Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Setiawan
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian: Wanita yang menderita penyakit gondok sering enggan menyusui bayinya dengan ASI, karena takut obat goitrogen antitiroid PTU yang diminum dapat mempengaruhi bayi yang disusuinya, serta khawatir tidak mempunyai keturunan setelah anaknya dewasa dan kawin. Kesalahan persepsi ini hendaknya diubah. Untuk itu telah dilakukan penelitian eksperimentai untuk melihat pengaruh PTU yang diberikan melalui induk tikus betina strain LMR terhadap testis anak tikus jantan yang disusuinya. Dosis PTU yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,006 % b/v yang diberikan secara oral. Lama perlakuan dengan PTU adalah 9 dan 17 hari. Dilakukan juga kontrol perlakuan dengan gom arab 2 % selama 9 dan 17 hari, dan kontrol tanpa perlakuan. Parameter yang dinilai adalah jumlah sel germinal (spermatogonia A, spermatosit R, spermatosit I pakhiten, dan spermatid ), konsentrasi, viabilitas, jumlah morfologi normal spermatozoa vas deferens, dan jumlah anak pada keturunannya. Sebagai data tambahan adalah berat badan, berat testis dan diameter testis.
Hasil dan kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan jumlah sel germinal lain yang bermakna (P > 0,05), kecuali jumlah spermatid yang meningkat sangat nyata (P <0,01) pada kelompok yang diberi PTU dibandingkan ketiga kelompok kontrol. Konsentrasi spermatozoa vas deferens meningkat hampir 2x lipat pada kelompok yang diberi PTU dibandingkan ketiga kelompok kontrol (P < 0,01). Sedangkan viabilitas dan jumlah morfologi normal spermatozoa vas deferens tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (P > 0,05). Jumlah anak hasil keturunannya juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) antara kelompok yang diberi PTU dibandingkan ketiga kelompok kontrol. Sedangkan berat badan, berat testis dan diameter testis menunjukkan adanya perbedaan yang sangat bermakna ( P <0,01 ) antara kelompok perlakuan dengan PTU selama 9 dan 17 hari dibandingkan ketiga kelompok kontrol.

ABSTRACT
Materials and methods: Women with goitrogenic disease usually refused to breast-feed her baby, because afraid of the antithyroid goitrogenic drug PTU could affect the baby via the mother's milk. Besides that also having fear of infertility in adolescence. This unreasonable perception ought to be abandoned. For this reason, the experimental research on effects of PTU through LMR strain female rat on testis of its breast-fed male litter has been performed. PTU was given orally in single dose of 0,006 % b/v. The duration of treatments with PTU were 9 and 17 days. Gom arab 2 % were given for 9 and 17 days in control of the treatments, and also control without any treatment. The parameters of evaluation consisted of the numbers of germinal cells (spermatogonia A, spermatocytes R, spermatocytes I pachiten, and spermatid), concentration, viability, and the sum of normal morphology of spermatozoa from vas deferens, and the numbers of litters in next generation. For additional data were the body weight, the weight of testis and the diameter of testis.
Result and summary Results of the experiment showed no significant increasing in the numbers of any other germinal cells (P > 0,05), except a very significant increasing in the numbers of spermatid (P < 0,01) in treated groups with PTU compared to the three other groups. The concentration of spermatozoa from vas deferens was increased almost twice in treated groups with PTU compared to the three other control groups (P < 0,01). The viability and the sum of normal morphology of spermatozoa from vas deferens made no significant differences (P > 0,05). The numbers of litters in next generation also showed no significant differences in treated groups with PTU compared to the three other control groups (P > 0,05). On the other hand, the body weight, the weight of testis, and the diameter of testis showed a very significant differences (P < 0,01) in treated groups with PTU for 9 and 17 days compared to the three other control groups.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaufman, Matthew H.
