Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panggabean, Ruth Lidya
"ABSTRAK
Tulisan ini menjelaskan proses transformasi sosial orang-orang biasa menjadi selebriti, atau
yang disebut sebagai celebrification, dengan YouTube sebagai kanalnya. Sesuai jargon
YouTube Broadcast Yourself, para pengguna dapat menyiarkan dirinya maupun konten
buatannya kepada pengguna YouTube lainnya secara global. Mereka yang awalnya hanya
pengguna biasa dapat menjadi populer dengan menerapkan strategi tertentu. Pendampingan dari pihak multi channel networks (MCN) juga berperan penting untuk meningkatkan popularitas mereka. Ekosistem YouTube, keberadaan pihak ketiga multi channel network serta kemunculan selebriti-selebriti baru, memperkuat anggapan bahwa YouTube kini menjadi media yang mendorong profesionalisasi dan komersialisasi.

ABSTRACT
This paper explains the process of social transformation of ordinary people to become
celebrities, or what is called celebrification, with YouTube as its canal. As per YouTube s
Broadcast Yourself jargon, users can broadcast themselves and create content on
YouTube globally. Those who are initially just ordinary users can become popular by
applying certain strategies. Assistance from multi channel networks (MCN) is also
important to increase their popularity. The YouTube ecosystem, along with third-party
multi-channel channels and the emergence of new celebrities, changed the notion that
YouTube is now a media that encourages professionalization and commercialization."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sadam Reva Fahlevi
"Penelitian terkait penentuan nilai Peak Ground Acceleration melalui perhitungan Ground Motion Prediction Equatio (GMPE) penting untuk dilakukan mengingat belum meratanya persebaran alat accelograph yang digunakan untuk mengukur nilai PGA di suatu wilayah. Dalam penelitian mengenai tingkat risiko gempa bumi di Indonesia, seringkali mengandalkan persamaan yang telah dikembangkan untuk wilayah lain di luar negeri, dengan anggapan bahwa kondisi geologi dan tektoniknya mirip dengan kondisi yang ada di suatu wilayah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil perhitungan dan persamaan empiris PGA berdasarkan data pengukuran alat accelerometer yang ada di area kampus Universitas Indonesia (UI). Penelitian ini menggunakan analisis dari data hasil perhitungan pada enam persamaan empiris yang memiliki parameter kecepatan gelombang geser (𝑉𝑆) untuk dilakukan modifikasi pada persamaan empiris yang memiliki nilai residual (error) terkecil pada masing-masing kategori kegempaan terhadap data pengukuran di alat accelerometer. Modifikasi dari persamaan empiris tersebut bertujuan untuk membentuk model yang memiliki akurasi perhitungan yang paling efektif berdasarkan data kegempaan yang ada. Nilai kecepatan gelombang geser tersebut didapatkan dari akuisisi nilai 𝑉𝑆 menggunakan metode Multichannel Analysis Surface Wave (MASW). Hasil menunjukkan bahwa persamaan empiris Chiou-Youngs NGA (2014) untuk kategori gempa dangkal dan persamaan empiris BC Hydro (2012) untuk kategori gempa subduksi memiliki perhitungan dengan nilai error terkecil dibandingkan dengan persamaan empiris lainnya di masing-masing kategori. Berdasarkan hasil dari modifikasi persamaan, didapatkan pengaruh dari tingginya nilai magnitudo dan kecilnya jarak hiposenter kegempaan mempengaruhi tingginya nilai error pada perhitungan nilai PGA menggunakan persamaan empiris. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai perhitungan nilai percepatan tanah puncak yang ideal pada lokasi penelitian dan sekitarnya.

