Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wood, Michael
New York: Basic Book, 1936
791.43 WOO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunia Baharani
Abstrak :
Pada dasarnya, film biopic menampilkan cerita tentang kehidupan atau sebagian kehidupan dari seseorang, yang biasanya adalah orang ternama dalam sebuah film. Pembuatan film biopic tidak selalu mendapatkan izin dari orang yang nyata yang dijadikan inspirasi. Permasalahan ini membuat timbul pertanyaan terkait apakah pembuatan film biopic melanggar hak privasi orang lain dengan adanya penambahan fiksi dan tidak perlunya izin dalam pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa bagaimana hukum hak cipta dalam mengatur sebuah karya yang mengandung privasi milik orang lain serta apakah menganalisa apakah pembuatan film biopic merupakan sesuatu yang melanggar hak privasi milik orang lain. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif, yang dilakukan dengan cara menganalisa bahan-bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan, yurisprudensi dan peraturan internasional, serta bahan pustaka atau sekunder berupa buku artikel, jurnal dan sebagainya. Yang kemudian penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam menganalisa data untuk menghasilkan analisis preskriptif dari permasalahan yang ada. Pada kesimpulannya, tulisan ini menemukan bahwa terkait konten dari ciptaan yang berupa fakta, bukanlah sesuatu yang masuk dalam pengaturan dari hukum hak cipta dan selama sebuah fakta didapatkan dengan sah, maka seseorang dapat dengan bebas membuat konten dari fakta tersebut, yang kemudian disimpulkan bahwa hal inilah yang menjadi dasar dari pembuatan film biopic. Hukum hak cipta dan hak privasi dalam penciptaan biopic berlaku tanpa bersinggungan satu sama lain, keduanya memberikan perlindungan, yang satu pada pembuat film yang satu bagi orang terkait yang dijadikan inspirasi. ......Basically, biopic movies tell stories about the life or part of life of a person, in which usually a well-known person, in a film. The creation of biopic films does not always get permission from real people who are used as inspiration. This problem raises questions regarding whether the making of a biopic film violates the privacy rights of others by adding fiction and not requiring permission to make it. The purpose of this study is to analyze how copyright law regulates a work that contains the privacy of other people and whether to analyze whether the making of a biopic film is something that violates the privacy rights of other people. This type of research is juridical-normative research, which is carried out by analyzing primary legal materials in the form of regulations, jurisprudence and international regulations, as well as library or secondary materials in the form of books, articles, journals and so on. Which then this research uses qualitative methods in analyzing data to produce a prescriptive analysis of the existing problems. In conclusion, this paper finds that regarding the content of works in the form of facts, it is not something that is included in the regulation of copyright law and as long as a fact is obtained legally, then someone can freely create content from that fact, which is then concluded that this is which became the basis of making biopic films. Copyright law and privacy rights in the creation of biopics apply without interfering with each other, both provide protection, one for the filmmaker and one for related people who are used as inspiration.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Olympic Marketing, 1984
791.437 5 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sammon, Paul M.
Abstrak :
After cutting his cinematic teeth directing TV commercials, Ridley Scott hit the big time with the sci-fi film "Alien", which created a whole genre of sci-fi movies. This biography of Scott presents a behind-the-scenes account of how he makes movies and a complete filmography with full credits
London: Orion Media, 1999
791.430 23 SAM r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jarvie, Ian C.