London: Academic Press, 1992
599.353 KAU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ireng Ambasari
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuntikan ekstrak Apium graveolens Linn, beberapa kadar secara intravena terhadap elektrokardiogram tikus. Digunakan 25 ekor tikus putih jantan berusia 6 bulan yang dibius dengan uretan secara intraperitoneal. Hewan terbagi atas 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol tanpa perlakuan (I), penyuntikan secara intravena 1 ml pelarut akuabidestilata (II), ekstrak berkadar setara dengan 0,25, 0,50, atau 1,00 g serbuk (III, IV, V). Elektrokardiogram dicatat pada waktu sebelum dan setelah perlakuan pada menit ke-0, 10, 20, 40, 60, dan 120. Dibuat grafik rata-rata nilai perubahan frekuensi denyut jantung, besar tegangan P, R, T, dan interval P-R, QRS, Q-T dari kelima kelompok perlakuan pada setiap waktu pengamatan . Hasil uji Kruskal-Wallis ( oc = 0,05) terhadap ketujuh nilai perubahan tersebut pada setiap waktu pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan antar perlakuan, kecuali pada menit ke-60 nilai perubahan besar tegangan gelombang R, yang dengan uji Dunn (α = 0,20) diketahui terdapat perbedaan antara kelompok III-I dan III-V. Diduga perlakuan pada kelompok III meningkatkan kerja jantung, dan pada kadar yang besar, kerja jantung makin berat, sehingga terjadi hipertrofi ventrikel.
ABSTRACT"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Darma Adi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh penyuntikan ekstrak daun Catharanthus roseus G. Don. terhadap aktivitas ventrikel dan frekuensi denyut jantung tikus. Ekstraksi menggunakan etanol 70%, dan sebagai pelarut ekstrak digunakan larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih strain LMR Wistar derived. Dalam penelitian dibuat empat kelolmpok perlakuan yaitu: kelompok kontrol jaurni, kontrol pelarut, disuntik ekstrak daun C. roseus yang berbunga putih, dan disuntik ekstrak daun C. roseus yang berbunga merah. Ekstrak disuntikkan secara intravena. Dosis yang disuntikkan setara dengan 0,1067 g daun C. roseus kering/100 g berat hewan. Aktivitas ventrikel dan frekuensi denyut jantung dicatat dengan elektrokardiograf. Hasil yang diperoleh untuk kelompok kontrol murni dan kelompok kontrol pelarut, aktivitas ventrikel dan frekuensi denyut jantung tidak mengalami perubahan yang nyata sampai akhir pengukuran. Pada kelompok yang disuntik ekstrak daun C. roseus yang berbunga putih maupun yang berbunga merah terjadi perpanjangan waktu depolarisasi dan repolarisasi ventrikel serta penurunan frekuensi denyut jantung yang nyata.
ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza
"Dalam masyarakat, sebagian pria beranggapan kontrasepsi urusan kaum wanita. Anggapan ini sebenarnya tidak tepat, karena pembuahan adalah pertemuan antara sel telur yang berasal dari wanita dan sel sperma berasal dari pria. Jadi kalau kita berikhtiar hanya menghambat pematangan sel telur, ini berarti kita mengabaikan peranan sel sperma yang juga mempunyai andil setara dalam hal terjadinya pembuahan.
Berbagai usaha telah dan terus dilakukan oleh para ahli di bidang Andrologi, untuk memperoleh bahan kontrasepsi pria yang benar-benar aman, efektif dan bersifat reversibel. Usaha tersebut didorong oleh kesadaran penuh akan pertambahan jumlah populasi manusia di dunia (Tadjudin, 1986).
Secara garis besar pelaksanaan Keluarga Berencana pada pria dilakukan dengan cara mekanis atau dengan cara penggunaan obat. Cara mekanis diharapkan akan mengganggu penyaluran sperma, misalnya dengan melakukan vasektomi sehingga akan menyumbat saluran sperma, sedangkan penggunaan obat Keluarga Berencana diharapkan dapat menghambat pembentukan sperma atau pematangan sperma. Cara yang dipergunakan dalam Keluarga Berencana yang menggunakan obat yang mengandung hormon merupakan cara yang terakhir (Afandi, 1987).
Spermatogenesis pada dasarnya merupakan proses yang dikendalikan susunan syaraf melalui poros hipotalamus-hipofisis-testis (HHT). Hormon atau anti hormon yang dapat menggangu poros HHT pada dasarnya akan mengganggu pula spermatogenesis, sehingga memungkinkan untuk dipakai dalam melaksanakan Keluarga Berencana pada pria (Tadjudin,1986). Obat-obat tersebut dapat bekerja di berbagai tingkat pada poros HHT.
