Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Djauhari Tajibnapis
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1981
S16545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andarini
"Karya Akhir ini ditulis beranjak dari permasalahan bahwa faktor ketidakpastian nilai tukar dan tingkat suku bunga menimbulkan risiko bisnis yang cukup tinggi pada transaksi yang dilakukan oleh Dealing Room, Banyak fakta mengungkapkan bahwa tidak sedikit bank yang collaps akibat transaksi yang dilaksanakan oleh Dealing Room. Untuk itu dibutuhkan suatu penghitungan risiko agar dapat mengantisipasi kerugian buruk yang mungkin terjadi. Salah satu metode yang digunakan untuk risiko adalah dengan Value af Risk (VaR).
Tujuan dan penulisan ini adalah mcnghitung risiko atas 5 transaktsi yang dilakukan Dealing Room BRL yaitu transaksi spot US Dollar terhadap rupiah, Call money Rupiah dan Call Money US Dollar dengan jangh waktu avemight dan satu minggu, menghitung dana penyangga yang dibutuhkan untuk dapat mengcover risiko yang ditimbulkan (Capital at Risk =CaR) yang dilanjutkan dengan penghitungan pengaruh terhadap CAR (Capilal Adequacy Raiio) serta mcnentukan strategi yang dapat dilakukan atas hasil VaR dan Ca.R yang diperoleh."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Prayogo Suryohadibroto
Jakarta: Rineka cipta, 1995
346.07 IMA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meek, Paul
New York: NY (33 Liberty St., New York 10045) : Federal Reserve Bank of New York, 1982
332.495 4 MEE u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Meillyani S.
"Perusahaan yang memiliki arus kas dalam bentuk valuta asing akan mempunyai risiko terhadap fluktuasi valas. Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, Rupiah terdepresiasi terhadap hampir semua mata uang asing termasuk Dollar Amerika. Hal ini mempunyai dampak yang besar terhadap kondisi keuangan perusahaan yang melakukan perdagangan internasional, terutama perusahaan yang memiliki hutang dalam valuta asing, karena jumlah yang harus dibayar bertambah besar. Krisis ini menyebabkan perusahaan menanggung kerugian yang cukup besar.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengurangi risiko dari valuta asing adalah dengan menerapkan strategi hedging. Penelitian ini mencoba mengetahui Teknik hedging mana yang memberikan keuntungan kepada PT X untuk hutang impornya yang memiliki jatuh tempo 30 hari selama periode 2004 dengan membandingkan antara penerapan strategi forward contract hedging dengan money market hedging .
Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan tidak melakukan hedging PT X akan membayar total nilai hutang impornya adalah sebesar Rp. 15.582.756.237,55. Dengan Teknik forward contract hedging jumlahnya adalah sebesar Rp. 15.633.094.495,05. Sedangkan dengan Teknik money marker hedging adalah sebesar Rp. 15.854.059.322,01
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik forward contract maupun money market, ternyata tidak dapat meminimalkan risiko fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar America seperti yag diharapkan oleh manajemen PT X. Meskipun demikian, berdasarkan nilai inefisiensi yang dihasilkan, forward contract hedging menghasilkan inefisiensi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan money market. Di mana bila memilih Teknik forward contract hedging manajemen PT X akan lebih untung sebesar Rp. 220.964.826.9.
Strategi hedging yang diterapkan akan memberikan kepastian cash flow perusahaan meskipun terkadang tidak selalu membuat perusahaan untung. Untuk itu perusahaan harus membuat kebijakan hedging seperti penentuan Teknik apa yang akan diterapkan, batasan nilai hutang yang harus di-hedging dan mengurangi transaksi impor mereka serta meningkatkan transaksi ekspor agar perusahaan mampu menutupi nilai hutang valuta asingnya.

The company that has cash flow in foreign currency will face a risk from foreign currency fluctuation. Since economic crisis in Indonesia, Rupiah depreciated from all foreign currency especially US Dollar. It gave a big impact for corporate financial international trader. For a company which have payable in foreign currency this situation could make the company suffer big loss cause they have to pay more their payables than they should.
