Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ribka Hillary
"Masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu faktor terbesar yang menyebabkan penurunan kemampuan serta kualitas hidup pasien di dunia. Saat ini, pandangan negatif terhadap pasien psikiatri masih berkembang di tengah masyarakat umum, termasuk di kalangan mahasiswa kedokteran. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan pemberian layanan kesehatan bagi pasien psikiatri. Peneliti ingin mengetahui apakah pandangan-pandangan yang ada berkorelasi dengan waktu studi dan rotasi klinik. Metode yang digunakan adalah cross sectional dengan mahasiswa kedokteran (pada tahun pertama, ketiga, keempat, serta alumni) sebagai subyeknya. Data kemudian diolah dengan analisis chi-square. Dua ratus dua puluh empat mahasiswa turut berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan rata-rata responden berusia 21 tahun (standar deviasi 2.03). Secara umum, pandangan mahasiswa kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia positif terhadap pasien psikiatri. Tidak ada perbedaan pandangan yang signifikan di antara keempat golongan mahasiswa tersebut (p>0.05), kecuali pada pernyataan, “Psychiatric patients should be treated in specialized facilities away from general hospitals.” Rotasi klinik serta lama waktu studi tidak mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap pasien psikiatri. 
......Mental illness has become the leading cause of disability and impairment affecting patient around the world. Nowadays the negative view towards patients with mental illness is widely spread among society, including medical students. Unless the negative views are vanished, mental healthcare services to the patient would not be maximal. Researcher wants to know whether period of studying and clinical rotation affects the attitudes of medical students. A cross-sectional has done in order to determine the view of medical student in Universitas Indonesia toward psychiatric patient. Data collected were analyzed by chi-square analysis. The samples were medical students Universitas Indonesia at the first year, fourth year, fifth year, and alumni. There were 224 respondents participated with the mean (+SD) age is 21 years old (+2.03). In general, the attitudes towards psychiatric patient among medical students in Universitas Indonesia are positive. Significant result was found in statement "Psychiatric patients should be treated in specialized facilities away from general hospitals." Period of studying and psychiatric clinical rotation is not affecting the attitudes of medical students toward psychiatric patients in Universitas Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Julivia Murtani
"Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa pandemik COVID-19 ini membuat terjadinya peningkatan penggunaan internet pada aktivitas sehari-hari. Pembatasan kegiatan akademik dan interaksi sosial, serta adanya tuntutan adaptasi dengan situasi baru dalam waktu singkat meningkatkan risiko terjadinya gangguan mental pada mahasiswa kedokteran. Penggunaan media sosial dan permainan daring juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi stress yang muncul akibat kondisi pandemik. Mekansime coping maladaptif ini kemudian dapat berkembang menjadi penggunaan internet secara berlebihan dan menambahkan risiko terjadinya adiksi internet. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor - faktor yang memengaruhi adiksi internet pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemik COVID-19 di tiga fakultas kedokteran di Jakarta.
Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Maret sampai Desember 2021. Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atma Jaya dan Universitas Kristen Krida Wacana. Kuesioner penelitian disebarkan secara daring. Dari 1146 sampel, sebanyak 625 subjek penelitian ditentukan dengan metode simple random sampling. Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) digunakan untuk menentukan adiksi internet. Masalah emosi diukur dengan instrumen Self Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20) versi Bahasa Indonesia dan citra diri diukur dengan menggunakan instrumen Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) versi Bahasa Indonesia. Analisis regresi logistik dilakukan untuk menilai faktor risiko adiksi internet. Dari 625 subjek, mayoritas responden perempuan dengan nilai rerata usia 20,21 tahun (SD ± 2,15) dan berasal dari jenjang pre-klinik. Diperoleh prevalensi adiksi internet pada mahasiswa selama masa pandemik COVID-19 di tiga fakultas kedokteran di Jakarta adalah 26,2% dengan faktor risiko berupa memiliki masalah emosi (OR= 3,039, IK=1,967-4,694), tujuan penggunaan internet untuk bermain permainan daring (OR = 3,595, IK=1,251-10,333), tujuan penggunaan internet untuk bermain media sosial (OR = 1,971, IK=1,231-3,156), citra diri rendah (OR = 1,812, IK=1,142-2,87, usia awitan penggunaan internet ≤ 8 tahun (OR = 1,747, IK=1,140-2,678), jenjang pendidikan pre-klinik (OR = 1,636, IK=1,019-2,629), dan durasi penggunaan internet akhir pekan ≤ 11 jam / hari (OR = 1,578, IK=1,058-2,356).