Pada dasarnya suatu obat atau suntikan Keluarga Berencana untuk pria yang bersifat hormon harus dapat menghambat proses spermatogenesis secara reversibel tanpa mengganggu libido dan tingkah laku kejantanan (Moeloek,1987). Hambatan spermatogenesis dapat dilakukan dalam poros HHT, dalam tingkat hipotalamus, hipofisis atau testis. Pada tingkat hipotalamus diperlukan suatu senyawa yang dapat menghambat sekresi "Gonadotropin Releasing Hormone" (GnRH), pada tingkat hipofisis diperlukan senyawa yang secara langsung dapat menghambat spermatogenesis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Riani
"Ruang lingkup dan cara penelitian :
Likopen (Lycopene) tergolong antioksidan karotenoid yang banyak ditemukan dalam buah dan sayur, terutama pada buah tomat berwarna merah. Likopen dari tomat olahan diserap lebih baik dibanding dengan likopen yang terdapat dalam tomat segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek hepatoprotektif likopen sebagai antioksidan pada tikus yang diracun karbontetraklorida. Penelitian dilakukan terhadap 4 kelompok tikus strain Sprague Dawley. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat, kelompok III yang diracun dengan CCl4 dan kelompok N adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat sebelum diracun CCl4. Pada penelitian ini tomat terlebih dahulu dibuat menjadi serbuk dengan teknik "drum drier". Sebelum diberikan pada hewan coba serbuk tomat dibuat menjadi emulsi dengan minyak. Efek hepatoprotektif emulsi tomat dinilai dengan menetapkan aktivitas enzim GPT plasma. Pada tikus kelompok III aktivitas enzim GPT lebih tinggi (190,185 U/L) daripada kelompok IV (54,596 U/L), walaupun tidak menyamai aktivitas enzim GPT plasma tikus kelompok kontrol (33,464 U/L). Glutation tereduksi (GSH) dan enzim katalase tergolong antioksidan endogen. Pemberian emulsi tomat pada kelompok tikus sebelum diracun CCla menunjukkan kadar GSH plasma sebesar 2,761 μmol/mL dan GSH jaringan hati sebesar 1,236 μmol/mL lebih tinggi secara bermakna dari kelompok yang diracun dengan CCl4 (2,280 µmol/mL dan 0,669 µmol/mL). Aktivitas katalase plasma pada kelompok tikus yang dilindungi dengan emulsi tomat sebelum diracun CCl4 menunjukkan aktivitas katalase lebih tinggi (0,323 U/mL) dibandingkan kelompok yang diracun dengan CCl4 (0,160 U/mL). Gambaran yang sama juga diperlihatkan oleh aktivitas katalase jaringan hati. Aktivitas katalase jaringan hati yang diberi perlindungan emulsi tomat lebih tinggi secara bermakna (121,328 U/g) dibandingkan yang diberi CCl4 (64,914 U/g). Pemberian emulsi tomat dapat melindungi hati terhadap kerusakan akibat radikal bebas yang disebabkan oleh pemberian CCl4."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oentoeng Soeradi
"ABSTRAK
Tikus jantan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 360 ekor (LMR Strain, Wistar derivad), berumur 3 bulan dengan berat badan berkisar antara 135 - 140 gram. Tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing terdiri atas 90 ekor. Tiap kelompok dibagi secara acak menjadi 10 subkelompok, masingmasing terdiri atas 9 ekor. Testis dari 7 ekor tikus dipapar dengan medan elektrostatik dari tegangan listrik searah 1 kV, 2 kV, 3 kV, 4 kV, 5 kV, 6 kV, dan 7 kV. Sedangkan 2 ekor sisanya digunakan sebagai kontrol dengan perlakuan dan kontrol tanpa perlakuan.
Tikus dimasukkan ke dalam tabung pralon, kemudian kedua testisnya dipapar dengan medan elektrostatik satu jam per hari selama 30 hari. Tikus kontrol dengan perlakuan diberi perlakuan sama dengan tikus percobaan, tetapi tanpa medan elektrostatik. Sedangkan tikus kontrol tanpa perlakuan tidak diberi perlakuan apapun. Semua tikus dikawinkan dengan tikus betina normal berumur 4 bulan dengan berat badan antara 135 - 140 gram, pada akhir pasca perlakuan 3, 30, 60, dan 90 hari selama 24 jam. Pemeriksaan sel-sel germinal secara kuantitatif dilakukan di stadium II, V, VII, X, dan XIII pada akhir keempat pasca perlakuan tersebut, yaitu setelah dicampur dengan tikus betina selama 24 jam.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan, bahwa pengaruh medan elektrostatik dari tegangan listrik searah 1 kV sampai 7 kV terhadap testis tikus adalah menimbulkan perubahan sebaran stadia epitel seminiferus yang sangat nyata.