A company could use hedging strategy to minimize the risk from fluctuation of foreign currency. This research try to find which technique could give benefit for PT X's payable in foreign exchange that comes from import transaction which has maturity for 30 days during 2004. The purpose of this research is to compare between the use of forward contract and money market hedging.
According to the calculation, it is known that the company's payable in foreign exchange without hedging (open position) is Rp. 15.582.756.237,55. If company used forward contract so total of company's payable is Rp. 15.633.094.495,05. And it used money market total of company's payable is Rp. 15.854.059.322,01.
The conclusion is either forward contract and money market cannot minimize foreign exchange risk like management wish. But, forward contract hedging has less inefficiency compared to money mantel hedging.
Hedging strategy will guarantee company cash flow though sometimes it will not beneficial financially to the company. Thus, a company should employ hedging policy such as which hedging technique to be applied, the payable limitation that should be hedged, and reduce their import transactions and increase export transactions to cover company's payable in foreign exchange.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18248
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Companies that carry out international trade transaction will face a more complicated problem than when the companies only deal with a domestic market...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayanti
"Instrumen moneter yang ada saat ini tidak ada yang dapat diperdagangkan karena pembatasan dari peraturan, Undang-Undang dan prinsip dasar Islam. Penelitian ini bertujuan mengkonstruksi sebuah instrumen dengan menggunakan analisa profil Surat Berharga Negara Syariah (SBSN), analisa kebijakan moneter, analisa pasar uang antarbank syariah (PUAS) serta menghitung profil risiko instrumen ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dapat dilakukan konstruksi sebuah intrumen moneter dengan melakukan sekutirisasi SBSN dengan akad wakalah yang memberikan manfaat kepada pasar uang dengan profil risiko instrumen yang aman, dapat diperdagangkan dan fleksibel. Sekutirisasi SBSN merupakan alternatif instrumen dan memberikan manfaat terhadap perekonomian karena kemampuan merelokasi dana sektor keuangan ke sektor riil serta mendukung program pembangunan pemerintah serta meningkatkan pangsa pasar keuangan syariah secara menyeluruh.

Currenty, there are not monetary instrument that can be traded in Indonesia which is caused by the restriction of government regulation and also the basic principle of monetary in Islam. The research aim is to construct a tradable sharia instrumen by using SBSN analysis, monetary operation policy analysis, intra bank Islamic money market analysis, and also by calculating the instrument's risk profile.
Reseach shows that a flexible, secure, and tradable monetary instrument could be constructed by doing securitization with wakalah contract. Secutirization in SBSN as an alternative instrumen which can give the benefit to the economy because of its ability to relocate the monetary fund sector to the real sector. Moreover, this can support the government development program and increase market segment of sharia monetary as a whole.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Hadi Susmono
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bank-bank yang dianggap berisiko sebagai counterpart oleh bank lainnya dalam transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB , sehingga diharapkan dapat mencegah serta memitigasi potensi terjadinya risiko sistemik pada industri perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data transaksi intraday bilateral pinjam meminjam tanpa agunan dengan tenor overnight O/N yang diambil dari transaksi PUAB dengan periode observasi dari Januari 2008-Juni 2009. Dari hasil penelitian, berhasil diidentifikasi sebanyak 4 bank yaitu FI 81, FI 94, FI 3 dan FI 54 yang secara statistik signifikan menunjukkan signal risiko tertinggi di PUAB.Selain itu ditemukan juga bukti bahwa sebagian besar bank yang menunjukkan frekuensi signal yang tinggi umumnya bertindak sebagai net peminjam di PUAB, hal ini mengindikasikan bahwa bank tersebut terus-menerus menghadapi permasalahan likuiditas. Dari hasil regresi ditemukan juga bukti adanya hubungan negatif dengan tingkat kemiringan slope sebesar -0,93 antara besarnya share signal risiko terhadap Z Score. Dari hasil penelitian ini diharapkan metode ini dapat digunakan sebagai tools pelengkap dalam melakukan monitoring risiko individual bank selain dari angka rasio keuangan, serta dapat diaplikasikan sebagai Early Warning System EWS perbankan

