Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Halimah
Abstrak :
Kota metropolitan memberikan kemudahan akses bagi antarkota dan antarkabupaten untuk saling terhubung satu sama lain dan hal tersebut memberikan dampak terhadap masyarakat kota untuk melakukan mobilitas non permanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi seberapa besar pekerja perempuan dalam rumah tangga berkarir ganda terjebak secara spasial dibandingkan laki-laki. Jebakan spasial (spatial entrapment) adalah fenomena terjebaknya perempuan dalam jarak tempuh yang lebih pendek dan waktu tempuh yang lebih singkat. Kajian ini menggunakan data mikro dari Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2018 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS). Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui analisis tabulasi silang. Kemudian, analisis inferensial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara inferensial. Model analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi multinomial logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan terperangkap dalam jarak perjalanan yang lebih pendek dan waktu perjalanan yang lebih singkat apabila pendapatan laki-laki lebih tinggi, meskipun ia memiliki status kerja formal di setiap wilayah metropolitan. Pendidikan laki-laki yang lebih tinggi, moda transportasi publik maupun privat yang digunakan perempuan, dan jumlah anggota rumah tangga juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap terjebaknya perempuan dalam mobilitas kerja di wilayah metropolitan. ......Metropolitan cities provide to easy access for intercity and inter-districts to connect with each other and it has an impact on urban communities to carry out nonpermanent mobility. This study aims to identify how much female workers in double career households are spatially trapped than men. Spatial entrapment is the phenomenon of being trapped by women in shorter distances and shorter travel times. This study uses micro data from the 2018 National Labor Force Survey (SAKERNAS) conducted by the Central Bureau of Statistics (BPS). The research uses quantitative approach, descriptive analysis and inferential analyses. Descriptive analysis to see the relationship between the independent variable and the dependent variable through cross tabulation analysis. Then, inferential analysis is used to determine the effect of the independent variable on the dependent variable inferentially. The inferential analysis model used in this study is multinomial logit regression. The results show that women are trapped in shorter travel distances and shorter travel times when men's income is higher, even though they have formal employment status in each metropolitan areas. The higher education of men, the modes of public or private transportation used by women, and the number of household members also have a significant effect on women's entrapment in work mobility in metropolitan areas.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Alamsyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola mobilitas non-permanen tenaga kerja di kawasan metropolitan antara sebelum dan selama pandemi Covid-19. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh faktor individu dan faktor daerah asal dan tujuan pekerja terhadap keputusan pilihan pola mobilitas non-permanen selama pandemi. Adapun data yang digunakan adalah Sakernas 2019, 2020, dan 2021. Metode penelitian menggunakan regresi multinomial logistik. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan pola mobilitas non permanen di kawasan metropolitan Indonesia selama pandemi melanda. Faktor yang mempengaruhi pola mobilitas komuter selama pandemi adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sektor lapangan pekerjaan, klasifikasi daerah tempat tinggal, serta pertumbuhan PDRB. Sementara, faktor yang mempengaruhi pola mobilitas sirkuler selama pandemi melanda adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, bekerja di sektor manufaktur, klasifikasi daerah tempat tinggal, serta pertumbuhan PDRB. ......This research aims to analyze the changes in the patterns of non-permanent labor mobility in metropolitan areas before and during the Covid-19 pandemic. The study also examines the influence of individual factors and factors related to the workers' origin and destination areas on the decision to choose non-permanent mobility patterns during the pandemic. The study utilizes data from Sakernas (National Labor Force Survey) for the years 2019, 2020, and 2021. The research methodology employed in this study is multinomial logistic regression. The findings of this research reveal a notable decline in non-permanent mobility patterns in Indonesian metropolitan areas during the pandemic. Factors that influence commuter mobility patterns during the pandemic include age, gender, education level, employment status, employment sector, residential area classification, and regional gross domestic product growth. Meanwhile, factors that affect circular mobility patterns during the pandemic include age, gender, marital status, education level, employment status, working in the manufacturing sector, residential area classification, and regional GDP growth.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widaryatmo