Penelitian secara kuantitatif menunjukkan penyusutan yang sangat nyata pada spermatogonia A dan B, spermatosit primer (R, L, Z, P, dan Di) pada semua stadium yang diperiksa, yaitu pada stadium II, V, VII, X, dan XIII. Sampai pada akhir pasca perlakuan 90 hari, belum terlihat adanya pemulihan yang nyata dari sel-sel germinal. Sebaliknya tidak terlihat pengaruh yang nyata dari medan elektrostatik pada tegangan listrik searah 1 kV sampai 7 kV, terhadap spermatogonia In.
Tikus betina yang dikawinkan dengan tikus jantan dari kelompok percobaan 1 kV sampai 7 kV pada akhir pasca perlakuan 30, 60, dan 90 hari, semuanya hamil. Tetapi, jumlah anak yang dihasilkan memperlihatkan penurunan yang sangat nyata, dibandingkan dengan jumlah anak pada kelompok kontrol. Keadaan rasio seks dari keturunan yang dihasilkan pada kelompok tikus percobaan, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan rasio seks pada keturunan dari kelompok kontrol.
Anomali kongenital terdapat pada anak tikus jantan dan betina, yang dihasilkan dari perkawinan dengan tikus jantan percobaan dari tegangan listrik searah 6 kV dan 7 kV. Sedangkan perlakuan dengan medan elektrostatik dari tengangan listrik di bawah 6 kV tidak diperoleh anomali kongenital pada semua keturunannya, seperti halnya pada keturunan dari kelompok kontrol. Tipe anomali yang terlihat yaitu mikroftalmia bilateral, muka bulat agak sembab disertai pertumbuhan rambut yang tidak teratur, ujung kulit penis memanjang seperti praeputium, dan penyempitan gelang panggul pada beberapa ekor anak tikus betina. Rasio seks pada keturunan yang mengalami anomali tidak berbeda nyata dengan rasio seks pada keturunan dari kedua k

ABSTRACT
A total of 360 adult male rats (LMR Strain, Wistar de-rived), 3 months of old, 135 - 140 gr body weight were used in this investigation. Ninety rats each from the total were divided randomly into 10 groups of 9 rats each treated as follows. The first 7 rats of each groups were exposed to electrostatic field of 1 kV, 2 kV, 3 kV, 4 kV, 5 kV, 6 kV, and 7 kV potential respectyvely. The remaining 2 rats served as treated and untreated controls. The rats were put into plastic tubes, then each testis of the experimental rats was exposed to an electrostatic field between the electrodes for one hour. The treated control rats were put into plastic tubes, but were not exposed to the electrostatic field. Untreated control received no treatment. The treatment was given every day for 30 days. After 3, 30, 60, and 90 days of the series of treatment, all rats were mated to an adult female rat.
The purpose of the present study was, (1) to evaluate quantitatively the development of germ cells of seminiferous epithelium after exposure to electostatic field; (2) to evaluate whether treatment with an electrostatic field to the testis of adult rats can induced congenital anomalies.
The result presented show that the effect of electrostatic field of 1 kV to 7 kV cause significantly alteration in the distribution of stages of the cycle of seminiferous epithelium.
A quantitative investigation of the seminiferous epithelium at stages II, V, VII, X, and XIII of the spermatogenic cycle showed that A and B spermatogonia, all primary spermatocytes, and spermatids were significantly decreased. No recovery of these germinal cells were found up to 90 days after exposure to electrostatic field. However, In spermatogonia were not seriously affected by electrostatic field of 1 kV to 7 kV.
All female rats became prequant after being mated to treated male rats. However, the mean number of offspring of treated rats mated 3, 30, 60, and 90 days after exposure to electrostatic field of 1 kV to 7 kV for 30 days were significantly reduced in number of offspring as compared to control groups. The sex ratios of offspring in the experimental groups were unaffected by the different treatments. No significant difference was found in the sex ratios between the experimental groups and control groups.
Congenital anomalies were noted in both sexes of the offspring sired by rats exposed to an electrostatic field of 6 kV to 7 kV. No congenital anomalies were noted in offspring from rats treated with doses below 6 kV or in the control groups.