ABSTRACT
The focus of this study is to identify which banks that are considered risky as counterpart by other banks in interbank money market transactions PUAB , and it is expected to prevent and mitigate the potential of systemic risk in the banking industry in Indonesia. In this research used intraday bilateral lending transaction without collateral data with overnight tenor O N taken from PUAB transaction with observation period from January 2008 to June 2009. Based on the research result, it was identified 4 banks, FI 81, FI 94, FI 3 and FI 54 which statistically show the highest sign of risk in PUAB.There is also evidence that most banks that exhibit high signal frequencies generally act as net borrowers in the interbank money market, indicating that banks are constantly facing liquidity problems. From the regression results found also evidence of a negative relationship with the level of slope 0.93 between the amount of risk signal share against Z Score. Hopefully the method from this study can be used as a complementary tool in monitoring individual bank risk apart from the financial ratio, and can be applied as the Early Warning System EWS banking"
2018
T49561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumanggor, Manumpan
"ABSTRAK
Pasar Modal di Indonesia enam tahun terakhir ini, telah mengalami perkembangan begitu menarik yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda yaitu pada tahun 1912. Namun telah beberapa kali ditutup, dan terakhir dibuka kembali pada tahun 1977 yang pengelolaan dan pengawasannya dilakukan oleh Pemerintah pada saat itu dan baru sejak tahun 1992 pengelolaan Bursa Efek Jakarta diserahkan sepenuhnya kepada swasta.
Tujuan Pemerintah untuk mengembangkan Pasar Modal di Indonesia adalah untuk menunjang pertumbuhan dan pengembangan perekonomian Indonesia dimasa yang akan datang. Disamping itu juga, oleh karena gerak pembangunan yang semakin meningkat sudah barang tentu akan memerlukan sumber pembiayaan pembangunan yang semakin besar pula.
Sebagaimana diketahui bahwa dana yang disediakan oleh Pemerintah antara lain melalui perpajakan dan bantuan keluar negeri sangat terbatas, sehingga pengembangan sumber lain yaitu mobilisasi dana masyarakat.
Atas dasar itu, usaha Pemerintah antara lain melalui kebijaksanaan deregulasi dibidang keuangan termasuk perbankan & Pasar Modal dan yang terakhir dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Apabila dibandingkan antara perusahaan yang telah go public sebanyak 316 perusahaan dengan perusahaan yang potensial go public sebesar 7.455 perusahaan relatif masih tergolong sedikit, yang pada dasarnya potensi perusahaan untuk go public sangat besar, atas dasar itu nampaknya perlu penanganan Pasar Modal yang lebih serius dan informasi yang transparan, benar dan akurat.
Adapun manfaat dari Prospektus ini adalah menjadi salah satu media informasi, media komunikasi, bahkan juga media promosi, hal ini disebutkan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, bahwa Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan tujuan agar pihak lain membeli afek.
Jadi dengan demikian Prospektus tersebut merupakan kepanjangan tangan oleh pemilik perusahaan agar efeknya (saham) dibeli oleh masyarakat yang ingin berinvestasi melalui Pasar Modal. Oleh karena Prospektus itu merupakan sarana informasi, sarana komunikasi bahkan sarana promosi, seyogyanya pendistribusiannya yang tepat waktu, keterbukaan, isi pesan dengan bahasa yang sederhana , agar pesan tersebut sampai kepada target sasaran yaitu Brokers Dealer.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Novira
"Kemajuan teknologi dalam mempercepat transaksi perdagangan mata uang antar negara menyebabkan kondisi pasar keuangan internasional dapat berubah dalam hitungan detik. Ketidakpastian akibat kondisi yang berubah ubah pada pasar keuangan ini dapat menyebabkan bank dapat mengalami kemungkinan kerugian. Oleh karena itu pada bulan Januari 1996, Basle Committee on Banking Supervision mengeluarkan "Amendment to the Capital Accord to Incorporate Market Risks" yang memasukkan risiko pasar dalam penghitungan Capital Adequacy Ratio (CAR). Pada "amandment" disebutkan bahwa untuk menghitung risiko pasar ada 2 pendekatan yaitu standardized model dan internal model.
