Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
"Resisten klorokain merupakan masalah penanggulangan malaria di Indonesia terutama di Papua."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Alfons M. Letelay
"Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang masih merupakan wilayah endemis malaria. Halmahera Utara merupakan Kabupaten dengan angka kejadian malaria tinggi. Kejadian malaria di daerah endemis yang dianggap kejadian biasa oleh sebagian besar penduduk, hal tersebut membuat program pemberantasan malaria sulit mencapai keberhasilan karena mata rantai penularan yang tetap ada. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kebiasaan menggunakan kelambu berinsektisida dengan kejadian malaria. Desain penelitian potong lintang digunakan pada 1.159 sampel yang dipilih dengan menggunakan kriteria Riskesdas 2013, sedangkan data dikumpulkan dengan metode wawancara menggunakan kuisioner. Hasil Berdasarkan hasil analisis, hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian malaria di Kabupaten Halmahera Utara setelah dikontrol oleh Jenis Kelamin , Pendidikan dan pekerjaan tanpa adanya interaksi didapatkan POR 1,05 (95% CI 0,48 – 2,27). Hal ini mengindikasikan program pendistribusian kelambu berinsektisida harus dievaluasi tingkat pemakaiannya sehingga program pemberantasan malaria bisa berjalan dengan baik.
North Maluku is one of the provinces in Indonesia which is still a malaria endemic area. North Halmahera is a district with a high incidence of malaria. The incidence of malaria in endemic areas is considered an ordinary event by most of the population, it makes it difficult to achieve malaria eradication program success because of the chain of transmission remains. This study aims to analyze the relationship between the behavior of using insecticidetreated nets to malaria incidence. A cross-sectional study design used in the 1159 sample was selected using criteria of Riskesdas 2013, while the data were collected by interview using a questionnaire. Results Based on the analysis, the association between the use of bed nets to malaria incidence in North Halmahera after controlled by Gender, Education and obtained a job without any interaction has POR 1.05 (95% CI 0.48 to 2.27). This indicates the distribution of insecticide-treated nets program should be evaluated for its use so that malaria eradication programs can be run properly.Malariae, North Maluku, North Halmahera, llin’s, bed nets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44658
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
H. Siswantoto
"Resisten klorokuin merupakan masalah penanggulangan malaria di Indonesia, terutama di Papua. DaIam rangka menilai efikasi pengobatan malaria yang tersedia di Timika, Papua, telah dilakukan uji pengobatan klorokuin dan atan fanpa sulfadoksin-pirimetamin. Pasien dengan malaria Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae tanpa komplikasi ditkulkan datum stiuli dan diberikan obat klorokuin plus sulfadoksin-pirimetamin (malaria falsiparum) afau klorokuin (malaria non-falsipanim) dengan pengawasan ininum obat. Selanjutnya pasien dipantau selama 28 sampai 42 hari. Pasien yang tidak sembuh akan diobali ulang dengan kina dan atau tanpa doksisiklin. Sebanyak 207 pasien diikutkan dalam studi (88 P. falciparum, 40 P. vivax, 15 campuran P. falciparum dan P. vivax, 50 P. malariae dan 14 P. ovale). Kegagalan pengobatan dini ditemukan 4 dan 86 pasien (5%) dengan malaria falciparum, 6 dari 37 pasien (16%) dengan malaria vivaks dan tidak dijumpai pada jenis infeksi yang laiimya. Kegagalan pengobatan pada hari ke-28 untuk P. vivax sebanyak 22 dart 30 pasien (73%) dengan konsentrasi klorokuin daiain plasma lebih linggi dari konsentrasi efektif minimal (Minimum Effective Concentration/MEC>15ng/inl). Setelali dikoreksi dari adanya infeksi yang baru, angka kegagalan pengobatan kasep pada hari ke-42 untuk malaria falciparum 48%[95%:CI 31-65] dan 61 % di antaranya dengan konsentrasi klorokuin lebih dari 30ng/ml. Pasien yang tidak sembuh diberikan pengobatan itiang dengan kina dan afau lanpa doksisiklin tanpa pengawasan mimtm obat. Angka kegagalan pengobatan ulang tersebut sebesar 48%{95%Cl:3I-65J pada infeksi P. falciparum dan 70%[95CI:37-100] pada infeksi P. vivax. Kegagalan pengobatan tidak ditemukan pada infeksi P. malariae atau P. ovale dengan species yang sama setelah dipantau selama 28 hari. Di Papua, terdapat prevalensi resistensi obat yang tinggi untuk malaria P. falciparum dan P. vivax dengan pengobalan yang tersedia (klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin). Klorokuin masih memiliki efikasi yang baik pada P. ovale dan P. malariae. (MedJ Indones 2006; 15:251-8)
Chloroquine resistant malaria is a serious problem in Indonesia particularly in Papua. A trial of the existing antimalarial drugs was conducted in Timika, Papua. The objective of the study wax to determine the efficacy ofcloroquine (CQ) +. sulfadoxine-pyri/nethamine (SP). Patients with uncomplicated malaria due to Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale or P. malariae were enrolled and treated with supervised CQ+SP (P. falciparum) or CQ (non-P. falciparum). Patients were followed for 28-42 days. Patients failing thernpv were retreated with unstipen'ised quinine+tioxycycline. 207 patients were enrolled in the studv (88 P. falciparum, 40 P. vivax, 15 mixed infections, 50 P. malariae and 14 P. ovale). Early treatment failures occurred in 4 of 86 (5%) patients with falciparum malaria. 6 of 37 (16%) patients with vivax malaria and none of those with P. ovale or P. malariae infection.1,'. The failure rate by day 28 for P. vivax was 22 of 30 (73%) patients, with all recurrences occurring in the presence of plasma chloroquine concentration above the minimum effective concentration (MEC>15ng/ml). After correcting for re infect ions the dav 42 recrudescence rate for falciparum malaria was 48% 195%CI:31-65I and in 61% of cases this was in the presence of chloroquine levels above 30 ng/ml. Retreatment with unsiipervised quinine+tloxycycline resulted in further recurrence of malaria in 48% [95%CI:31-65] of P. falciparum infections and 70% {95%Cl:37-100] of P. vivax infections. None of the patients with P. ovale or P. malariae had treatment failures within 28 da\s. There is a high prevalence of antimalarial drug resistance of P. falciparum and P. vivax to the existing antimalarial drugs. However chloroquine retains adequate efficacy against P. ovale and P. malariae in Papua. (Med J Indones 2006; 15:251-8)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-4-OctDec2006-251
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library