Temuan dalam penelitian ini serupa dengan penelitian lainnya. Tujuan penggunaan internet untuk permainan daring dan media sosial, serta memiliki masalah emosi menjadi faktor risiko utama adiksi internet pada mahasiswa kedokteran selama masa pandemik COVID-19. Program pencegahan adiksi internet dapat dilakukan dengan melakukan deteksi dini terhadap masalah emosi dan adiksi internet secara berkala pada mahasiswa kedokteran.
......Physical distancing policy during COVID-19 pandemic era leads to increase internet use in our daily activities. Limitation of academic and social interaction, along with fast adaptation demand in these new circumstances escalate the occurence of mental health disorders among medical students. Social media and online games become the alternatives to cope up with stress during pandemic. This could lead to excessive internet use and increase risk of internet addiction. The study was aimed to identify factors associated with internet addiction among medical students during COVID-19 pandemic in Jakarta.
This research used cross sectional design from March to December 2021. The samples were medical students from Faculty of Medicine Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atma Jaya and Universitas Kristen Krida Wacana. An online survey was distributed. From 1146 samples, 625 research subjects were chosen using simple random sampling method. Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI) was used to screen internet addiction. Emotional problems was assessed using Indonesian version of Self Reporting Questionnaire 20 (SRQ-20), and self-esteem was assessed using Indonesian version of Rosenberg Self Esteem Scale (RSES). The risk factors of internet addiction were assessed using a multivariate logistic regression test. Of the 625 subjects, the majority of respondents were female, with mean age of 20,21 years old (SD ± 2,15) and originated from pre-clinical stage. Prevalence of internet addiction during COVID-19 pandemic in three faculty of medicine in Jakarta was 26.2%. Risk factors associated with internet addiction include having emotional problems (OR= 3,039, CI=1,967-4,694), purpose of internet use for playing online games (OR = 3,595, CI= 1,251-10,333), purpose of internet use for social media (OR = 1,971, CI=1,231-3,156), low self-esteem (OR = 1,812, CI=1,142-2,870), onset of internet use ≤ 8 years old (OR = 1,747, CI=1,140-2,678), pre-clinical education stage (OR = 1,636, CI=1,019-2,629), and weekend duration of internet use ≤ 11 hours/day (OR = 1,578, CI=1,058-2,356).
The findings in this study were similar to other studies. The purpose of internet use for playing online games and social media, and having emotional problems were the main risk factors for internet addiction among medical students during COVID-19 pandemic. Prevention programs for internet addiction can be implemented by focusing on early detection of emotional problems and internet addiction regularly. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Floera Finalita
"Pendahuluan: Program internship dikenal sebagai fase transisional dari mahasiswa kedokteran menjadi seorang dokter dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Proses adaptasi dalam tahapan ini membutuhkan efikasi diri yang baik agar wellbeing tetap terjaga dan mencegah stres ataupun burnout. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efikasi diri dan hubungannya dengan wellbeing mahasiswa kedokteran dalam rangka persiapan internship.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian studi campuran dengan pendekatan sequential explanatory pada mahasiswa kedokteran tahap klinik tahun terakhir. Penelitian dilakukan pada responden dengan membagikan kuesioner yang disesuaikan pada efikasi diri dan wellbeing. Selanjutnya, dilaksanakan serangkaian FGD setelah pemberian kuesioner. Analisis kuantitatif dan tematik dilakukan secara berurutan.