Metuchen, N.J: The Scarecrow Press, 1978
301.57 JAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Firyal
Abstrak :

ABSTRACT
Through movies, we usually reflect our society based on narrative in film and several movies portraying on women define their femininity. This study examine the portrayal of feminine identity in movies Muriels Wedding and The Dressmaker in order to find how the females characters defined their femininity in those films. Using textual analysis, this research focus on the narrative of the movie and the portrayal of femininity, with the help of social identity theory, this studies also seeing on how femininity that related with self-concept within social group. This research found that both movies shown different aspect in defining their femininity which is one defines with how they dress and the other with marriage. Having different background story and the condition of the society, both movies presenting femininity that influenced by the society. ABSTRAK
Film merupakan gambaran terhadap relalitas yang terjadi di kehidupan sehar-hari. Beberapa film meggambarkan bagaimana identitas feminine yang ada di dalam diri mereka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran identitas gender feminine didalam film Muriels Wedding dan The Dressmaker dan untuk mengetahui bagaimana karakter-karakter perempuan dalam film tersebut mendefinisikan identitas perempuan mereka. Menggunakan metode textual analysis, penelitian ini memfokuskan terhadap jalan cerita dan penggambaran yang ada di dalam film mengenai identitas feminin, dibantu dengan teori identitas sosial dalam masyarakat untuk mengetahui bagaimana penggambaran identitas gender feminin yang berhubungan dengan konsep diri yang dibuat dalam suatu kelompok sosial orang itu berada, Penelitian ini menemukan bahwa identitas gender feminin yang berada dalam dua film tersebut mendefinisikan identitas feminin mereka dengan hal yang berbeda yaitu dengan bagaimana mereka perpakaian dan melalui pernikahan. Dengan latar belakang yang berbeda dan keadaan masyarakat yang berbeda, kedua film tersebut mendiskripsikan identitas feminin yang terpengaruh oleh masyarakat sekitar.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Listiorini
Abstrak :
Janet Wasko dalam tulisannya Understanding the Disney Universe menyatakan bahwa Disney merupakan sebuah industri hiburan yang paling banyak dikaji oleh para intelektual dari berbagai disiplin ilmu. Universitas Berkeley sendiri mencatat terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan buku tentang Disney. Namun kebanyakan meninjau Disney dari media film animasi dan wahana bermainnya (seperti Disneyland). Masih jarang tulisan atau buku yang membahas tentang komik Disney. Karya klasik yang mengkaji komik Disney adalah apa yang ditulis oleh Dorfman dan Mattelart, yaitu How to Read Donald Duck (1975) dengan menitik beratkan pada masalah imperialisme kultural Disney pada Dunia Ketiga. Perkembangan isi komik Disney yang seiring dengan perkembangan zaman membawa para tokoh Disney tidak lagi berkelana ke Dunia Ketiga, namun lebih jauh lagi, yaitu angkasa luar dan makhluknya. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi representasi di komik Disney tentang angkasa luar dan UFO, diskursus yang muncul dan latar belakang sosial-historis yang melatarbelakangi munculnya diskursus tersebut. Bukan suatu kebetulan bila di AS muncul diskursus tertentu di masyarakat Amerika tentang angkasa luar dan makhluk angkasa luar. Kerangka teoritik besar yang melandasi tulisan ini adalah Cultural Studies dari Birmingham Cultural Studies. Pendekatan ini menimba, mengkaji peran media (Disney) dalam melakukan reproduksi sekaligus konstruksi pengetahuan dan diskursus tentang angksa luar dan UFO. Paradima penelitian yang digunakan bersifat marxian dan kritis dengan mendasarkan pada teori ideologi Althusser dan Gramsci serta teori diskursus dari Pecheux dan Michel Foucault Metode analisis yang digunakan adalah metode diskursus kritis multilevel dari Norman Fairclough, dengan teknik analisis semiotika. Kerangka analisis yang digunakan mengacu pada model multilevel dari Norman Fairclough yang terbagi menjadi dua tahap utama yaitu tahap pembahasan peristiwa komunikasi (communicative event) yang terdiri