Several anomalies were evident such as microthalmy and "round face" with omnidirectional hair growth. The external genitalia of some adult male offspring were affected in some instances with elongation of the foreskin of the penis (praeputium like), and a narrow pelvic girdle was found in some adult female offspring. The sex ratio of offspring with congenital anomalies from 3, 30, 60, and 90 days after exposure to 6 kV or 7 kV were not significantly different from that found in the control groups.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1987
D331
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Ayuni Kusumaningsih
"Tuna daksa cacat tangan atau tidak memiliki tangan merupakan sebuah kelainan anggota gerak terutama bagian atas yang menyebabkan gangguan aktivitas yang melibatkan tangan. Di sisi lain, revolusi industri 4.0 menawarkan kemudahan digitalisasi sehingga akses komputer sudah selayaknya bisa dinikmati semua orang. Namun, hal itu tak berlaku bagi tuna daksa cacat tangan terutama yang berprofesi sebagai pelukis. Era digital menuntut mereka mengembangkan lukisan dengan komputer tetapi terhambat pada aksesibilitas komputer khususnya pointer/kursor. Hal inilah yang menjadi inspirasi perancangan Difable Care (DC) Mouse yang didesain berbentuk seperti sandal yang terhubung ke komputer melalui USB wireless. Fitur DC mouse yaitu klik kanan, klik kiri, scroll, dan drag. Metode terdiri atas tahap persiapan, perancangan, serta pelaksanaan dan evaluasi. Prototipe dibuat menggunakan mesin 3D printing berbahan filamen Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS). DC mouse menjadi solusi aksesibilitas penyandang tuna daksa cacat tangan dalam mengoperasikan pointer komputer sehingga mampu meningkatkan produktivitas melukis."
Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (P3M) STTA, 2022
620 JIA XIV:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Angky Soekanto
"The Effect of Bisphosphonate on The Osteoclast-Like Cell Formation In A Mouse Bone Marrow CultureBisphosphonates are reported to have an inhibitory effect on bone resorption in vivo and in vitro. The present study examined the effect of bisphosphonate on the formation of osteoclast-like cells in vitro. When mouse bone marrow cells were cultured for 8 days with 10$M la, 25-dihydroxyvitamin D3 (la, 25(OH)2 D3) numerous clusters of mononuclear and multinucleated cells formed, which stained positive for tartrate-resistant acid phosphatase (TRAP-positive). la, 25(011)2 D3 is known to stimulate osteoclast-like cell formation in a mouse bone marrow culture. Adding 1-hydroxyethylidene-l, 1-bisphosphonate (BEEP) inhibited the increased formation of osteoclast-like cells stimulated by this stimulant. A time-course experimental model showed that the number of osteoclast-like cells decreased slightly when drugs were given early in the culture period and decreased markedly when the drugs were given later or continuously in the culture period.
These findings suggested that bisphosphonate had an effect on mature stage and significantly inhibit bone destruction by inhibit osteoclast-like cells formation. The amount of PGE2 production stimulated by la, 25(011)2 D3 was dose dependently higher with BEEP and 3-amino-lhydroxypropylidene-1, 1-bisphosphonate (APD). Showing that PGE2 production is high at the end of culture when the cells are going to undergo apoptosis. This showed in part, the known bone-resorbing activity of these agents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
LP 1999 37
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Muzajjanah
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Telah diketahui keseluruhan tanaman pare (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) dilaporkan berkhasiat sebagai obat tradisional. Hasil penyarian, ekstrak biji pare mengandung banyak komponen yang belum teridentifikasi dengan baik. Komponen tersebut antara lain Momordikosid yang tergolong dalam glikosida triterpen, cucurbitasin glikosida, dan momorcharin serta MAP 30 yang termasuk kelompok protein tanaman. Komponen dalam tanaman pare mempunyai aktivitas biologis yaitu antifertilitas, antidiabetik, antivirus, antitumor dan mempunyai efek sitostatik dan sitotoksik.
Dari beberapa penelitian diketahui bahwa momorcharin yang diekstrak dari biji pare, yang diberikan secara intraperitonium dapat menghampat implantasi zigot. Demikian juga ekstrak buah pare dapat menurunkan kesuburan individu jantan. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji dan ekstrak daging buah pare terhadap kesuburan mencit betina. Dilakukan penelitian pemberian ekstrak biji dan daging buah pare secara oral selama 40 hari pada dosis 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb dan 1000 mg/kg bb terhadap kesuburan mencit betina. Setelah selesai perlakuan dilakukan pengambilan data berat badan mencit dan parameter kesuburan yaitu lama sikius estrus, jumlah folikel ovarium, berat ovarium dan jumlah anak yang dilahirkan.
Hasil dan Kesimpulan: Ekstrak biji dan daging buah pare yang diberikan secara oral pada semua dosis perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat badan dan jumlah folikel primer (p>0.05). Akan tetapi dapat menyebabkan sikius estrus menjadi lebih panjang, penurunan jumlah folikel sekunder/tersier dan folikel de Graaf, menaikkan jumlah folikel atresia dan berat ovarium. Mulai dosis 750 mg/kg bb beberapa mencit tidak beranak (p<0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T4648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>