Hasil Penelitian: Total responden yang mengisi kuesioner dengan lengkap adalah 188 orang. Penelitian kuantitatif mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif antara efikasi diri dengan wellbeing dan kelima aspek PERMA. Pada penelitian ini dilakukan FGD sebanyak 2 kali dan didapatkan bahwa persiapan yang harus dimiliki sebagai bekal internship adalah komunikasi, keterampilan klinis, mengintegrasikan berbagai ilmu kedokteran, dan kompetensi budaya. Dari berbagai kemampuan tersebut, responden dapat menyadari kemampuan yang sudah maupun belum dikuasai serta cara untuk mencapai kompetensi terkait. Motivasi diri, lingkungan pembelajaran, dukungan teman sejawat, dan staf pengajar yang kompeten dianggap sebagai faktor yang memengaruhi efikasi diri mahasiswa dalam konteks persiapan menghadapi internship.
Kesimpulan: Mahasiswa kedokteran dengan efikasi diri yang baik akan memiliki wellbeing yang baik pula, serta dapat melihat bahwa keterampilan ataupun kemampuan yang dimiliki akan bermanfaat sebagai bekal saat menjadi dokter khususnya saat menjalankan program internship.
......Background: The internship program is known as a transitional phase from a medical student to a doctor with various challenges that must be faced. The adaptation process in this stage requires good self-efficacy to maintain wellbeing and prevent stress or burnout. This study aimed to determine self-efficacy and its relationship with wellbeing of medical students in preparation for internship.
Methods: This mixed-methods study uses a sequential explanatory approach with final-year clinical-stage medical students. We examine the subjects by administering questionnaires on self-efficacy and wellbeing. We completed a series of FGDs following questionnaire administration. Quantitative and thematic analyses were conducted sequentially.
Results: A total of 188 respondents completed the questionnaire. There is a positive correlation between self-efficacy and wellbeing and the PERMA aspects. We conducted 2 FGDs in total. The results show that internship doctors must have capabilities such as communication, clinical skills, integrating various medical sciences, and cultural competence. From these capabilities, respondents can be aware of their abilities or unmastered abilities and how to achieve these related competencies. Self-motivation, learning environment, peer support, and competent teaching staff are considered factors that influence student’s self-efficacy in preparing for internships.
Conclusion: Medical students with good self-efficacy will also have good wellbeing and can see their skills will be useful as preparations when they become doctors, especially when they enter internship program."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Airlangga Harjoprawito
"Pendahuluan: COVID-19 adalah virus mematikan yang telah menyebar ke seluruh Indonesia sejak awal tahun 2020. Hingga September 2020, virus tersebut telah menyebabkan 69 ribu kasus dan 3,3 ribu kematian di Indonesia. Tingkat kematian pada petugas kesehatan adalah 6,5%, dibandingkan dengan <1% di negara maju. Karena Alat Pelindung Diri (APD) terbukti secara klinis untuk menghindari infeksi COVID-19, pemerintah Indonesia telah menerbitkan pedoman APD dan telah mendistribusikannya APD ke berbagai pusat kesehatan di Indonesia. Karena kasus yang dikonfirmasi dan kematian tetap tinggi di antara petugas kesehatan di Indonesia, diduga bahwa kepatuhan dan kepengetahuan pada APD kurang tinggi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kedua faktor tersebut akan diteliti. Metode: Studi ini adalah sebuah cross-sectional study yang melibatkan 196 mahasiswa kedokteran KOAS FKUI. Para peneliti membuat survey untuk menilai kepatuhan dan pengetahuan mereka terhadap penggunaan APD. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kedua faktor juga ikut dinilai (kepercayaan diri, riwayat, persepsi risiko, ketersediaan APD, sikap, pengaruh organisasi, demografi). Regresi logistik digunakan untuk menentukan faktor mana yang dapat memprediksi kepatuhan dan pengetahuan APD yang baik. Hasil: Penelitian ini mengungkapkan bahwa 90,82% dan 56,63% mahasiswa FKUI masing-masing memiliki kepatuhan dan pengetahuan APD yang baik. Persepsi risiko (P<0,001), sikap (P<0,001) dan keyakinan (P<0,001) merupakan prediktor kepatuhan APD yang baik sedangkan tidak ditemukan faktor yang memprediksi pengetahuan APD yang baik. Kesimpulan: Hasil pada studi ini menunjukan mahasiswa KOAS FKUI membutuhkan pelatihan APD lagi untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang pemakaian APD. Perilaku, persepsi resiko dan kepercayaan diri yang bagus merupakan perdiktor terhadap pemakaian APD yang baik. Dengan mengetahui faktor2 tersebut, FKUI dapat membuat pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa KOAS FKUI untuk meningkatkan keamaan dan qualitas belajar selama beraktifitas di Rumah sakit daripada mengambil cuti isoman.