dari teks, praktek diskursus, dan praktek sosio-kultural ; dan tahap analisis gabungan antar elemen yang terdiri atas deskripsi, interpretasi dan eksplanasi. Teknik analisis semiotika digunakan terutama di tahap analisis gabungan antar elemen. Cerita komik Disney dimanapun diproduksi selalu didasarkan atas karakter dan standar khas Disney yang merefleksikan ikon-ikon AS. Teks-teks komik Disney, cerita tematik angkasa luar adalah hasil dari proses reproduksi kultural dari proses produksi budaya media yang kapitalistik. Diskursus angkasa Iuar, UFO dan alien muncul dari representasi teks komik yang dibangun berdasarkan tiga hal, pertama, dengan mereproduksi diskursus angkasa luar, UFO dan alien yang berkembang dan popular pada masyarakat Amerika ; kedua, Disney sendiri telah menempatkan angkasa luar sebagai bagian dari perjalanan sejarah industri budayanya ; dan ketiga, adalah kondisi sosial politik di AS dalam hal ini kebijakan politik AS mengenai angkasa luar, UFO dan alien yang memproduksi wacana tersendiri pada masyarakatnya. Dengan kata lain, penelitian ini menyimpulkan bahwa perkembangan diskursus angkasa luar UFO dan alien di komik Disney sesungguhnya mencerminkan perkembangan diskursus yang sama di masyarakat Amerika. Kondisi ini sekaligus menunjukkan peran Disney sebagai media yang merepresentasikan sekaligus melegitimasikan ideologi dominan Amerika Serikat tentang angkasa luar. Hal ini menjadikan Disney sebagai media budaya yang kapitalistik mereproduksi diskursus angkasa luar yang popular dan menguntungkan dan menjadikannya "pengetahuan baru" bagi khalayak pembacanya. Diskursus yang muncul tentang relasi manusia dan alien tersebut rnemiliki dampak sosial sekaligus ideologis yang mungkin terjadi dengan proses reproduksi diskursus tersebut adalah kemungkinan dimarjinalkannya teks-teks pengetahuan lain bagi anak-anak, dan menguatnya hegemoni AS dalam dominasi kulturalnya melalui komik Disney. Reproduksi tersebut bahkan merepresentasikan ideologi demokrasi Amerika yang semu : anti kekerasan dan berusaha menempuh jalan damai melalui diplomasi atau perundingan; menafikan semua invasi dan peperangan yang selama ini dipimpinnya ke berbagai negara di belahan dunia.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T3907
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Ronni Suranta S.
Abstrak :
Iklan merupakan suatu strategi yang ampuh bagi para pengusaha (produsen) untuk melakukan penawaran-penawaran barang dan jasa. Demikian juga dengan produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha. Agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut maka promosi produk dilakukan melalui iklan. Di Indonesia pengaturan tentang periklanan tersebar di berbagai macam peraturan perundang-undangan, seperti di Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK), Erika dan tata Krama Periklanan, hukum persaingan usaha, dan tentunya pada UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, meskipun tidak secara eksplisit tercantum di dalam Pasal. 12 huruf k UU No. 19 Tahun 2002, namun di dalam penjelasan pasal tersebut baru dijelaskan bahwa film iklan adalah termasuk karya sinematografi. Bagi pelaku pembuatan iklan yang biasa disebut juga sebagai unsur-unsur penting pembuatan iklan, pengaturan Periklanan khususnya iklan televisi yang tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan, ataupun dalam etika periklanan adalah belum begitu memadai dalam arti kurang memberi kepastian hukum, karena belum diatur peraturan secara mendetil tentang bidang periklanan, karena kita tahu bahwa bidang periklanan terutama iklan televisi merupakan sarana yang penting untuk memasarkan suatu produk dan dalam proses pembuatannya kadang-kadang bermasalah, seperti pengaturan jangka waktu, hak cipta iklan televisi, dan lain sebagainva, untuk itu saya rasa perlu untuk membuat perundang-undangan sendiri mengenai periklanan, karena banyak sekali terjadi penyimpangan khususnya tentang hak cipta iklan itu sendiri, meskipun sudah diatur dalam UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, namun dalam kenyataannva tetap diperlukan suatu perundang-undangan baru untuk mengatur hal ini secara tersendiri.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yunita Permatasari
Abstrak :