Research on determining Peak Ground Acceleration (PGA) values through Ground Motion Prediction Equation (GMPE) calculations is crucial given the uneven distribution of accelerograph instruments used to measure PGA in a region. In studies on earthquake risk levels in Indonesia, equations developed for other regions abroad are often relied upon, assuming that the geological and tectonic conditions are similar to those in certain areas in Indonesia. This research aims to optimize the calculation results and empirical PGA equations based on measurement data from accelerometers located on the University of Indonesia (UI) campus. This study uses analysis from the calculation data on six empirical equations that include the shear wave velocity (𝑉𝑆) parameter to modify the empirical equation with the smallest residual (error) value in each seismicity category against the measurement data from accelerometer instruments. The modification of these empirical equations aims to form a model with the most effective calculation accuracy based on the existing seismic data. The shear wave velocity values are obtained from V_S acquisitions using the Multichannel Analysis Surface Wave (MASW) method. The results show that the Chiou-Youngs NGA (2014) empirical equation for shallow earthquakes and the BC Hydro (2012) empirical equation for subduction earthquakes have the smallest error values compared to other empirical equations in their respective categories. Based on the results of the equation modifications, it was found that high magnitude values and short hypocenter distances significantly influence the high error values in the PGA calculation using empirical equations. The results of this study are expected to be used as an ideal peak ground acceleration calculation for the research location and its surroundings."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ediashta Narendra Amarussalam
"Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi pemicu adanya transisi pada aktivitas industri retail, dari bentuk yang tradisional yaitu brick and mortar menjadi bentuk yang lebih digital dan berbasis internet. Lebih lanjut, transisi tersebut juga menghasilkan terjadinya kombinasi dari keduanya menjadi bentuk multichannel dengan tujuan pengalaman konsumen yang seamless, sehingga usaha penyedia layanan adalah mengoperasikan bentuk layanan multichannel yang tertutup menjadi layanan multichannel yang terintegrasi. Melalui pendekatan akademis ataupun industri, pengembangan layanan multichannel bertujuan untuk menghasilkan pelayanan konsumen dengan lebih efektif. Penelitian ini mengadopsi pendekatan metode kuantitatif dengan menggunakan konseptualisasi consumer experiences sebagai pedoman analisis. Kemudian, penelitian ini juga menghipotesiskan customer experiences (utilitarian, aesthetic appeal dan playfulness) sebagai instrumen penghubung antara kualitas layanan multichannel (MSDQ) dan intensi penggunaan kembali. Untuk memberikan gambaran konseptual yang lebih kompleks, customer involvement juga dihipotesiskan memiliki pengaruh moderasi pada customer experiences. Perceived compatibility juga digunakan sebagai variabel mediasi antara customer experiences yang berpengaruh pada intensi penggunaan kembali. Untuk mencapai tujuan penelitian, data dikumpulkan dari konsumen multichannel di Indonesia (n=412). Hasil penelitian menunjukkan model yang dikonseptualisasikan adalah prediktor yang baik yang berdampak pada intensi penggunaan kembali. Keterbatasan dan implikasi dari penelitian ini akan dibahas lebih lanjut.

Development of information and communication technologies (ICT) have led the transition of retail industries, from traditional (i.e.,) to digital and internet-based exchanges. Further, the transition also has led to the combination of both channels to enhance seamless customer experience, promoting a shift from siloed multichannel to integrated multichannel business. Towards the increasing attention from both academic and industrial approach, the growing of multichannel proposed to serve consumer effectively. This study adopted quantitative method approach using the conceptualization of multichannel customer experience as analytical guideline. Then, this study draws on nomological model that hypothesizes thus customer experience (containing utilitarian, aesthetic appeal and playfulness) as linking instrument between multichannel service delivery quality (MSDQ) and continued engagement intention. Supplementary, customer involvement also posits to impact customers’ experience. Perceived compatibility also posits as mediating variable between customer experience in the effect on continued engagement intention. To achieve the research objective, data collected from multichannel shoppers in Indonesia (n=412). The finding demonstrates the model conceptualized were good predictors which impact to continued engagement intention. Limitations and implication of this study is are further discussed. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Fauzi
"Multichannel Blind Deconvolution digunakan dalam restorasi citra karena pada kenyataannya statistik citra asli dan fungsi blur (point spread function) tidak selalu diketahui dengan pasti. Semakin banyak informasi tentang citra asli dan fungsi blur maka restorasi citra akan semakin baik, oleh karena itu diperlukan suatu cara yang mampu mendeteksi citra asli sebaik mungkin dan menggali sebanyak mungkin informasi fungsi blur (PSF) untuk peningkatan kualitas restorasi citra.
Metode MBR telah dikembangkan dengan menggunakan cross-correlation antara citra-citra terdegradasi dengan filter bank restorasi, yaitu melakukan restorasi langsung dari citra terdegradasi ke filter bank restorasi. Hasil restorasi pada metode ini sangat sensitif terhadap pergeseran titik piksel dari tiap citra terdegradasi, apalagi dengan adanya noise akan lebih sulit untuk mendapatkan citra berkualitas baik. Di lain pihak, metode identifikasi kanal jamak secara blind (multichannel blind identification ) sinyal satu dimensi digunakan untuk mengestimasi statistik kanal dalarn proses equalisasi dan temyata sangat efektif untuk mendapatkan sinyal asli jika statistik kanal dan citra asli tidak diketahui.