......Introduction: COVID-19 is a deadly virus that has spread throughout Indonesia since early 2020. As of September 2020, the virus has caused 69 and 3.3 thousand cases and deaths in Indonesia. Among Indonesian healthcare workers, it has a mortality rate of 6.5% compared to <1% in developed countries. Since Personal Protective Equipment (PPE) are clinically proven to avoid COVID-19 infection among healthcare workers (HCW), the Indonesian government have published PPE guidelines and have distributed them to healthcare centers throughout the country. Since confirmed cases and mortality remains high among Indonesian HCWs, it is hypothesized that they are lacking PPE compliance and knowledge. Hence, in this study, these two factors would be assessed. Methods: A cross sectional study involving 196 FKUI clinical medical students was used. A survey was constructed to asses their compliance and knowledge towards PPE use while other factors affecting the two factors are assessed (confidence, history, risk perception, PPE availability, attitude, organizational influence, demographics). Logistic regression would determine which factors predict good PPE compliance and knowledge. Results: This study revealed that 90.82% and 56.63% of FKUI students have good PPE Compliance and knowledge respectively. Risk perception (P<0.001), attitude (P<0.001) and confidence (P<0.001) are predictors of PPE compliance while there are no predictors of PPE Knowledge. Conclusion: FKUI students require more trainning regarding PPE usage as reflected in the results shown above. Attitude, risk perception and -confidence are found to be collated with good PPE compliance. Understanding these factors would help develop trainning plans specific to FKUI clinical students. Focusing on improving these factors that has correlation with PPE compliance to develop trainning methods would help increase safety and ensure students receive high quality medical education instead of taking sick leaves.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Maulana Wildani
"Gangguan menstruasi terjadi akibat disregulasi hormon yang terjadi dalam tubuh dan memberikan dampak pada wanita usia produktif, termasuk mahasiswi kedokteran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan menstruasi, dan stress psikologis merupakan salah satu penyebabnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa mahasiswi kedokteran rentan mengalami tingkat stress yang tinggi, dan hal tersebut berhubungan dengan kejadian gangguan menstruasi. Terdapat sedikit studi yang membahas mengenai hubungan antara gangguan menstruasi dengan tingkat stress pada populasi mahasiswi kedokteran di Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan menstruasi pada mahasiswi kedokteran dan hubungannya dengan tingkat stress. Kuesioner dibagikan untuk mengumpulkan data cross-sectional dari subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek dibagi menjadi populasi klinik dan preklinik, dan data akan dibagi menjadi data karakteristik subjek, parameter menstruasi, dan juga parameter nyeri haid. Terdapat proporsi yang besar terhadap tingkat pendarahan abnormal (59.0%) dan nyeri haid (67.0%). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dan tingkat kehilangan darah (p = 0.049). Studi analisis data menunjukkan hubungan bermakna antara stress psikologis dengan gangguan menstruasi yang ditandai dengan tingkat pendarahan abnormal.
