Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gafit Hartadi Noerwendo, Author
"ABSTRAK
Penderita metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui, umumnya datang untuk pengobatan radiasi sudah berada dalam tingkat klinis yang lanjut.
Pengamatan terhadap respons radiasi pada kasus metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui ini membuktikan prognosa yang relatif baik. Dosis yang diberikan selai untuk eradikasi metastase pada kelenjar, juga untuk tumor primerya. Diperlukan pengamatan yang lebih lama dan pendataan ukuran kelenjar yang teliti pasca radiasi.
Penggolongan tingkat klinis dirasakan tidak memadai karena tidak mencantumkan ukuran dan jumlah kelenjar"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soehartati Argadikoesoemo Gondhowiardjo
"Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan di Indonesia.' Data yang diperoleh dari registrasi kanker berdasarkan Patologi di Indonesia pada tahun 1991 menunjukkan adanya 1059 (5,6%) kasus KNF di antara 18,770 kasus keganasan. Hal ini menempatkan KNF pada urutan ke empat setelah karsinoma mulut rahim, payudara, dan kulit.
Di Sub.Bagian Radioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) I Rumah Sakit Umum Pusat Nasional - Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) dalam kurun waktu 5 tahun, periode 1980 - 1984, terdapat 748 pasien KNF. Angka ini menyatakan bahwa KNF merupakan kasus ke tiga terbanyak setelah keganasan mulut rahim dan payudara. Sejumlah 74,5% kasus datang pada stadium IV, 18,6% kasus pada stadium III dan hanya 6,9% di antaranya yang berada pada stadium I dan 1I.' Data dari Bagian Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT) FKUII RSUPN-CM memperlihatkan bahwa KNF merupakan kasus keganasan terbanyak (71,8%) dari semua jenis keganasan THT yang dijumpai.
Jenis keganasan ini sangat jarang ditemukan di daratan Eropa dan Amerika Utara, yaitu dengan angka kejadian kurang dari 1 di antara 100,000 penduduk. Sebaliknya, di daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian yang tinggi, bahkan angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara, yaitu sebesar 40-50 kasus KNF di antara 100.000 penduduk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
D43
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susworo
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
616.21 SUS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Nur Arina
"Tujuan penelitian dilakukan untuk menentukan distribusi dan asosiasi jumlah rokok yang dihisap setiap hari, durasi merokok, dan jenis rokok pada pasien Kanker Nasofaring (KNF) yang datang ke klinik gigi RSCM, Jakarta antara tahun 2006 dan 2009. Pengumpulan data diperoleh melalui rekapitulasi catatan medis dari pasien yang telah didiagnosis dengan KNF oleh klinik gigi RSCM, Jakarta antara tahun 2006 dan 2009. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square yang dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi faktor risiko dalam populasi pasien KNF. Uji sampel dua independen non-parametrik dilakukan untuk mengidentifikasi perbandingan masing-masing status merokok dan KNF.
Tidak ada hasil yang signifikan secara statistik untuk perbandingan jumlah rokok yang dihisap setiap hari, durasi merokok, dan jenis rokok merokok setiap hari dalam perkembangan KNF (p> 0,05). Namun, 50% dari pasien KNF dan non-KNF telah merokok selama lebih dari 20 tahun. Perokok pasif juga berperan terhadap tingginya prevalensi KNF. Prevalensi KNF meningkat seiring durasi merokok meningkat. Perokok pasif juga memainkan peran utama dalam pengembangan KNF.

To determine the distribution and association of amount of cigarette smoked daily, duration of smoking, and the type of cigarette within the patients of Nasopharyngeal Cancer (NPC) who came into dental clinic of RSCM, Jakarta between the year 2006 and 2009. Data Collection was done by recapitulating medical records of the patients who had diagnosed with NPC from dental clinic of RSCM, Jakarta between year 2006 and 2009. Data analysis was done using chi-squared test which was performed in order to identify the distribution of risk factors within the population of NPC. The two-independent sample test of non-parametric test was performed two identify the comparison of each smoking status and NPC.
There is no statistically significant result for the comparison of amount of cigarette smoked daily, duration of smoking, and the type of cigarette smoked daily to the development of NPC (p>0.05). However, 50% of the oral cancer patients have been smoking for more than 20 years. Also, passive smokers are identified to be attributable to the prevalence of NPC. The prevalence of NPC increases as the duration of smoking increases. Passive smoking also plays a major role in the development of NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Soraya
"Studi sebelumnya telah membuktikan bahwa kanker kepaladan leher telah menjadi masalah penting di negara Asia termasuk Indonesia. Terdapat faktor resiko yang mendukung terjadinya insidens kanker tersebut dibagi menjadi faktor yang dapat dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-Faktor tersebut memiliki implikasi penting dalam mempelajari faktor resiko yang paling berpengaruh dalam insidens kanker nasofaring di Indonesia. Studi ini ditujukan untuk menentukan perbandingan antara tingkat pendidikan dan konsumsi alkohol pada pasien dengan kanker nasofaring dan kanker oral pada pasien yang datang ke klinik gigi RSCM pada tahun 2006-2009. Data dalam studi ini berdasar pada rekam medis pasien yang datang ke klinik gigi RSCM pada tahun 2006-2009. Data dianalisa menggunakan SPSS versi 20. Signifikansi di tes menggunakan Smirnof-Kolmogorov Z test. Pasien yang mengaku mengkonsumsi alkohol sebagian besar merupakan pasien dengan kanker nasofaring. Sementara, untuk tingkat pendidikan, sebagian besar pasien pada kanker nasofaring merupakan pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pasien kanker (P=0.995). Begitu pula dengan konsumsi alkohol, tidak terdapat asosiasi yang signifikan antara penggunaan alkohol pada pasien kanker nasofaring. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara tingkat pendidikan dan penggunaan alkohol dengan kanker nasofaring.