Penelitian ini menggabungkan teknik MBD dan estimasi fungsi blur (PSF) dengan metode multichannel blind identification untuk mengatasi sensitifitas metode MBR dan meningkatkan kualitas citra restorasi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini menghasilkan kualitas hasil restorasi yang lebih baik dibandingkan metode MBD. Kualitas citra juga dipengaruhi oleh ukuran fungsi blur dan level noise.

Multichannel Blind Deconvolution (MBD) is used in image restoration because in reality original image statistic and blur function (point spread function) is not always known. More information about original image and blur function then image restoration will be better, for that reason we need a way to detect original image as good as possible and find blur function information (PSF) to increase image restoration quality.
MBR method has been developed using cross-correlation between degraded images with restoration filter bank, which is direct restoration from degraded image to restoration filter bank. Restoration result in this method is very sensitive to pixel shifting from each degraded image, even more with the existence of noise will be difficult to get good quality image. On the other side, multichannel blind identification 1-D signal method is used to estimate channel statistic in equalization process and it's very effective to find original signal it channel statistic and original image unknown.
This research combines MBD technique and blur function estimation (PSF) with multichannel blind identification method to overcome MBR method sensitivity and increase image restoration quality. The research result show that this method yields a better restoration result quality then, MBD method. The image quality is also affected by blur function size and noise level.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Iswahyudi
"Segmentasi tekstur citra memegang peranan penting dalam menganalisa suatu citra, karena pada proses ini terjadi pembedaan variasi intensitas (pada citra kromatik) atau variasi tingkat keabuan (pada citra akromatik) pada pixel-pixel kromatik) atau variasi tingkat keabuan (pada citra akromatik) pada pixel-pixel yang menyusun citra. Dalam hubungannya dengan sistem komunikasi visual, analisa suatu citra memberikan informasi mengenai karakteristik-karakteristik citra yang tidak dapat diamati oleh sistem visual manusia.
Pada sistem visual manusia, peristiwa segmentasi tekstur citra tedadi di bagian korteks visual. Pada bagian ini terdapat sekumpulan saraf yang berfungsi sebagai kumpulan filter yang memproses informasi-informasi yang terdapat pada citra, yaitu dalam hal ini membagi citra ke dalam segmen-segmen tekstur yang mempunyai karakteristik tertentu. Filter-filter ini bekerja berdasarkan karakteristik spatial yang terdapat pada konsep psychovisual, yaitu frekuensi spatial clan sudut orientasi.
Teknik yang biasa dipakai untuk merepresentasikan proses filter pada mekanisme sistem konteks visual manusia adalah Multichannel Spatial Filtering Model (MSFM) yang menggunakan fungsi elementer Gabor sebagai fungsi filter pada kawasan spatial (spatial domain).
Metode inilah yang diterapkan dalam simulasi segmentasi tekstur citra pada makalah skripsi ini. Hasil simulasi akan menunjukkan bahwa penerapan frekuensi spatial tertinggi pada filter akan memberikan segmen citra terbaik. Sedanl~kan penerapan sudut orientasi akan memberikan hasil segmen tekstur yang tergantung pada struktur dari tekstur citra asalnya. Sudut orientasi 0° akan sesuai untuk struktur tekstur yang dominan horisontal, sedangkan sudut orientasi 90° akan sesuai untuk struktur tekstur yang dominan vertikal. Sudut orientasi 45° dan 135° memberikan hasil segmen yang sama dan sesuai untuk keperluan pengenalan tekstur citra secara umum."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S39462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Hafifatunnisa Putri
"Dalam era multichannel konsumen dapat memanfaatkan saluran offline dan online agar memiliki keputusan pembelian yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong konsumen fashion mewah memiliki niat webrooming dengan menggunakan technology acceptance model (TAM). Penelitian ini menggunakan mediasi nilai hedonik dan utilitarian sebagai mediasi pembelian barang mewah dan online risk perception yang mempengaruhi niat webrooming konsumen. Serta, peneliti menambahkan consumer innovativeness sebagai moderasi agar dapat memperoleh temuan lebih dalam. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS-SEM dan PROCESS Macro untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Diperoleh 436 responden yang merupakan kelompok usia 18 hingga 41 tahun yang melakukan webrooming untuk membeli produk fashion mewah. Ditemukan bahwa perceived usefulness of online search, perceived ease of online search, need for touch, sales staff assistance, dan socialization berpengaruh positif dan signifikan terhadap webrooming intention. Nilai utilitarian memediasi hubungan terhadap webrooming intention. Online risk menurunkan nilai utilitarian konsumen mewah dalam melakukan webrooming. Lalu, consumer innovativeness meningkatkan pengaruh utilitarian terhadap webrooming intention. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan insight untuk rekomendasi terkait strategi pemasaran yang bisa diterapkan oleh pemasar fashion mewah untuk saluran online dan offline, serta mengelola perilaku channel-switcing