......Menstrual disorder happens as hormonal dysregulation occurred inside the body and it affects women in productive age, including medical students. There are many factors that influence the occurrence, and psychological stress is one of them. Studies shows that medical students are prone to high level of stress, and it correlates with the occurrence of menstrual disorder. There are few researches that discuss correlation between menstrual disorder and level of stress on Indonesian medical students’ population. This study aims to find the prevalence of menstrual disorder among female medical student and its correlation with psychological stress. Questionnaire were distributed to collect cross-sectional data from subjects who had fulfilled inclusion and exclusion criteria. Subjects will be divided into clinical and preclinical population and the data will be classified into subjects’ characteristics, menstruation parameters, and dysmenorrhea parameters. There are large proportions of subjects who experienced abnormal blood loss (59.0%) and dysmenorrhea (67.0%). There was significant association between level of stress and amount of blood loss (p = 0.049). Study data analysis showed statistically significant association of psychological stress with menstrual disorder that is marked by abnormal blood loss."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doria Putri Anny
"ABSTRAK
Masalah efek paparan formalin terhadap kesehatan manusia masih belum mendapat perhatian khusus di Indonesia terutama terhadap para individu yang terpapar formalin akibat kerja seperti mahasiswa kedokteran yang terpapar formalin dari kadaver praktikum. Hal ini terlihat dari kurangnya penelitian mengenai keluhan subjektif yang timbul akibat penggunaan formalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan timbulnya keluhan subjektif menggunakan preparat kering (tanpa formalin) dan preparat basah (berformalin). Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan subjek penelitian yaitu semua mahasiswa (total sampling; n=154). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan keluhan subjektif mahasiswa secara bermakna ( Marginal Homogenity test; p<0,05) antara penggunaan preparat kering (82/154 atau 53,2%) dan penggunaan preparat basah (130/154 atau 84,4%). Keluhan subjektif terbanyak (81,2%) terjadi selama praktikum dengan preparat basah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan proporsi mahasiswa yang mengeluhkan adanya keluhan subjektif pada penggunaan preparat basah.

ABSTRACT
Until now, the effects of formaldehyde exposure on human still become coexistence occupational health problem in Indonesia, especially for medical student who frequently exposed to formaldehyde used in anatomy laboratory for cadaver embalming. Lack of research on subjective complaints arising from the use of formaldehyde shown that special attention has not given on this problem. The aim of this research was to know the different effects of wet (with formaldehyde) and dry (without formaldehyde) preparations to student’s subjective complaints during work in anatomy laboratory. The method was cross-sectional study included all medical students (total sampling; n=154) who were working in anatomy laboratory during musculosceletal module in 2012. The result of this study showed that there was significance difference (Marginal homogenity test; p<0,05) of subjective complaining between using wet (130/154 or 84,4%) and dry (82/154 or 53,2%) preparations. Furthermore, it showed that most of subjective complaint of wet preparation is in a mild degree 81,2%. From this study, it concluded that there was an increase proportion of students who have subjective complaint from using wet preparation."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Helisa Rachel Patricie
"ABSTRACT
Stereotip dan stigma di kalangan masyarakat terhadap penyakit kejiwaan telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia. Stigma ini melingkupi bagaimana pengobatan psikiatri dipercayai kurang dasar ilmiah dan tidak efektif dalam hal menyembuhkan para pasien. Kepercayaan tersebut telah banyak mempengaruhi sikap tenaga kerja kesehatan yang merawat pasien psikiatri. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia untuk mengetahui apakah sikap tersebut dapat ditingkatkan dengan durasi pendidikan dan keterpaparan terhadap rotasi klinik psikiatri. Metode yang digunakan adalah potong lintang dengan kuesioner Perceptions of Psychiatry, dengan subyek mahasiswa kedokteran di tahun pertama, ketiga, keempat dan mahasiswa kedokteran pada tahun internship Universitas Indonesia. Data dianalisis dengan metode distribusi frekuensi chi-square. 224 siswa telah menyelesaikan kuesioner. Dua pertanyaan memiliki hasil signifikan di antara empat golongan mahasiswa tersebut (p<0.05), yang brhubungan dengan fasilitas spesial para pasien dan rumah sakit jiwa yang menyerupai penjara. Terlepas dari itu, pandangan dan sikap mengenai perawatan psikiatri ditemukan membaik secara positif pasca rotasi klinik psikiatri meskipun dengan perbedaan yang tidak signifikan.