Penelitian ini menggunakan internal model dengan metode Value at Risk (VaR) pada PT Bank X untuk mengetahui kemungkinan kerugian maksimum yang dapat terjadi bila memegang portfolio dalam periode tertentu dan tingkat keyakinan tertentu pada kondisi pasar yang normal. Dalam menghitung VaR menggunakan pendekatan Risk Metric untuk menentukan confidence level dan holding period, yang kemudian dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu: Standar Deviasi Normal, Exponential Weighted Moving Average (EWMA) dan Generalized Autoregressive Conditional Heterocedasticity (GARCH) sesuai dengan hasil darn pengujian data. Mata uang yang dipilih untuk penelitian ini adalah Dollar Amerika (USD), Euro (EUR), Poundsterling Inggris (GBP). Periode penelitian adalah pada tanggal 1 Oktober 2004 hingga 31 Oktober 2005. Awalnya datanya diuji dengan uji stationary ADF, uji normalitas Jarque Beta, dan white test heterocedastic untuk mengetahui karakteristik data. Berdasarkan hasil uji data ternyata data adalah hcterokedastisitas sehingga dalam penghitungan forecasting volatilitas return menggunakan rnetode EWMA dan GARCH untuk masing-masing mata uang.
Kemudian hasil penghitungan tersebut digunakan untuk menghitung VaR dengan tingkat kepercayaan 95%. Kemudian VaR untuk masing-masing mata uang (VAR aset tunggal) yang menggunakan 2 metode tersebut masing masing diuji dengan Kupiec Test, untuk mengetahui validitas masing-masing model melalui metode TNoF (Total Number of Failure) untuk menentukan model mana yang terbaik. Dari hasil uji validasi ini dapat diketahui ternyata metode Garch menghasilkan hasil yang lebih baik dibandingkan EWMA. Hasil forecasting volatilitas dari VaR aset tunggaI untuk masing masing masing nilai tukar digunakan untuk menghitung VaR portofolio. Kemudian dari hasil pengujian TNoF diketahui bahwa VaR portofolio dengan metode GARCH adalah valid. Hal ini berarti VaR portofolio dapat menangkap pergerakan actual loss.

The increase of technology innovation on Foreign exchange transaction between countries makes some changes on money market rapidly. Uncertainty caused by this condition on money market, makes bank can get loss possibility. In January 1995, Basel Committee on Banking Supervision revised Basel Capital Accord 1988 to the new form of "Amendments to the Capital Accord to Incorporate Market Risks". The Amendment adds "market risk" component in measuring Capital Adequacy Ratio (CAR). The Amendment describes two different approaches to calculate Value at Risk (VaR). They are standardized model and internal model.
This research is using internal model with the help of Value at Risk (VaR) method on PT Bank X. It aims to identify the maximum loss possibility in portfolio value at a given level of confidence over a period of time on normal condition market. In measuring VaR using Risk Metric for confidence level and holding period can be done in three methods: Normal Standard Deviation, Exponential Weighted Moving Average (EWMA) and Generalized Autoregressive Conditional Heterocedasticity (GARCH). The use of these three methods depends on the result of data processing. Foreign currencies used in this research are United Stated Dollar (USD), Euro (EUR) and Great Britain Poundsterling (GBP). The time period of this research began from 15S October 2004 until 315` October 2005. In order to know data characteristic, data were examined on Stationary Test (Augmented Dicky FuelIer), Normality Test (Jarque Beta), and White Test Heterocedasticity Test.
The results are heterocedastic for all the foreign exchange data therefore forecasting volatily measurement can be calculated by using EWMA method and Garch method for each foreign exchange. The result of volatily measurement is finally used to measure VaR on 95% confidence level. VaR for each foreign exchange (single asset VaR) which use 2 methods volatily, is examined by Kupiec Test. It aims to know the validity of each model through TNoF (Total Number of Failure) in Kupiec Test. The goal of this process is to find the best model. From the validity test result, it can be concluded that Garch method is better than EWMA on this research. The result of forecasting volatility from single asset VaR on each foreign exchange can be used for calculating VaR portfolio. In the end the result test of TNoF, the use of GARCH method of VaR portfolio is valid. The bottom line is VaR portfolio can capture the movement of actual loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>