Dongeng telah mengusung konsep 'Hidup Bahagia Selamanya', di mana hal itu umumnya ditandai dengan bagaimana para protagonis dalam cerita dapat menikahi pasangan hidup mereka di akhir film. Rumus seperti ini telah banyak digunakan dan dapat dengan mudah ditemukan dalam dongeng klasik. Namun, apakah itu berarti konsep 'Hidup Bahagia Selamanya' benar-benar berakhir di sana? Waralaba Shrek sebagai salah satu kisah dongeng modern telah membawa gagasan ini lebih jauh dengan menciptakan alur cerita yang tidak hanya berakhir dengan bagaimana Shrek sebagai sang protagonis menikahi Fiona yang telah ia selamatkan dari menara kastil yang dijaga oleh seekor naga. Dengan menggunakan teori adaptasi hedonis, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana karakter Shrek tidak begitu saja menggapai 'Hidup Bahagia Selamanya' begitu dia menikah dengan kekasih yang dicintainya karena film-film berikut lainnya mengungkap tantangan kehidupan setelah pernikahan yang perlu dihadapi oleh Shrek, yang mana kemudian dapat membantu dalam mengartikan arti dari konsep 'Hidup Bahagia Selamanya' yang ditawarkan oleh film Shrek. ......Fairy tales have brought the concept of having a ‘Happily Ever After’ life, where it is majorly signified by how the protagonists marry the love of their lives at the end of the movies. This same formula then has been brimmingly used and can be easily found in classic fairy tales. However, does it mean that the ‘Happily Ever After’ life truly just culminates there? One of the modern takes on a fairy tale, the Shrek franchise, has stepped this notion up by creating storylines that do not just end with how the protagonist, Shrek, marries Fiona, whom he has rescued from the Dragon's Keep. By using the hedonic adaptation theory, this research aims to explore how the character Shrek does not simply achieve his ultimate 'Happily Ever After' life once he is married to his loved one as the other following movies uncover the life after marriage challenges that the main character needs to deal with, which then can help discover the kind of ‘Happily Ever After’ life that offered by the Shrek movies. 
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Prameswari Erness
Abstrak :
Meningkatnya jumlah film biopik Hollywood yang berpusat pada kehidupan perempuan sebagai agen aktif dapat dilihat sebagai kemajuan, tetapi representasi perempuan dalam sinema Hollywood masih ambigu karena sebagian besar dari representasi tersebut masih menganut gagasan bahwa perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Berfokus pada perjuangan kesetaraan gender yang dilakukan oleh atlet perempuan dalam bidang olahraga tenis, Battle of the Sexes (2017) adalah sebuah film biopik Hollywood yang menceritakan kisah seorang mantan pemain tenis Amerika, Billie Jean King, sebagai karakter perempuan utama yang akhirnya menjalani battle of the sexes pada tahun 1970-an. Menerapkan pemikiran Simone de Beauvoir tentang imanensi dan transendensi, artikel ini bertujuan untuk meneliti representasi dari karakter-karakter perempuan dalam film tersebut. Dengan menggunakan analisis tekstual, penelitian ini memperlihatkan bahwa representasi perempuan dalam film biopik olahraga Hollywood masih ambivalen karena karakter-karkter perempuan dalam film tersebut masih terikat pada imanensi.
The increased number of Hollywood biopics that centers around the lives of women as active agents can be seen as progress, yet their representations in Hollywood cinema are equivocal as most of them still adhere to the idea of women as inferior to men. Focusing on the fight for gender equality undertaken by female athletes in tennis, Battle of the Sexes (2017) is a Hollywood biopic movie that tells the story of a former American tennis player, Billie Jean King, as the main female character who ends up having the battle of the sexes in tennis in the 1970s. Applying Simone de Beauvoir’s framework of immanence and transcendence, this article aims to examine the representation of the female characters in the movie. Using textual analysis, this research argues that the representations of women in the Hollywood sports biopic is still ambivalent as the female characters are still bound to the state of immanence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>