Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sahari
"ABSTRAK
Peranan dan kedudukan angkatan bersenjata yang demikian vital bagi suatu bangsa, khususnya sebagai alat tahanan dan keamanan negara, telah menyebabkan ia perselalu menjadi tumpuan kehidupan negara. Hal itu, terutama semakin terbukti bila negara yang bersangkutan berada dalam situasi bermusuhan dengan negara lain. Dalam konteks seperti tersebut pula kasus modernisasi militer RRC terjadi. Perubahan sifat hubungan yang semula bersahabat dan kemudian bermusuhan dengan US, telah menyebabkan RRC pada posisi-terancam oleh, kekuatan militer US. Fenomena seperti itu terjadi dengan adanya perang perbatasan pada tahun 1969, yang kemudian diikuti oleh peningkatan drastis kapasitas militer US di perbatasan RRC. Sebagai konsekuensi dari permusuhan tersebut, US kemudian menghentikan semua bantuan dan kerjasama militer dengan RRC yang meliputi berbagai bidang. Tindakan US itu nyebabkan angkatan bersenjata RRC (TPR) terbelakang peralatan perang, sehingga harus berdikari dalam ;pengadaan kebutuhan persenjataannya. Namun akhirnya RRC jalan keluar setelah AS memanfaatkan medalam mendapatkan permusuhan RRC-US demi kepentingan strategis Barat. Untuk itu AS d.an sekutu-sekutu Eropa Baratnya bersedia membantu RRC memodernisasi militernya. Sebaliknya AS menuntut RRC mencegah ambisi hegemoni US di Asia Pasifik. Dalam menelaah permasalahan yang menjadi isi skripsi ini digunakan dua kerangka teori. Pertama, nasional dari Hans 3. Morgenthau, dalam bentuk tai teori keamanan mempersenjadiri (armament). Selanjutnya dilengkapi oleh teori aliansi dari K.J. Holsti."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Agus Yuliartono
"Modernisasi militer China adalah bagian dari kekuatan militer yang terus dikembangkan oleh militer China. Kekuatan militer China ditujukan untuk menjaga kedaulatan negara, menjaga kepentingan nasional, menjaga sumber-sumber energi dan berfungsi sebagai kekuatan regional. Untuk mencapai tujuan tersebut, China memerlukan strategi militer guna menghadapi kekhawatiran akan persepsi ancaman Cina dengan melakukan diplomasi bahwa China merupakan kekuatan damai, militer China juga aktif dalam peran internasionalnya.
Tesis ini mencoba membahasa strategi militer China dalam terhadap kekuatan hegemoni besar AS dan aliansinya. Dengan memakai pendekatan realis, penulis berusaha memahami strategi pertahanan dan militer China dalam menjaga kepentingan nasionalnya.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif analistis melalui penelitian kepustakaan. Kekuatan militer AS yang dominan menebabkan strategi yang digunakan oleh China tidak konfrontatif tetapi bersikap low profile. China juga mengembangkan strategi peaceful rising dalam mengcounter persepsi Ancaman China. Dengan terus menaikan anggaran militernya pertahunnya dan melakukan modernisasi militer China, China dapat menjadi kekuatan regional mengimbangi dominasi pertahanan AS dan aliansinya.

The modernisation of the China military was part of the strength of the military that continued to be developed by the China military. The strength of the China military was aimed to maintain the sovereignty of the country, maintain the national interests, maintain sources of energy and function as the regional strength. To achieve this aim, China needed the military strategy in order to faces the concern would the perception of the Chinese threat by carrying out diplomacy that China was the strength of peace, the China military was also active in his international role.
This thesis tried to explain the China military strategy in towards the strength of big US hegemony and his alliance. By using the realist's approach, the writer tried to understand the defence strategy and the China military in maintaining his national interests.