ABSTRACT
The stereotype and stigma circulating mental illness among the public have become a global healthcare problem. This stigma includes how psychiatric treatment is believed to have a lack of good evidence and ineffective in treating the patients. This belief has influenced the attitudes of health professionals toward psychiatric patients. This research is done on the medical students of Universitas Indonesia to identify the view of medical students towards psychiatric treatment and to see whether the attitude may differ with the duration of exposure to a psychiatric rotation. The research is done in a cross-sectional method using the Perceptions of Psychiatry questionnaire, with medical students in their first, third, fourth, and internship year as the subjects. The data were analyzed by using frequency distribution method chi-square analysis to compare all four groups. 224 students completed the questionnaire. Two questions have significant results (p<0.05) by correlating between before and after rotation responses related to specialized psychiatric facilities and prison-like psychiatric hospitals. In spite of that, the views and attitudes concerning psychiatric treatment are found positively improved post-clerkship even with insignificant differences."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Merdika Putri Kusuma
"ABSTRAK
Meskipun penyakit mental di masyarakat modern merupakan masalah yang terus berkembang dan ilmu psikiatri senantiasa memberikan banyak inovasi dan terobosan ilmiah, stigma terhadap disiplin ilmu psikiatri masih tinggi, khususnya bagi mahasiswa kedokteran. Mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa kedokteran terhadap disiplin ilmu psikiatri dan hubungan antar rotasi klinik serta lama waktu studi terhadap perbedaan pandangan penting untuk memberi gambaran ketersedian sumber daya kesehatan jiwa kedepannya dan kualitas perawatan pasien dengan penyakit jiwa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study menggunakan kuesioner yang berjudul Perception of Psychiatry. Subjek adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun pertama, keempat, kelima, serta alumni. Data yang diperoleh diolah dengan analisis chi-square atau fisher. Peneliti melihat perbedaan dan signifikansi antara data dari dua kelompok (sebelum-sesudah rotasi klinik, tahun pertama dan keempat, serta tahun kelima dan alumni) serta diantara dua gender berbeda (total subjek = 224). Hasil menunjukkan bahwa rotasi klinik dan lama waktu studi tidak mempengaruhi pandangan mahasiswa terhadap disiplin ilmu psikiatri secara signifikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mayoritas dari responden yang terdiri dari mahasiswa dan alumni memiliki pandangan yang baik terhadap disiplin ilmu psikiatri dan gender memiliki peran dalam pandangan responden terhadap ilmu psikiatri, dengan responden wanita memiliki pandangan lebih positif dibandingkan pribadi.

ABSTRACT
Despite mental illnesses continue to be emerging problems in modern society, stigma towards psychiatry as a discipline is still high, especially amongst medical students. Identifying the attitudes of medical students towards psychiatry discipline also relation between exposure to psychiatric clerkship and length of medical training are very important for portraying the adequacy of mental healthcare workforces and the quality of care for mental illness patients further in Indonesia. This study used cross-sectional method, utilizing questionnaire titled Perception of Psychiatry. Subjects are students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia from first, fourth, fifth-year along with alumni. Attained data were analysed using chi-square or fisher method. Researchers investigated the differences between two sample groups (before- and after clinical rotation, first- and fourth-year, fifth-year and alumni) and between different genders of respondents (total subjects=224). Results showed that clinical rotation and duration of medical training did not affect the views of medical students towards the discipline of psychiatry in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. The majority of responses showed positive attitudes towards the discipline of psychiatry and genders do play a role in determining the views of students towards psychiatry discipline, with female tends to have more positive attitude compared to male respondents."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Robbyah Nauli Mansur
"Bercampurnya mahasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda seperti suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat dapat memungkinkan terjadinya kontak antar budaya, yang berpotensi menimbulkan gegar budaya. Gegar budaya adalah perasaan kehilangan, kebingungan, dan rasa tidak mampu karena individu memasuki lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan stres yang merupakan masalah yang paling sering dialami oleh mahasiswa kedokteran. Penanganan terhadap stres atau mekanisme koping yang baik membuat seseorang dapat beradaptasi terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara mekanisme koping dan strategi adaptasi terhadap culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa asal luar Jawa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2015-2018. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan total samplingdari mahasiswa asal luar Jawa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2015-2018. Responden diminta secara sukarela untuk mengisi kuesioner Brief COPE, kuesioner strategi adaptasi, dan kuesioner gegar budaya yang telah divalidasi di penelitian sebelumnya dan diujicoba dalam penelitian ini. Jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan lengkap dan benar adalah 91 responden (response rate= 95%). Terdapat korelasi positif yang bermakna antaradysfunctional coping/maladaptive coping dengan kejadian gegar budaya (r=0,284, p=0,006). Sebaliknya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara strategi adaptasi dengan gegar budaya (p>0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwadysfunctional coping/maladaptive copingmemiliki korelasi positif yang bermakna dengan kejadian gegar budaya, namun strategi adaptasi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian gegar budaya.