Abstrak :
Mobilitas penduduk intemal mengacu pada perpindahan penduduk antarbatas wiiayah administratif dalam satu negara dan dibedakan ke dalam dua tipe yaitu mobilitas penduduk permanen dan mobilitas penduduk non permanen. Penelitian kuantitatif tentang mobilitas penduduk di Indonesia yang masih sangat sedikil, hampir seluruhnya menganalisis mobilitas permanen. Sejak tahun 2007, SAKERNAS sudah mencakup peristiwa mobilitas non permanen yang terbatas pada mobilitas pekerja. Untuk melengkapi studi yang kebanyakan mengamati migrasi, studi ini ingin mempelajari hubungan atau asosiasi antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kawin, status pekerjaan, sektor pekerjaan pertumbuhan PDRB, tempat tinggal, share sektor industri, terhadap keputusan mobilitas non perrnanen pekerja. Disamping ingin menganalisis karakteristik dan peluang mobilitas non permanen pekerja Indonesia. Dengan menggunakan regresi multinomial logistik ingin dilihat kecenderungan resiko tiap kategori variabel penjelas dalam kaitannya menjadi komuter atau migran sirkuler. Pekerja di Indonesia lebih banyak bekerja di lokasi yang sama dengan lokasi tempat tinggalnya yaitu dalam satu kabupaten/kota (slayers) sebanyak 93,4 persen. Sisanya sekitar 6,6 persen merupakan pelaku mobilitas non permanen (movers), yaitu 4,0 persen sebagai komuter dan 2,7 persen sebagai migran sirkuler. Perbandingan antara komuter dan migran sirkuler menjadi 60:40. Ketika mengikuti pola fungsi kuadrat, semakin tua kecenderungan pekerja untuk melakukan mobilitas non permanen semakin kecil. Mereka yang cenderung melakukan komutasi atau sirkulasi adalah pekerja Iaki-laki, pekerja yang berstatus kawin, bekerja di sektor formal, pekerja manufaktur atau servis dan tinggai di daerah dengan pertumbuhan ekonomi dan tingkat industrialisasi lebih rendah. Pola berbeda terjadi menurut tingkat pendidikan dan tempat tinggal. Pekerja yang tinggal di perkotaan lebih cenderung melakukan komutasi sebaliknya yang tinggal di perdesaan lebih cenderung melakukan sirkulasi. Berdasarkan tingkat pendidikannya, semakin tinggi semakin cenderung untuk komutasi sebaliknya semakin rendah semakin cendenmg untuk sirkulasi
In migration there are known to be two types of mobility i.e. permanent mobility and non permanent mobility. The aim of this study is to analyize non permanent mobility. Non permanent mobility is the mobility between administratif boundary in the same country. In the past there have not been many researches on non-permannet mobility. This maybe due to the lack of availability on national data on this matter. But since 2007 the SAKERNAS (Survei on National Labor Force) has included questions about non-permanent mobility. There still are some limitation due to that the respondents surveyed were only those who were workers. This study would like to analyze the association between age, gender, education, marital status, job status, economic growth, residence, share of industrial sector to the migration decisions among non permanent residence, The analysis is conducted by multinomial logistics regression. The Sakernas data shows that 93.4 percent of the respondents are working and living in the same regency. And only 6.6 percent are non permanent migrants, in which among those non permament migrants, 4.0 percent are commuters and 2.7 percent as circular migrants. The quantitative results reviels that the older the migrant the smaller the probability of conducting commuting or circular migration. The reslut also shows that men, that are married, working in the formal sector, who are manufacture or service workers, who are living in areas with lower economic growth and lower industrialization rate have higher tendency to commute. By educational background, the higher their educational attainment the higher their tendency to commute but at the contrary the higher their educational attainment the lower their tendency to circulate. And by residential characteristic, those living in rural areas have higher tendency to circulate then for those living in the urban areas.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T21076
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library