Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arif Gunawan
"ABSTRAK
Pertumbuhan nilai produksi industri pipa dan sambungan (pengelasan) pipa dari Baja dan Besi pada tahun 2008 mengalami kenaikan pada tiap triwulannya hingga di akhir tahun mencapai Rp 1.113.795.291,00. Demikian juga pada tahun 2009 mengalami kenaikan tiap triwulannya. Pengelasan adalah proses fabrikasi atau pembentukan yang menyatukan material logam atau termoplastik. Inspeksi defect merupakan hal yang sangat vital dalam proses pengelasan. Manusia harus berusaha keras dan memang sulit untuk melakukan tugas ini. Hal ini terjadi karena visual manusia hanya mampu menangkap 60% s.d. 75% dari ketelitian defect yang ada.
Penelitian ini mengembangkan suatu peralatan otomatis berbasis Machine Vision yang dapat membantu dalam proses pengelasan GMAW. Material pipa baja lunak JIS S45C, proses las GMAW arus DC dengan kecepatan kawat pengisi konstan, teknologi Machine Vision menggunakan kamera Charge Couple Device (CCD) memonitor perubahan tebal manik menjadi Input-nya, besarnya kecepatan robot bergerak secara orbital sebagai Output-nya. Metode jaringan saraf tiruan digunakan dalam proses kontrol kecepatan tersebut.
Hasil dari pengamatan dan pengujian adalah modifikasi perangkat dengan gear rasio 1 : 2 berhasil meredam suara hentakan gear dan rel jalur las yang terjadi pada penelitian sebelumnya. Selama pengujian kecepatan yang terjadi lebih stabil. Lebar manik las yang diukur secara aktual dan pencitraan memiliki nilai rata-rata error -0.30 mm. Optimasi lebar dengan modeling jaringan saraf tiruan mencapai rata-rata error 0.005 mm. Hasil simulasi pengelasan dengan jaringan saraf tiruan didapatkan nilai rata-rata errornya mencapai 0.45 mm dari target lebar 4.5 mm.

ABSTRACT
Growth in industrial production value and a welding pipe of Steel and Iron in 2008, an increase in each quarterly until the end of the year reached Rp 1,113,795,291.00 and in 2009 too. Welding is a fabrication process or the formation of a metal or thermoplastic material together. Defect inspection is very vital in the process of welding. Humans have to work hard and are difficult to perform this task. This happens because the human visual only able to capture 60% to 75% of the accuracy of existing defects.
This study developed a Machine Vision-based automated equipment that can assist GMAW welding process. Mild steel pipe material JIS S45C, DC current GMAW welding process with filler wire speed constant, Machine Vision technologi using the camera Charge Couple Device (CCD) to monitor changes to a thick bead of his input, the magnitude of the orbital speed of the robot moves as its output. Artificial neural network methods used in the speed control process.
The results of observation and testing is a modification of the device with a gear ratio of 1: 2 managed to reduce the sound buffeting that occurred in previous studies. During the testing the speed was more stable. Weld bead width is measured using actual width and using image processing that had an average error -0.30 mm. Width optimization using artificial neural network modeling to achieve an average error 0.005 mm. Welding simulation with neural network modeling and controller achieves an average error of 0.45 mm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42347
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhedhe Rodat Budi P.
"Baja tahan karat stainless steel 304 merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan temperature tinggi sehingga banyak digunakan dalam dunia industri. Penggunaan baja tahan karat umumnya membutuhkan proses penyambungan dimana proses penyambungan yang sangat umum digunakan adalah proses pengelasan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pengelasan. Distorsi merupakan fenomena perubahan bentuk yang terjadi akibat pengelasan.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap hasil manik las dan juga distorsi yang dihasilkan menggunakan GMAW. Kuat arus yang digunakan yaitu 115, 120, dan 125 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3,6; 3,9; dan 4,2 mm/s.
Hasil las dilakukan pengukuran terhadap lebar maniknya, kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine setelah material mengalami pendinginan alami. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan jika kecepatan pengelasan semakin besar, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin kecil.