The mixed of students who come from different ethnicities, religions, languages, and customs enable intercultural contact, which may lead to culture shock. Culture schock can be defined as a feeling of loss, confusion, and a sense of inadequacy because individuals enter a new environment. It can cause stress which is the most common problem experienced by medical students. Response to stress or coping mechanism enables someone to adapt to their environment. The purpose of this study is to assess the relationship between coping mechanisms and adaptation strategies with culture shock of students from out of Java in Faculty of Medicine Universitas Indonesia from academic year 2015 to 2018. This study was a cross sectional study with a total sampling of students whocome out of Java in Facultyof Medicine Universitas Indonesia from Academic Year 2015to 2018. A total of 91 respondents (response rate = 95%) completedthe BriefCOPE, Adaptation Strategies, and Culture Shock questionnairesthat had been validated in previous studies. There was a significant positive correlation between dysfunctional/maladaptive coping and the incidence of culture shock (r = 0.284, p = 0.006). On the other hand, there is no significant relationship between adaptation strategies and culture shock (p> 0.05). This study shows that dysfunctional/maladaptive coping correlates positively with culture shock whereas adaptation strategy does not correlate with culture shock."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakira Amirah
"Latar Belakang Persepsi mahasiswa berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang ada. Seiring dengan perubahan dan peralihan sistem pembelajaran menuju sistem pembelajaran bauran, staf pengajar mengalami penyesuaian peran. Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi mahasiswa preklinik pendidikan kedokteran FKUI terhadap peran staf pengajar di masa pembelajaran bauran. Metode Pendekatan kualitatif dengan desain studi fenomenologi digunakan untuk mengeksplorasi persepsi mahasiswa preklinik FKUI terhadap peran staf pengajar dalam masa pembelajaran bauran. Focus group discussion (FGD) dilakukan pada mahasiswa preklinik, dengan minimal dua FGD dari setiap tingkatannya. Setelah pengumpulan data, dilakukan member checking dan analisis tematik berdasarkan transkripsi FGD yang dilakukan secara verbatim. Hasil Hasil penelitian ini diperoleh melalui enam FGD yang melibatkan 44 narasumber dari mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UI dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan IPK mahasiswa. Dari hasil penelitian ini didapatkan tiga tema besar, yakni (1) Komunikasi dan interaksi staf pengajar dengan mahasiswa dalam pembelajaran bauran, (2) Faktor staf pengajar dalam memfasilitasi pembelajaran bauran, dan (3) Adaptasi staf mengajar dan mahasiswa dalam pembelajaran bauran. Kesimpulan Pembelajaran bauran memberikan fleksibilitas pada staf pengajar dan mahasiswa dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Apa pun pendekatan pembelajarannya dan peran staf pengajar yang diterapkan, mahasiswa mengharapkan staf pengajar yang mendorong partisipasi aktif mereka dalam pembelajaran di berbagai kesempatan.
......Introduction Students' perceptions are closely related to the existing learning process. Along with the change and transition of the learning system towards a blended learning system, teaching staff have changing roles. This study aims to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in the blended learning period. Method A qualitative approach with a phenomenological study design will be used to explore the perceptions of FKUI preclinical students on the role of teaching staff in blended learning environment. Focus group discussions (FGD) will be conducted for pre-clinical students, with a minimum of two FGDs from each study year. After data collection, member checking and thematic analysis will be carried out based on the FGD verbatim transcripts. Results These research results were obtained through six Focus Group Discussions (FGD) involving 44 informants, including pre-clinical students from the Faculty of Medicine at the University of Indonesia, taking into account the students' gender and GPA. From this research, three major themes were identified, namely (1) Communication and interaction between teaching staff and students in blended learning, (2) Factor of teaching staff in facilitating blended learning, and (3) The adaptation of teaching staff and students in blended learning. Conclusion The blended learning provides flexibility for teaching staff and students in communication and interaction. Regardless of the learning approach and the role of the teaching staff applied, students expect teaching staff to encourage their active participation in learning on various occasions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>