Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Shintya Dewi P. Nindi
Abstrak :
Prinsip tepat administrasi obat dilakukan untuk menghindari kesalahan medikasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan belum seluruhnya menerapkan prinsip tersebut saat praktik di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi determinan penerapan keamanan medikasi pada mahasiswa profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2012-2013. Desain penelitian ini berupa deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan teknik sampel accidental sampling pada 111 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen modifikasi pada penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan SPO memiliki hubungan yang signifikan dengan penerapan keamanan medikasi (p=0,023; 95%CI=1,211-5,700). Sedangkan tingkat pengetahuan (p=0,578; 95%CI=0,627-2,835), ketersediaan fasilitas (p=0,303; 95%CI=0,745-3,580), dan supervisi (p=0,705; 95%CI=0,587-2,640) tidak berhubungan dengan penerapan keamanan medikasi. Penerapan keamanan medikasi perlu mendapat perhatian dari institusi pendidikan, institusi pelayanan kesehatan, dan mahasiswa keperawatan untuk mencegah terjadinya kesalahan medikasi. ...... Principles of rights drug administration must be attention to avoid medication errors. Several studies have shown that nursing students have not fully implemented the principle of current practice in the hospital. This study aim to identify the determinants implementation of medication safety by clinical students in the Faculty of Nursing University of Indonesia 2012-2013. The design of this research was a descriptive correlative with cross-sectional sample using accidental sampling technique on 111 respondents. Researcher used a modification of the previous research instrument for collecting data. The results of this research showed that the availability of SPO had a significant association with the implementation of medication safety (p=0,023; 95%CI=1,211-5,700). While the level of knowledge (p=0,578; 95%CI=0,627-2,835), availability of facilities (p=0,303; 95%CI=0,745-3,580), and supervision (p=0,705; 95%CI=0,587-2,640) were not associated with the implementation of medication safety. Implementation of medication safety requires attention from educational institutions, health care institutions, and nursing students to prevent medication errors.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Laili Nurhidayat
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang: Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan: Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge; 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney-U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman ?=5 . Hasil: Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan: Laju alir saliva memiliki perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva.
ABSTRACT
Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman 5 . Hasil Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi tidak pada pada derajat keasaman dan kapasitas dapar. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar jenis penyakit sistemik dan medikasi yang dikonsumsi subjek. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding laju alir tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan Laju alir tanpa stimulasi dan terstimulasi, memiliki perbedaan yang bermakna antara laki laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopher Reynaldo
Abstrak :
Tingginya jumlah penyakit di Indonesia membutuhkan penanganan yang cepat dan efektif, sayangnya medikasi yang tersedia saat ini walau efektif dapat berdampak buruk apabila digunakan terus-menerus. Sebagai contoh, obat kemoterapi yang digunakan untuk menangani kanker apabila digunakan terus-menerus dapat menyebabkan rambut rontok dan disfungsi neurologi. Dibutuhkan pengembangan medikasi baru dengan efek samping yang lebih ringan dan mudah didapat secara lokal, salah satu kandidat medikasi baru yang berpotensi adalah racun binatang yang bersumber dari Calloselasma rhodostoma. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas terhadap racun dan peptida turunan C. rhodostoma sebagai anti bakteri, anti jamur dan anti kanker dengan metode difusi cakram Kirby Bauer terhadap Escherichia coli dan Candida albicans serta metode MTT Assay terhadap sel kanker payudara Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7). Hasil penelitian menunjukkan besar zona inhibisi untuk jamur dan bakteri sebesar kontrol negatifnya, hal ini menandakan bahwa racun dan peptida yang diuji tidak memiliki aktivitas anti bakteri maupun anti jamur pada konsentrasi yang diuji berdasarkan dengan Lethal dose (LD50). Sedangkan untuk hasil uji kanker didapatkan beberapa peptida dapat menginhibisi sel MCF-7 berdasarkan nilai Half-maximal inhibitory concentration (IC50). Peptida tersebut yaitu IK8 dengan IC50 sebesar 18,82 ppm, LK16 dengan IC50 sebesar 63,18 ppm dan peptida VK10 dengan IC50 sebesar 180,67 ppm. ......The high number of diseases in Indonesia requires fast and effective treatment, unfortunately the currently available medications, although effective, can have a negative impact if used continuously. For example, chemotherapy drugs used to treat cancer if used continuously can cause hair loss and neurological dysfunction. It is necessary to develop new medications that have milder side effects and are easy to procure locally. Such potential for new medication candidate is animal venom sourced from C. rhodostoma. In this study, activity test was carried out on toxins and peptides derived from C. rhodostoma as anti-bacterial, anti-fungal and anti-cancer using the Kirby Bauer Disk Diffusion method against Escherichia coli and Candida albicans and using MTT Assay method against Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7). The results of the study showed that the inhibition zone for fungi and bacteria had the same value as the negative control, this indicates that the toxins and peptides tested did not have anti-bacterial or anti-fungal activity at the concentrations tested based on lethal dose (LD50). Meanwhile, for cancer test results, it was found that several peptides could inhibit MCF-7 cells based on the Half-maximal inhibitory concentration (IC50) value. These peptides were IK8 with IC50 of 18,82 ppm, LK16 with an IC50 of 63,18 ppm and VK10 with IC50 of 180,67 ppm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library