Stainless steel has good corrosion resistance and high temperature resistance, especially for 304 Stainless steel and widely used in many industries. The use of stainless steels generally requires a jointing process, and the most common jointing process used in stainless steel is the welding process. To get a good welding results, the selection of appropriate parameters is needed to avoid problems such as welding distortion. Distortion is a phenomenon of form changes that occur due to welding.
This experiment is conducted to find out the effect of welding current and welding speed toward weld bead and also distortion produced using GMAW. The welding current used is 115, 120, and 125 A while the welding speed used is 3.6 3.9 And 4.2 mm s. The weld bead then measured, and also the distortion is measured using CMM Coordinate Measuring Machine after the material is naturally cooled.
From the results obtained, it is known that the rise of welding current, the width of the weld bead and the resulting angular distortion will be increased. Whereas if the welding speed is increased, the width of the weld bead and the angular distortion will be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duvall Anggraita Purwanto Ajie
"Weld bead atau menik las adalah hasil yang diperoleh dari proses penyambungan pengelasan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi fusion welding , sehingga terjadi penyatuan bagian bahan yang disambung. Pada pengelasan aluminum berbeda dengan pengelasan steel dimana aluminum lebih mudah meleleh dan mudah menghantarkan panas, sehingga aluminum lebih sulit untuk dilas. Selain sulit dilas, lelehan aluminum juga sulit terdeteksi kamera vision karena tidak membara seperti steel, namun lelehan pada manik las aluminum lebih mudah memantulkan cahaya karena permukaannya yang mengkilap dan halus.
Pada penelitian ini menggunakan mesin TIG dan gas Argon sebgai pelindung proses pengelasan serta menggunakan material Aluminum 6063 sebagai spesimen. Penilitian ini fokus pada pengembangan sistem jaringan saraf tiruan untuk pengegelasan aluminum 6063 dimana sebagai target penelitian adalah menjaga lebar manik tetap konstan. Pada penelitian ini variabel yang dikontrol adalah kecepatan pengelasan pada satu sumbu. Sistem yang dibangun pada penelitian ini berhasil mengatur kecepatan pengelasan dan menjaga lebar manik las tetap konstan.

Weld beads are the results obtained from the process of welding two or more materials based on the principles of the diffusion process fusion welding , resulting in the unification of the connected material parts. In different aluminum welding with steel welding where aluminum is easier to melt and easily dissipate heat, so aluminum is more difficult to weld. In addition to difficult welded, aluminum melt is also difficult to detect vision cameras because it does not burn like a steel, but melt in aluminum weld beads more easily reflect light because the surface is shiny and smooth.
In this study used TIG and Argon gas as protective welding process and using Aluminum 6063 material as specimen. This research focuses on the development of artificial neural network system for aluminum 6063 whereas the research target is to keep the bead width constant. In this study the controlled variable is the speed of welding on one axis. The system built in this study managed to regulate the welding speed and keep the weld bead width constant. Keyword Weld beads TIG Aluminum Machine vision neural network.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67118
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bethanivitra Arisoni
"Penambahan medan magnet eksternal secara permanen selama proses pengelasan adalah salah satu perkembangan pengelasan TIG. Penambahan medan magnet eskternal pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap geometri busur las, lebar manik lasan, dan kedalaman penetrasi. Magnet yang digunakan memiliki dua ukuran dan empat belas konfigurasi yang berbeda berdasarkan peletakannya. Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa variasi konfigurasi dan kekuatan magnet yang diberikan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap geometri busur, lebar manik, dan kedalaman las. Garis-garis gaya magnet dengan kekuatan medan magnet yang lebih besar relatif lebih memengaruhi geometri busur las, yang berdampak pada lebar manik dan kedalaman las sesuai dengan arah gaya magnet dari konfigurasi yang diberikan. Busur las yang telah dimampatkan oleh garis gaya magnet dapat memiliki area kontak panas yang kecil sehingga panas terpusat, menghasilkan lebar manik las yang sempit dan penetrasi las yang dalam. Konfigurasi dengan nilai lebar manik las relatif kecil dengan kedalaman las relatif besar untuk pengelasan dengan tebal magnet 3mm adalah H (lebar manik 5,152mm, kedalaman 2,539mm) dan dengan tebal magnet 5mm adalah B (lebar manik 4,768mm, dan kedalaman 3,039mm).

The addition of external magnetic field (EMF) with permanent magnets during welding is one of the development in TIG welding. The addition of EMF in this research is to find the effect on arc geometry, weld bead width, and depth of penetration. Magnets used have two different strengths and fourteen variations of configuration. Result shows that each configuration and magnets’ strength affect arc geometry, weld bead width, and depth of penetration variously. Bigger strength of magnet relatively results in stronger magnetic lines of force, enhancing the magnetic force’s effect from each configuration on arc geometry, weld bead width, and depth of penetration. Compressed arc from magnetic lines of force concentrates heat, resulting in narrow weld bead and deep penetration. Configuration H with 3mm-thick magnets (5,152mm weld bead width, 2,539mm depth of penetration) and B with 5mm-thick magnets (4,768mm weld bead width, 3,039mm depth of penetration) have the narrowest weld bead width and deepest penetration for both strengths tested."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwanto
"Pengelasan adalah salah satu cara yang paling mudah dan sederhana dalam menggabungkan rangkaian pipa dalam suatu instalasi. Dibandingkan dengan penyambungan dengan sistem penguliran, pengelasan mampu mengurangi hambatan aliran fluida. dan secara umum mampu mengurangi biaya dalam proses instalasi pipa. Namun proses pengelasan pipa tidak mudah. Dengan bermacam posisi pengelasan 2G, 5G atau 6G, tentunya menambah tingkat kesulitan proses. Penerapan sistem otomatis dalam proses pengelasan mampu menanggulangi masalah posisi pengelasan. Hal tersebut akan meningkatkan efisiensi proses, qualitas hasil manik las dan waktu pengelasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu peralatan yang dapat membantu dalam proses pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding) pada instalasi pipa baja yang mempunyai dimensi minimal 2 inchi. Untuk keperluan tersebut maka dibuatlah sebuah perangkat sebagai peralatan yang dapat digunakan pada semua mesin las GMAW, untuk membantu proses pengelasan secara orbital mengelilingi pipa. Mekanisasi dan otomasi ini dilakukan untuk memperoleh produktivitas yang tinggi pada proses pengelasan pipa dibandingkan dengan manual, manik las yang dihasilkan lebih baik.
Penelitian ini menggunakan material pipa baja lunak, dengan posisi tetap, menggunakan proses las GMAW arus DC, kecepatan kawat pengisi konstan, dalam prosesnya dibantu oleh perangkat yang bergerak orbital secara konstan. Penelitian ini juga menggunakan sistem monitor menggunakan kamera CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) untuk memonitor gambar daerah kolam las pada posisi depan atas. Metoda jaringan syaraf tiruan digunakan dalam proses optimasi lebar manik las. Hasil dari pengamatan yang didapat adalah berupa lebar manik las. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menunjukan keefektifan sistem pengelasan dengan indikator berupa lebar manik las yang bagus dan seragam.

