Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haraza BT-Che Ishak
"Kongres Melayu pernah terjadi beberapa kali, misalnya pada tahun 1939 dan 1940, tetapi masalah yang diangkat tidak begitu jelas di dalam melawan penjajah. Kongres Melayu yang menulis ungkapan adalah Kongres Melayu se Tanah Melayu tahun 1946, dimana secara terang-terangan orang Melayu bangkit di dalam menentang penjajah, baik dari kalangan rakyat sampai raja-raja Melayu. Penulis juga mengungkapkan tentang awal perkembangan nasionalisme Melayu, terutama menyentuh mengenai mahasiswa Mekayu yang mendapat pendidikan di TimurTengah, perkembangan persuratkabaran dan organisasi-organisasi Melayu sejak 1920-an. Hal ini penting diungkapkan karena perkembangan Tanah Melayu seterusnya secara langsung atau tidak langsung mendapat pengaruh dari perkembangan-perkembangan masa lalu. Pendudukan Jepang juga semakin meningkatkan perjuangan menentang colonial, karena segala janji Jepang untuk memberi kemakmuran di Tanah Melayu adalah jauh dari kebenaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zali Abu Bakar
"Zali Abu Bakar, skripsi berjudul; SULTAN IDRIS TRAINING COLLEGE: Antara Pendidikan dan Semangat Nasionalisme Melayu (1922-1945). Di bawah bimbingan Dr. R.Z. Leirissa, Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1992. Syahdan, pada tanggal 22 Juni 1927 berkata seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat zaman Hindia Belanda; meskipun seorang awan di bidang pendidikan, saya memberikan diri mengambil bagian di dalam pertukaran pikiran atas dasar keyakinan mendalam bahwa dalam analisa terakhir pendidikan hanyalah alat menuju tujuan dan bahwa dia tidak akan bergerak lebih dari itu untuk menjadi tujuan dalam dirinya sendiri. Betapapun jua kepentingan dan kebutuhan masyarakat adalah yang terutama dan tentang itu saya ingin mengatakan; Bilamana kita meneliti sistem pendidikan kita, kita lihat adanya kekurangan pada 2 masalah pokok. Apakah pendidikan meningkatakan ketidak puasan dan mempertajamkan pertentangan? Apakah pendidikan turut mempertajam kontras sosia-ekonomi sedemikian rupa sehingga melonggorkan sendi-sendi persatuan? saya yakin bahwa pendidikan membawa pembangunan, meningkatkanherkat pribadi dan nasionalisme. Saya sadar bahwa justru karena akan datangnya satu yang spesifik dari berbagai lembaga pendidikan di Tanah melayu masa peniajahan ialah SITC. Motivasi yang melatar belakangi berdirinya SITC paling tidak ada 3 hal; Pertama, untuk memberi pendidikan kepada anak-anak Melayu dari golongan bawah. Kedua, sebagai sarana pembentukan k e dalam, untuk menentukan arah dan insperasi penjajahn_ Ketiga, menghemat biaya pendidikan yang kian membengkak.Pembukaan SITC merupakan detik yang memberi nafas baru pada kehidupan masyarakat Melayu, detik yang mungkin dapat meneteskan air mata syukur. Detik yang menandakan sebuah College for the Malay Teachers, di buka dengan rasminya di Tanjung Malim, Perak. Juga di sifatkan sebagai tanda zaman baru dalam sejarah pendidikan Melayu, Sir Wolfe, Director of Education, berkata; Ini adalah hari yang agung dalam sejarah bangsa Melayu, karena College ini dapat di anggap sebagai tanda penting dalam sejarah perkembangan pendidikan dan pelajaran Venekuler Melayu. Pendidikan dianggap sebagai penyebaran inteklektualisme, baik yang membangkitkan nasionalisme dengan segala jenis aksinya. Sering dikatakan SITC adalah tempat menyatukan nasionalisme Melayu. Dengan adanya Keberhasilan SITC melahirkan banyak guru-guru yang berdedikasi dan berdisplin, juga banyak melahirkan tokoh-tokoh politik, pakar-pakar bahasa dan sastera serta ilmuan lainnya telah menjadi catatan sejarah. Semanga t SITC itu terns hidup dari generasi