull out performance based on ASTM F 532 about test method for metallic bone screw. The implant spesification that observed is screw M1.5 for maxillofacial region. Those performances are tested using experimental approach, Finite Element Analysis FEA, and mathematical approach for pull out and only experimental approach for torque test.
The results of this study show that the value of pull out from domestic titanium screw UI and commmercial screw respectively are 10,02 N and 11,88 N. This result for domestic screw UI is not slightly different from result which using FEA approach with error 10,30 for pull out. In the other hands, mathematical approach using chapman modified method give error 1 for pull out. The result of this study shows that the value of pull out performance of domestic titanium screw is a little bit worse than imported commercial product. For torwque performance, domestic screw UI has value 0,029 Nm which is as good as commercial screw with value 0,028 Nm. But, domestic screw needs more force to drive the screw into test block because it has duller tip than commercial screw.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafif A. S.
"Peningkatan insidensi fraktur maksilofasial berdampak pada peningkatan beban kerja rumah sakit serta diprediksi mempengaruhi sistem kesehatan masa mendatang. Karakteristik fraktur maksilofasial dipengaruhi budaya, sosioekonomi, serta sosiodemografi suatu negara. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi dan frekuensi fraktur maksilofasial di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo periode 2009-2013. Analisis dilakukan pada 407 rekam medik dengan 659 kasus fraktur maksilofasial. Distribusi dan frekuensi dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, etiologi fraktur, regio fraktur, derajat keparahan cedera fasial, dan lama rawat inap. Mayoritas pasien berusia 20-26 tahun (29,2%) dan berjenis kelamin laki-laki (82,3%) dengan perbandingan 4,7:1 terhadap perempuan. Etiologi fraktur tersering adalah kecelakaan motor (75,5%). Fraktur maksilofasial ditemukan terbanyak pada regio simfisis dan parasimfisis mandibula (16,4%). Derajat keparahan cedera fasial berkisar antara ringan hingga sedang dengan rata-rata skor 2,50 + 1,2. Rata-rata lama perawatan inap pasien adalah 10,28 + 6,9 hari.

Increased number of maxillofacial fracture incidency affecting hospital workload and predicted have impact on future health system. Maxillofacial fracture characteristics were depends on culture, socioeconomy, and sociodemography. The aim of this study was determine distribution and frequency of maxillofacial fracture in Dr. Ciptomangunkusumo General Hospital from 2009-2013. 407 medical records with 659 cases was analyzed. Distribution and frequency analyzed concerning age, gender, etiology, fracture region, facial injury severity, and patient length of stay. Most of the patients were 20-26 years old in age (29,2%) and men were more involved than women (82,3%) with ratio 4,7:1. Motorcycle accident were most frequent cause (75,5%). Mandibular symphisis and parasymphisis found as the most fractured anatomical site (16,4%). Facial injury severity of patients found between mild to moderate with FISS score average 2,50 + 1,2. Mean of patient length of stay were 10,28 + 6,9 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>