Welding is one of the easiest and simplest methods to join a pipeline installation. Compared with the threading process, weld joint were able to reduce the fluid flow resistance, and generally able to reduce costs in the process of pipeline installation. However, the pipe welding process is not easy. With a variety of welding positions 2G, 5G or 6G, certainly increase the level of difficulty of the process. The application of automated systems in the welding process can resolve the problem of position of welding. This will improve the process efficiency, quality of weld bead and welding time.
This research aims to develop equipment which can assist the process of welding GMAW (Gas Metal Arc Welding) on the installation of steel pipe which has a dimension of at least 2 inches. For this purpose, a device as equipment that can be used on all GMAW welding machine was constructed, to assist in orbital welding process around the pipe. Mechanization and automation was conducted to obtain high productivity in the process compared with a manual pipe welding, and better weld beads.
The research uses mild steel pipe material, in fixed position. By using DC current GMAW welding process, filler wire speed is constant, and the device moves around the pipe constantly. This study also uses a monitoring system using CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) camera to monitor the weld pool area image from the front top position. An artificial neural network method used in the optimization process of welding bead width. A result obtained from observation is a weld bead width. The result of this study shows the effectiveness of the welding system with indicators of a good weld bead width and uniform.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29776
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tandian, Randy
"ABSTRAK
Pengelasan merupakan proses penyambungan dua bahan atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan pada bagian bahan yang disambung. Kekuatan sambungan las ditentukan dari beberapa parameter, diantaranya adalah lebar manik las dan penetrasi. Lebar manik las terutama bagian atas dapat ditentukan dengan melihat secara langsung melalui kamera CCD (Charge-Coupled Device). Akan tetapi sulit untuk mengamati lebar hasil lasan bagian bawah secara langsung karena pada praktiknya tidak memungkinkan untuk memasang kamera CCD di bagian bawah. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan Las TIG (Tungsten Inert Gas) arus DC dengan proses pergerakan yang kecepatannya diatur oleh mikrokontroler dengan tujuan untuk mengatur lebar hasil lasan bagian bawah yang diinginkan dimana hasil lasan bagian bawah tersebut diestimasi berdasarkan data lebar manik las yang didapat dari machine vision, kecepatan pengelasan, dan arus yang digunakan. Untuk memperoleh serangkaian data-data tersebut maka dilakukan percobaan awal untuk melatih sistem neural network yang akan dibangun. Sistem yang dibangun pada studi ini berhasil mengatur lebar hasil lasan bagian bawah sesuai dengan nilai target yang diinginkan yaitu 3 mm pada arus 55 A, 60 A, dan 65 A dengan rata-rata error masing-masing arus sebesar 0.11 mm, 0.09 mm, dan 0.12 mm.

ABSTRACT
Welding is a process of joining two or more substances that are based on the principles of diffusion processes, resulting in unification on the materials to be joined. The strength of the weld joint is determined by several parameters, including the weld bead width and the penetration. The width of the weld bead especially the upper part can be determined by looking directly through the CCD (Charge-Coupled Device) camera. But it is difficult to observe the back bead width directly since in practice it is not possible to install the CCD camera at the bottom. Therefore, in this study used Las TIG (Tungsten Inert Gas) DC current with the movement speed is regulated by the microcontroller for the purpose of adjusting the desirable back bead width where the back bead width is estimated based on data of weld bead width obtained from machine vision, welding speed, and current used. To obtain a series of data are then conducted initial experiments to train the neural network system to be built. The system was built in the study managed to set the back bead width with the value of the desired target is 3 mm on the current 55 A, 60 A, and 65 A with an average error of each current of 0.11 mm, 0:09 mm, and 0:12 mm."
2016
S65543
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library