As many of the previous studies has proven, head and neck cancer has been a major problem in many of Southeast Asian countries, including Indonesia. The contributing risk factors to incidence of HNC are divided into modifiable and unmodifiable risk factors. Those risk factors has very important implications in understanding the most influencing risk factors of HNC among Indonesia populationThis study aim to determine the comparison of educational level and alcohol consumption in patients with nasopharyngeal cancer and oral cancer who came to dental clinic RSCM Jakarta between 2006-2009. The data was obtained from medical record of patients diagnosed with head and neck cancer who visited oral medicine clinic of RSCM Jakarta from 2006-2009. The data then was analyzed using SPSS version 20..The significance association were tested using Kolmogorof-Smirnov Z. The result showed that patient with the presence of alcohol use were mostly diagnosed with nasopharyngeal cancer. However, after compared between nasopharyngeal and non-npc group, there were no significant association found between the two groups (P=1.000). The level of formal education also did not significantly associated with the nasopharyngeal and nonnpc (P=0.995). In conclusion, there was no significant association found between educational level and alcohol use in nasopharyngeal cancer patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marion Cinta Kuntjoro
"ABSTRAK
Latar Belakang: Disfagia fase faring ditemukan pada sebagian besar pasien karsinoma nasofaring (KNF) pasca-kemoradiasi. Manuver Mendelsohn bertujuan untuk meningkatkan durasi elevasi kompleks hyolaringeal, telah digunakan dalam penatalaksanaan disfagia dengan berbagai penyebab. Penelitian ini menilai pengaruh latihan manuver Mendelsohn pada penderita KNF pasca-kemoradiasi dengan disfagia fase faring.
Metode: Desain kuasi eksperimen dengan penilaian sebelum dan sesudah latihan menelan dengan manuver Mendelsoh selama 6 minggu. Penelitian dilakukan pada 20 pasien KNF yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel didapat secara konsekutif. Penilaian dilakukan dengan flexible endoscopic swallowing study (FEES) terhadap standing secretion, residu, penetrasi, dan aspirasi menggunakan konsistensi pure, thick liquid dan thin liquid.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakan pada penilaian standing secretion (p=0,034). Penilaian terhadap residu mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,021 dan p=0,008), sedangkan pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,129). Penilaian terhadap penetrasi mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,034 dan p=0,008), pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,059). Penilaian terhadap aspirasi tidak mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian ketiga konsistensi (p=>0,05).
Kesimpulan: Latihan menelan dengan manuver Mendelsohn selama 6 minggu memeperbaiki standing secretion, residu pada pemberian pure dan thick liquid, penetrasi pada pemberian pure dan thick liquid. Latihan ini tidak memperbaiki aspirasi secara bermakna pada pemberian ketiga konsistensi.

ABSTRACT
Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. ;Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Edwina Djuanda
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Santi
"Praktek residensi Keperawatan Medikal Bedah peminatan Onkologi yang telah dilaksanakan di RS Kanker Dharmais menetapkan satu kasus kelolaan utama yaitu karsinoma nasofaring dan 30 kasus resume kasus-kasus kanker dengan menggunakan pendekatan teori peaceful end of life. Saat melakukan praktek residensi telah dilakukan berbagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan pasien kanker yaitu dengan memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komprehensif kepada pasien-pasien kanker dan salah satu diantaranya adalah kanker nasofaring dengan menggunakan pendekatan teori peaceful end of life., melakukan suatu penerapan intervensi keperawatan yang berdasarkan Evidence Based Nursing yaitu intervensi kombinasi progressive muscle relaxation dan guided imagery untuk mengatasi mual muntah akibat kemoterapi pada pasien kanker payudara dan penerapan suatu proyek inovasi yaitu untuk mengatasi fatigue pada pasien kanker, dimana hampir sebagian besar pasien kanker mengalami fatigue sehingga penerapan intervensi Walking Exercise dengan menggunakan aplikasi J-HATI (Jalan Sehat Berenergi) diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker.