In the multichannel era, consumers can take advantage of offline and online channels to have better purchasing decisions. Webrooming is a situation where consumers use online channels to gather information about products and make purchases offline at physical stores. This study aims to identify the factors that encourage luxury fashion consumers to have webrooming intentions using the technology acceptance model (TAM). This study uses the mediation of hedonic and utilitarian values as mediation of luxury goods purchases and online risk perception that affect consumer webrooming intentions. Also, researchers add consumer innovativeness as moderation to obtain more profound findings. The analytical technique used in this research is PLS-SEM and PROCESS Macro to test the formulated hypothesis. This research had 436 respondents who are in the age group of 18 to 41 years who do webrooming to buy luxury fashion products. It was found that perceived usefulness of online search, perceived ease of online search, need for touch, sales staff assistance, and socialization had a positive and significant effect on webrooming intention. Utilitarian values mediate the relationship to webrooming intention. Online risk reduces the utilitarian value of luxury consumers in webrooming. Then, consumer innovativeness increases the utilitarian influence on webrooming intention. The results of this study are expected to provide insight for recommendations regarding marketing strategies that can be applied by luxury fashion marketers for online and offline channels, as well as managing channel-switching behavior."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan Suryawijaya
"Perumahan Cluster Tranquility Depok sudah menunjukkan indikasi terjadinya penurunan tanah dari hasil keterangan warga. Aspal yang sobek serta tembok yang retak menjadi salah satu contohnya. Penelitian mengenai zona rawan subsidence di komplek perumahan Cluster Tranquility Depok menggunakan metode seismik refraksi dan Multichannel Analysis of Surface Waves (MASW) pada dua lintasan. Pada lintasan 1, analisis didukung oleh data geolistrik dari penelitian sebelumnya. Akuisisi data seismik refraksi dilakukan pada lintasan sepanjang 75 meter dengan 14 titik pukulan berinterval 6 meter, sedangkan akuisisi MASW menggunakan lintasan 33 meter dengan 12 pukulan palu untuk menghasilkan data profil 2D. Data dari kedua metode tersebut digunakan untuk menghitung nilai Poisson Ratio sebagai parameter analisis subsidence. Hasil seismik refraksi menunjukkan bahwa lapisan tanah pada lintasan 1 dan 2 di dominasi oleh unconsolidated layer atau tanah lapuk dengan kecepatan 200 – 350 m/s . Data MASW di kedua lintasan juga menunjukkan nilai kecepatan geser (Vs) <175 m/s yang mengindikasikan jenis tanah lapuk. Sedangkan nilai Poisson Ratio pada lapisan 1 dan 2 mengindikasikan lapisan tanah lempung jenuh (saturated clay) dan juga silt dengan rentang nilai 0.3-0.4. Diperkirakan jenis tanah di kedua lintasan merupakan tanah urukan. Data ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa lapisan atas lintasan 1 berupa sedimen tidak terkonsolidasi namun adanya sesar tidak terkonfirmasi di penelitian ini.

The Tranquility Cluster housing estate in Depok has shown indications of land subsidence from residents' testimonies. Torn asphalt and cracked walls are one example. Research on subsidence-prone zones in the Tranquility Cluster housing complex in Depok used refraction seismic and Multichannel Analysis of Surface Waves (MASW) methods on two tracks. On track 1, the analysis was supported by geoelectric data from previous research. Refraction seismic data acquisition was carried out on a 75-metre long track with 14 punch points at 6-metre intervals, while MASW acquisition used a 33-metre track with 12 hammer blows to generate 2D profile data. Data from both methods are used to calculate the Poisson Ratio value as a subsidence analysis parameter. Refraction seismic results show that the soil layer in trajectories 1 and 2 is dominated by unconsolidated layer or weathered soil with velocities of 200 - 350 m/s. MASW data in both tracks also show shear velocity (Vs) values <175 m/s which indicates the type of weathered soil. Meanwhile, the Poisson Ratio values in layers 1 and 2 indicate saturated clay and silt with a value range of 0.3-0.4. It is estimated that the soil type in both tracks is backfill soil. This data is in line with the results of previous research which states that the top layer of track 1 is unconsolidated sediment but the presence of faults was not confirmed in this study. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardianto Setiawan
"Latar Belakang: Pemeriksaan impedans intraluminal multikanal dan pemantauan pH (MII-pH) baru diperkenalkan untuk mengevaluasi karakteristik refluksat pada pasien gastroesophageal reflux disease (GERD). Penggunaan MII-pH untuk prediksi hasil terapi empiris proton-pump inhibitor (PPI) belum dievaluasi.