ke generasi, karena Di sini mula berkembangnya asas Pendidikan dan Nasionalisme Melayu Engkau Iihat pads Masyarakat Masyarakat sawo Matang segala kemiskinannya, Segala kesempitannya, Segala Penderitaannya Engkau tidak bisa tidur, Ke mana engkau berada ke mana engkau pergi, Ia dalam dadamu, Ia sebagian darimu dan engkau sebagian darinya Engkau tak bisa tidur, Engkau sedih, Engkau rnenangis, Engkau menjerit-Jerit, Engkau akan senyum bila masyarakat senyum, Engkau akan bahagia bila masyarakat bahagia, Engkau akan damai bila masyarakat damai, Engkau akan maju bila masyarakat maju.(Masyarakat Sawa Matang, Nahmar Jamil, 1929)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairul Azmi B. Hassan
"ABSTRAK
Perkembangan nasionalisme di Tanah Melayu sebelum Perang Dunia Kedua agak terlambat dibanding dengan bangsa lain di Asia Tenggara misalnya, Indonesia. Dalam perkembangannya, nasionalisme di Tanah Melayu sehingga masa pendudukan Jepang masih memperlihatkan berbagai anekaragaman. Belum kelihatan suatu gerakan nasionalisme yang mendobrak batas kedaerahan atau dengan kata lain mencakup skala nasional. Hal ini karena keberhasilan politik Inggris yang memecahbelah Tanah Melayu dalam tiga corak pemerintahan yang berbeda yaitu Negeri-negeri Selat, Negeri Melayu Bersekutu dan Negeri Melayu Tidak Bersekutu. Inggris berhasil menjadi tuan di Tanah Melayu dan memecahbelahkan orang-orang Melayu sesuai dengan keinginannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh gerakan nasional di Indonesia telah meniupkan angin segar bagi aspirasi terhadap bibit-bibit nasionalisme Melayu. Kesatuan Rakyat Indonesia Semenanjung (KRIS) yang beraksi di pentas nasionalisme Melayu pada tahun 1945 adalah wadah perjuangan kaum nasionalis Melayu dengan wawasan baru yaitu menyatukan seluruh bangsa Melayu dalam gagasan Indonesia Raya. Walaupun ambisi perjuangan KRIS gagal tetapi sejarah membuktikan bahwa KRIS telah berhasil mendobrak pemikiran orang-orang Melayu yang sebelumnya tertidur lena diselimuti oleh fanatisme kedaerahan.
Penelitian ini mengunakan sumber arsip, sumber perpustakaan dan wawancara.

"
1995
S12121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman B. Ismail
"ABSTRAK
Malayan Union merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah kolonial Inggris di Tanah Melayu sesudah berakhirnya Perang Dunia II yang didasarkan kepada kepentingan-kepentingan yang sangat besar dalam bidang ekonomi dan politik. Pelaksanaan gagasan tersebut telah mendapat tantangan dan aksi-aksi protes seluruh orang-orang Melayu. Penentangan inilah yang telah memunculkan beberapa golongan yang berjuang dengan 'cara' tersendiri. Diantaranya adalah golongan sastrawan nasionalis dan para 'penulis pinggir' yang memperjuangkan nasib dan masa depan negaranya dengan menggunakan pena-pena dan tinta yang dipersembahkan dalam bentuk kuntum-kuntum puisi yang membakar semangat orang-orang Melayu.
Puisi-puisi nasionalisme dan patriotisme tersebut telah dimuatkan di dalam media-media massa Melayu yang dikoordinasi oleh golongan mereka sehingga menjadi senja_ta yang efektif untuk membakar semangat nasionalisme orang-orang Melayu, membangunkan mereka dari 'ranjang' kolonialisme. Lewat puisi-puisi tersebut juga golongan ini 'menentang' pemerintahan kolonial Inggris, mengkritik kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka yang menyebabkan Terjadinya kepincangan-kepincangan pada orang-orang Melayu.
Penulisan skripsi ini didasarkan kepada penelitian dan studi keperpustakaan serta wawancara baik wawancara langsung maupun rekaman wawancara oleh Bagian Sejarah Lisan Arkib Negara Malaysia.

"
1995
S12149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library