Medical Surgical Nursing residency practice specializing in Oncology which has been carried out at Dharmais Cancer Hospital establishes one main managed case, namely nasopharyngeal carcinoma and 30 cases of resume cancer cases using a peaceful end of life theory approach. During residency practice, various series of activities related to the problems of cancer patients have been carried out, namely by providing professional and comprehensive nursing care to cancer patients and one of them is nasopharyngeal cancer by using a peaceful end of life theory approach, implementing an intervention. nursing based on Evidence-Based Nursing, namely a combination intervention of progressive muscle relaxation and guided imagery to treat nausea, vomiting due to chemotherapy in breast cancer patients and the implementation of an innovative project, namely to overcome fatigue in cancer patients, where most of the cancer patients experience fatigue so that the implementation of the Walking intervention Exercise using the J-HATI (Energy Healthy Walk) application is expected to improve the quality of life of cancer patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diffa Akiela Damayanti
"Latar Belakang: Hipertrofi adenoid merupakan kelainan pada kelenjar adenoid yaitu berupa membesarnya ukuran dari kelenjar adenoid. Hipertrofi adenoid pada usia anak-anak dianggap suatu hal yang umum sebagai bagian dari mekanisme pertahanan tubuh. Obstruksi saluran pernapasan oleh hipertrofi adenoid dapat menimbulkan kebiasaan buruk mouth breathing yang jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan efek berkepanjangan seperti long face syndrome atau adenoid facies, rongga mulut kering, maloklusi dan postur tubuh yang cenderung membungkuk. Oleh sebab itu, ukuran adenoid dianggap penting karena tidak hanya berpotensi mempengaruhi fungsi respirasi, namun juga bila terjadi pada usia anak-anak dapat berdampak pada kelainan tumbuh kembang kraniofasial. Tujuan: Mengetahui nilai rata-rata rasio adenoid terhadap bony nasopharynx structure pada anak usia 6-15 tahun sebagai kelompok berisiko mengalami obstruksi saluran pernapasan atas akibat hipertrofi adenoid di RSKGM FKG UI. Metode: Studi cross-sectional dengan rasio adenoid terhadap bony nasopharynx structure pada 126 sampel radiograf sefalometri lateral digital laki-laki dan perempuan usia 6-15 tahun yang diukur menggunakan aplikasi I-Dixel Morita. Uji kesesuaian pengukuran intraobserver dan interobserver dilakukan menggunakan uji ICC dan Kappa. Analisis deskriptif dilakukan untuk setiap parameter pengukuran pada setiap kelompok usia. Hasil: Nilai rerata rasio adenoid terhadap bony nasopharynx structure menunjukkan nilai terbesar 0,70 ± 0,009 (SD) pada usia 6 tahun dan terkecil terdapat pada kelompok usia 15 tahun yaitu, 0,54 ± 0,05 (SD). Hasil pengukuran dan evaluasi lebar nasofaring menunjukkan bahwa lebar nasofaring dengan kategori normal terbanyak terdapat pada usia 15 tahun. Kesimpulan: Nilai rata – rata rasio adenoid terhadap bony nasopharynx structure menunjukkan kecenderungan penurunan seiring bertambahnya usia. Sementara itu, lebar nasofaring menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring bertambahnya usia.

Background: Adenoid hypertrophy is an abnormality of the adenoid gland, characterized by its enlargement. It is common in children as part of the body's defense mechanism. Obstruction of the respiratory tract caused by adenoid hypertrophy can lead to the development of mouth breathing habits, which, if not treated promptly, can result in long-term effects such as long face syndrome, adenoid facies, dry mouth, malocclusion, and poor posture. Therefore, adenoid dimensions are important not only because they potentially affect respiratory function, but also because they impact craniofacial growth and development if it occurs in children. Objective: To determine the average ratio of the adenoid to the bony nasopharynx structure in children aged 6-15 years, a group at risk of upper respiratory tract obstruction due to adenoid hypertrophy at RSKGM FKG UI. Methods: This cross-sectional study measured the ratio of the adenoid to the bony nasopharyngeal structure in 126 digital lateral cephalometric radiographs of both male and female children aged 6-15 years, using the I-Dixel Morita application. Intraobserver and interobserver reliability were assessed using the ICC and Kappa tests. Descriptive analysis was performed for each measurement parameter across different age groups. Results: The mean adenoid-to-bony nasopharynx structure ratio was highest at 0.70 ± 0.009 (SD) in the 6-year-old group and lowest at 0.54 ± 0.05 (SD) in the 15-year-old group. In the evaluation of nasopharyngeal width, the highest normal category was observed in the 15-year-old group. Conclusion: The mean adenoid-to-bony nasopharynx structure ratio showed a tendency to decrease with age, while the nasopharyngeal width showed a tendency to increase with age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>