Tujuan: Mengevaluasi pola refluksat menggunakan MII-pH untuk memprediksi respons terapi empiris dengan PPI pasien GERD.
Metode: Penelitianini merupakan studi prospektif dengan desain before-and-after treatment. Pasien direkrut dari Poliklinik Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo antara Desember 2015 dan Februari 2016. Diagnosis GERD ditegakkan menggunakan kuesioner GERD (GerdQ). Endoskopi saluran cerna atas dilakukan untuk membedakan erosive (ERD) dannon-erosive reflux disease (NERD). Semua pasien menjalani pemeriksaan MII-pH evaluasi yang terdiri dari bentuk refluksat (cair, gas atau campuran); jenis refluksat (asam atau non-asam); dan persentase acid exposure time (AET). Kemudian pasien mendapat terapi PPI oral, dua kali sehari selama 14 hari. Respons terapi dievaluasi dengan GerdQ. Prediktor respons terapi dianalisis menggunakan analisis multivariat.
Hasil: Sejumlah 75 pasien dilibatkan dalam studi; 39 (52%) di antaranya adalah perempuan. Rerata usia adalah 40,4+10,20 tahun. Rerata skor GerdQ awal adalah 14 dan turun sampai 8 setelah terapi PPI empiris (p<0,001; uji t berpasangan). Sebanyak 41 (54,7%) pasien responsif terhadap terapi PPI. Respons terapi berhubungan dengan jenis GERD (OR: 3,763; IK95%: 1,381-10,253; p=0,008);jenis refluksat (OR: 10,636; IK95%: 2,179-51,926; p=0,001);dan AET (OR: 5,357; IK95%: 1,974-14,541; p=0,001). Analisis multivariat mendapatkan dua prediktor independen terhadap terapi PPI, yaitu jenis refluksat (ORadj:6,273; IK95%: 1,207-32,609; p=0,029) dan AET (ORadj: 3,363; IK95%: 1,134-9,974; p=0,029).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan respons terapi empiris PPI dimana ERD lebih responsif dari NERD, refluks asam lebih responsif dari non asam dan AET tinggi lebih responsif dari pada AET normal. Keberhasilan terapi empiris PPI dapat diprediksi dari jenis refluksat dan nilai AET.

Background: Combinedmulti-channel intraluminal impedance and pH monitoring (MII-pH) has been recently introduced to characterize patients with gastroesophageal reflux disease (GERD). The use of MII-pH to predict initial treatment response with proton-pump inhibitor (PPI) has not been evaluated.
Objective: To evaluate refluxate patterns using MII-pH to predict initial treatment response using PPI for GERD patients.
Method: This was a prospective study using before-and-after treatment design. Patients were enrolled in the Gastroenterology Polyclinic, Department of Internal Medicine, Cipto Mangunkusumo Hospital between December 2015 and February 2016. Diagnosis of GERD was established using GERD questionnaires (GerdQ).Upper endoscopy was done to distinguish erosive (ERD) and non-erosive reflux disease (NERD). All patients underwent MII-pH evaluation consisting of physical characteristics of the refluxate (liquid, gas or mixed); type of refluxate (acid or non-acid); and percent acid exposure time (AET). Then patients were given oral PPI treatment, twice a day, for 14 days. Treatment response was evaluated using GerdQ. Predictor of treatment response was analyzed using multivariate analysis.
Results: A total of 75 patients was enrolled; 39 (52%) of them were women. Mean age was 40.4+10.20 years. Initial mean GerdQ score was 14 and reduced to 8 after empirical PPI therapy (p<0.001; paired t test).Forty-one (54.7%) patients responded to PPI therapy.Treatment response was associated with type of GERD (OR: 3.763; 95%CI: 1.381-10.253; p=0,008;) type of refluxate (OR: 10.636; 95%CI: 2.179-51.926; p=0.001); and AET (OR: 5.357; 95%CI: 1.974-14.541; p=0.001). Multivariat analyses found two independent predictors of treatment response to PPI therapy, i.e. the type of refluxate(ORadj:6.273; 95%CI: 1.207-32.609; p=0.029) and AET (ORadj: 3.363; 95%CI: 1.134-9.974; p=0.029).
Conclusion: There are differences in response to empiric PPI therapy where ERD is more responsive than NERD, acid reflux is more responsive than non- acid and high AET is more responsive than a normal AET . PPI empirical therapy success can be predicted from the type and value refluksat AET.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library