The research method that was used by the writer was descriptive analistis through the bibliography research. The strength of the US military that was dominant so the strategy that was used by China not confrontational but have an attitude low profile. China also developed the strategy peaceful rising countering the perception of the China Threat. By continue rising the budget of his military every year and carried out the modernisation of the China military, China could become the regional strength matched the domination of the US defence and his alliance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T26253
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aldrin Erwinsyah
"Modernisasi militer China adalah bagian dari kekuatan militer yang terus dikembangkan oleh militer China. Kekuatan militer China ditujukan untuk menjaga kedaulatan negara, menjaga kepentingan nasional, menjaga sumber-sumber energi dan berfungsi sebagai kekuatan regional.Untuk mencapai tujuan tersebut, China memerlukan strategi militer guna menghadapi kekhawatiran akan persepsi ancaman China dengan melakukan diplomasi bahwa China merupakan kekuatan damai, militer China juga aktif dalam peran internasionalnya.
Tesis ini mencoba membahas pengaruh modernisasi militer China terhadap kebijakan Amerika Serikat di Asia Pasifik. Dengan memakai pendekatan realis, penulis berusaha memahami strategi pertahanan dan militer China dalam menjaga kepentingan nasionalnya. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif analistis melalui penelitian kepustakaan. Kekuatan militer AS yang dominan menebabkan strategi yang digunakan oleh China tidak konfrontatif tetapi bersikap low profile. Dengan terus menaikan anggaran militernya pertahunnya dan melakukan modernisasi militer China, China dapat menjadi kekuatan regional mengimbangi dominasi pertahanan AS dan aliansinya di Asia Pasifik.

The modernisation of the China military was part of the strength of the military that continued to be developed by the China military. The strength of the China military was aimed to maintain the sovereignty of the country, maintain the national interests, maintain sources of energy and function as the regional strength. To achieve this aim, China needed the military strategy in order to faces the concern would the perception of the Chinese threat by carrying out diplomacy that China was the strength of peace, the China military was also active in his international role.
This thesis tried to explain the impact of the China?s military modernization towards United States policies in the Asia Pacific region. By using the realist's approach, the writer tried to understand the defence strategy and the China military in maintaining his national interests. The research method that was used by the writer was descriptive analistis through the bibliography research. The strength of the US military that was dominant so the strategy that was used by China not confrontational but have an attitude low profile. China also developed the strategy peaceful rising countering the perception of the China Threat. By continue rising the budget of his military every year and carried out the modernisation of the China military, China could become the regional strength matched the domination of the US defence and his alliance."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29236
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Anggraini Sadjito
"Dalam bagian dari sejarah Cina, terdapat sekelompok manusia yang mendapat sebutan sebagai warlord. Apa dan siapakah warlord itu ? Warlord adalah militer Cina yang mempunyai karakteristik khusus karena kekhususan mereka inilah, Warlord merupakan sesuatu kelompok yang menarik untuk dipelajari. Warlord adalah istilah yang diberikan oleh bangsa barat kepada militer Cina yang berkuasa di suatu daerah, mempunyai tentara pribadi, dan sering saling berperang. Istilah ini mulai diberikan kepada mereka pada tahun 1916, ketika pemimpin mereka yaito Yuan Shikai meninggal dunia. Dalam makalah ini penulis menggunakan istilah warlord dengan pertimbangan bahwa tidak ada istilah yang dapat menggantikan istilah ini baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Cina. Menurut Lucian Pye dalam bukunya yang ber judul Warlord Politic Conflict And coalition in the modernization of Republican China. Yang disebut Warlord yang disebut sebagai warlord dalam bahasa Cina adalah para Tujun atau gubenur militer propinsi. Tetapi James E. Sheridan dalam bukunya yang berjudul Chinese Warlord the Carrier of Feng Yuh-siang berpendapat bahwa Tujun memang merupakan pelaku utam adari warlord itu sendiri. Namun tidak semua warlord itu merupakan gubernur militer. Ada diantara mereka yang menjabat sebagai perdana menteri, presiden. Sedangkan istilah bahasa Indonesia yang tepat untuk warlord tidak ada. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia karya Hassan Shadily, istilah Warlord diterjemahkan sebagai panglima perang. Apabila penulis menggunakan istilah ini pun rasanya tidak tepat, karena seperti telah disebutkan diatas, tidak semua warlord adalah panglima. Karena alasan-alasan itulah maka penulis tetap menggunakan istilah warlord. Warlord mempunyai ciri khas, yaitu seorang warlord dapat berkuasa karena mempunyai tentara pribadi. Seorang warlord sebagai komandan, mempunyai kekuasaan yang besar, dan karena umumnya para tentara yang dimiliki oleh para warlord setia kepada atasannya, maka tentara yang dimiliki oleh para warlord sering disebut tentara pribadi. Seorang warlord harus mempunyai kepribadian yang kuat, keberanian, dan juga bakat untuk memimpin. Memang harus di akui timbulnya warlord saat itu banyak dipengaruhi situasi Negara Cina yang kacau sesudah revolusi 1911. Hal yang sangat dianggap penting oleh para warlordadalah bagaimana mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Karena itu, seoranq warlord harus mempunyai tentara yang jumlahnya cukup besar, untuk mencapai hal ini, seorang warlord biasanya merekrut calon-calon dari daerah mereka tinggal karena situasi yang buruk pada saat itu, maka tidak sedikit penduduk yang memilih hidup sebagai tentara. Selain itu, seorang warlord juga sering memasukkan musuh-musuhnya yang kalah perang ke dalam bala tentaranya sendiri. Hal lainnya yang dianggap penting ialah hak berkuasa atas suatu daerah. Hal ini disebabkan karena untuk dapat mendirikan suatu basis mi l i ter, maka warlord tersebut harus berkuasa di daerah tersebut. Seorang warlord yang berkuasa dapat menarik pajak di daerah yang di kuasainya. Hal ini di lakukannya selain untuk kekayaan pribadi, untuk dana membiayai tentara-tentaranya, dan juga untuk biaya amunisi. Jadi dapat disebut kekuasaan seoranq warlord bergantung dari dua hal yaitu tentara dan daerah. Atau dengan kata lain seorang warlord membutuhkan tentara untuk mempertahankan kekuasaannya sehingga ia dapat membiayai tentaranya. Seorang warlord umumnya berambisi, namun tidak semua warlord mementingkan ambisi pribadi, ada juga warlord yang memperhatikan kepentingan nasional. Tetapi ada juga warlord yang bertingkah seperti bandit, mereka merampok penduduk. Pernah pula disebutkan, seorang warlord adalah seorang kepala bandit yang telah memahami pengetahuan kemiliteran dan dapat berkuasa di suatu daerah. Penulis tertarik untuk membahas para warlord karena mereka merupakan kelompok yang mempunyai ciri-ciri khas yang menunjang kekuasaan mereka. Misalnya, dari kelompok militer Beiyang telah lahir beberapa pemimpin negara Republik Cina. Kelompok ini sering dianggap sebagai kelompok perusak persatuan negara dan sewenang-wenang terhadap rakyat. Namun apapun alasannya, kelompok ini mempunyai peran yang tidak sedikit pada awal berdirinya Republik Cina. Chi Hsi-seng dalam bukunya yang berjudul Warlord Politics in China 1916-1928 berpendapat: seorang militer terhormat, biasanya tidak juga di sebut warlord, karena istilah ini umumnya mengacu pada militeris yang bersifat buruk. Namun, dalam makalah ini penulis akan tetap memperlihatkan istilah warlord sesuai dengan periode yang di bahas, tanpa menunjuk apakah ia militer yang bersifat baik atau buruk. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran proses kebangkitan dan pembentukkan kelompok warlord Cina, bagaimana mereka membangun militerisme di Cina, sampai mereka dapat berkuasa. Hal ini merupakan hal penting karena periode warlord merupakan periode transisi dari jatuhnya monarkhi dinasti Qing sampai timbulnya golongan komunis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library